03. Tentang Kita

145 28 0
                                    

Nathan Gavindra Althama—yang pandangannya masih muram. Sejak kemarin di restoran ia seperti tak memiliki gairah hidup. Hari ini saja dia berbicara dengan Lira sangat singkat. Hanya menjawab, "ya" "nggak" atau "aku baik-baik aja".

"Nat." Lira melirik Nathan yang sedang menyantap soto Bogor nya santai.

"Hm?"

"Lo nggak mau cerita sesuatu?"

Nathan menghentikan aktivitas makannya. Ia sejenak melirik Lira yang sedang berharap mendapat informasi mengapa dirinya tak seperti biasanya.

"Nggak ada yang mau gue ceritain, Li."

Lira mengatupkan bibirnya hambar.
"O-oh, ok." Ia sekarang jadi ingin menjauh dari Nathan. Rasanya percuma berjalan dan makan bersama, namun seperti melakukan semuanya sendiri.

"H-hm, kalau gitu gue balik ke kelas dulu."

Nathan mengangguk. Tak mengatakan kata yang seperti biasanya. Hati-hati.

"Lo, hati-hati, Nat. Jangan sampe caping lo ketinggalan," tutur Lira sambil menunjuk ke caping yang berada tak jauh dari tempat duduk mereka.

"Hm."

Lira tersenyum hambar. Batinnya berbicara sendiri. Sebenarnya apa yang sedang Nathan pikirkan? Mengapa ia sampai bisa berubah drastis dari yang bawel menjadi sangat pendiam? Apa karena bertemu Jovan? Entahlah. Lira jadi banyak berspekulasi. Cerita yang dulu pernah Nathan sampaikan padanya, rasanya kini mulai ia mengerti.

Para mahasiswa baru menikmati hiburan penutup dari para kakak pembimbing ospeknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Para mahasiswa baru menikmati hiburan penutup dari para kakak pembimbing ospeknya. Mereka yang berada di dalam kelas tertawa terbahak-bahak ketika para seniornya menunjukan adegan-adegan lucu dalam salah satu adegan teaternya. Namun, tidak dengan Lira. Ia hanya tertawa ringan. Pikirannya semakin penasaran. Sekarang, bagaimana suasana hati sahabatnya itu di sana?

"Li."

Apakah teman-teman dan kating-nya akan jadi sasarannya? Pasalnya, Nathan paling tidak bisa disenggol saat suasana hatinya tidak sedang baik-baik saja.

"LIRA!"

"Eh, iya kenapa, Yes?"

"Dari tadi gue panggil lo nggak denger?"

"Hah?"

Alis Yessie mengerut. "Ada yang lagi lo pikirin ya?" Lira tak menjawab, hanya tersenyum tipis.

"Mau cerita nggak? Gue siap dengerin, nih."

"Nathan, Yes."

"Nathan? Kenapa sama Nathan? Dia sakit? Atau dihukum?" Lira menggeleng. "Bukan."

"Terus?"

"Dia ngediemin gue."

"Ngediemin lo? Dia lagi marah?"

Perhaps Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang