28. MENERIMA KEHADIRAN

5.4K 868 15
                                    

* * *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* * *

Disaat orang lain lebih sempurna tapi kamu malah mencintaiku.

* * *

TIDAK bisa dipungkiri jika panggilan Rasi malam itu membuat Laluna merasakan gelisah. Sampai hari ini ia masuk ke kelas pun pikirannya masih saja tertuju pada Rasi. Lebih tepatnya, ia memikirkan mengapa Antariksa tidak muncul lebih dulu di dalam pejam matanya? Juga Rasi yang merusak segalanya dengan membuat panggilan telepon itu?

"Laluna!"

Panggilan itu membuat Laluna tersadar ketika semua orang memperhatikan ke arahnya. Ia tahu karena sering melamun, pasti dosen sudah tidak tahan lagi. Laluna juga tahu di antara mahasiswa yang datang, dirinya lah yang memiliki nilai paling jelek.

Laluna diam. Menunggu ucapan selanjutnya.

"Lebih baik kamu keluar dari mata kuliah saya!"

Ia juga tidak bisa berbuat apa-apa, maka keluarnya Laluna sebagai hukuman ini membuat semua orang terkadang tidak percaya atas apa yang dilakukan oleh cewek itu. Sebab itu juga tidak ada yang mau menjadi teman Laluna karena dirinya yang begitu buruk.

Helaan napas pasrah Laluna keluar, ia malah menuju lapangan yang sering ia datangi. Namun ketika sampai di sana ia melihat Rasi yang sedang bermain bola basket seorang diri. Langkah Laluna memang mendekati cowok itu. Seharusnya Rasi ada di dalam kelas bukan seperti dirinya yang melarikan diri.

"Na." Rasi menyadari ketika bayangan Laluna terlihat olehnya lebih dulu. Ia pun mendongak memperhatikan wajah cewek itu.

"Kenapa lo ada di sini?" tanya Laluna cepat.

Laluna ikut terduduk menghadap cowok itu. Keduanya saling melempar pandang satu sama lain. Tidak ada siapapun di sini karena jam sekarang sudah dipastikan banyak yang mengambil kelas.

Rasi menggeleng. "Gue gak tau, Na," lirihnya menjawab. "Dosen lihat gue bengong langsung suruh gue keluar."

"Bengong?" ulang Laluna tidak percaya. Mengapa mereka bisa sama? "Lo mikirin apa?"

"Gue mikirin lo yang masih marah sama gue, Na. Semalam lo matiin panggilan sambil bilang Tuhan milih gue?" tanya Rasi membuat Laluna jadi merasa takut untuk menjawab. Cowok itu terlalu jujur dalam mengungkap suatu hal hingga hal yang Laluna tidak percaya. "Na, apa maksud ucapan lo?"

Tidak tahu harus berkata jujur atau tidak. Laluna tipikal orang yang tidak mudah menceritakan apa yang ia rasakan kepada orang asing, apalagi orangnya adalah Rasi. Kali ini ia menyadari Rasi adalah seseorang yang mengenal dirinya.

Rasi bukan lagi orang asing di hidupnya.

"Semalam, gue minta suatu hal ke Tuhan." Laluna menjeda kalimatnya. Cukup gugup memang karena hal ini tidak seharusnya ia lakukan. "Terdengar aneh memang, tapi gue berdoa saat gue tutup mata siapa orang yang muncul pertama kali ada dipikiran gue."

Jika Bulan Tidak Pernah AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang