Lira sampai di kampus, tepatnya di depan gapura fakultasnya—fakultas psikologi. Ia langsung merapikan ikatan rambutnya yang sedikit berantakan karena helm yang ia pakai tadi. Tak lupa mengeluarkan tanda pengenalnya.Pagi ini dia dan ratusan mahasiswa baru lainnya tengah mengenakan pakaian putih-putih dengan rambut yang ditata rapi lengkap dengan peralatan ospek pada umumnya yang menempel di tubuh mereka.
"LIRA!"
Sang empunya nama langsung menoleh ke arah sumber suara. "Nathan?" , "kok di sini?" lanjutnya.
"Gue lupa bawa syal hijau nya."
Lira mengernyit. "Syal hijau? Ini maksud lo?" tunjuk Lira pada benda yang melingkar di lehernya itu. Benda ini mirip seperti kacu pramuka, namun bermotif polos dan berwarna hijau.
Nathan mengangguk.
Lira jadi ikutan tidak tenang. Pasalnya, ini hari pertama mereka masuk dan sekarang Nathan pasti akan meninggalkan kesan tak enak di mata para seniornya. Apalagi dia ada di fakultas teknik yang isinya didominasi oleh kaum adam, yang secara kebetulan—mayoritas mahasiswanya—menjadi panitia kedisplinan pada orientasi kampus ini.
"Bawa punya gue," ucap Lira sambil menyodorkan syalnya. Namun, Nathan langsung menggeleng cepat. "Lo dihukum nanti!"
"Udah tenang aja, gue bisa tanganin."
"Dengan cara apa?"
"Ada. Pokoknya lo bawa aja," paksa Lira. Ia langsung mengikatkan syal hijau itu di leher Nathan. Nathan pun tak berkutik. Perilaku Lira saat ini sangat membuatnya diam seribu bahasa. Dirinya takut membuat gadis itu marah, tapi sekaligus takut membuatnya dihukum.
"Li."
"Udah, sana! Gue mau masuk duluan."
"LI!"
Lira tak menggubris. Ia langsung masuk ke dalam kelasnya dan pura-pura membaur dengan mahasiswa baru lainnya.
Akhirnya, Nathan pun menyerah. Ia kembali ke fakultasnya dengan perasaan tak tenang. Walau ia tahu jurusan Lira didominasi oleh para kaum hawa, tapi bukan berarti mereka tidak bisa menghukum gadis itu. Nathan takut ada hal-hal yang di luar kendali terjadi. Hal-hal yang memicu ingatannya.
Sorry, Nat. Gue nggak bisa balas perbuatan lo, tapi seenggaknya gue pengin ngelindungin lo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perhaps Love [END]
Fanfiction[Mini-series #1] Kata orang pertemanan antara laki-laki dan perempuan itu bukan murni pertemanan, tapi ada perasaan lain yang nggak seharusnya ada di sana. Daripada dengerin kata orang, dirinya lebih senang mendengar kata hatinya sendiri. Kalau ini...