Lira telah kembali duduk di barisan fakultasnya. Setelah dihukum tadi, ia dan Yessie—teman barunya—akhirnya diperbolehkan untuk kembali ke barisan.
Awalnya Lira berpikir ia akan tetap dihukum karena tadi tepergok mengobrol, tapi nyatanya tidak. Ospek tidak sekejam itu.
"Hai, Li. Aku duduk deket kamu ya?"
Lira mengangguk dan sedikit bergeser.
"Kamu orang asli sini?"
"Nggak. Aku tinggal di Bogor."
"Ngekos?" Lira menggeleng, "pulang pergi."
"Deket kah?"
"Hm, nggak deket banget sih. Tapi, juga nggak jauh. Cuma aku pulang pergi harus naik kereta."
"Wah, asik ya."
Lira terkikik pelan, "asik? Capek tahu desak-desakan. Apalagi kalau pagi."
"Hehe, tapi tetap lebih enak masih bisa tinggal sama orangtua."
Lira tersenyum getir.
"Daripada aku, orangtuaku di Surabaya. Cuma bisa video call-an."
Lira tersenyum tipis. Ia tak merespon ucapan Yessie. Dirinya hanya merasa ia tak perlu merespon hal-hal yang membuat suasana hatinya akan rusak.
"Oiya, Li. Nanti setelah acara selesai, mau nggak makan sama aku?"
"Di mana?"
"Itu, di restoran depan stasiun. Tahu kan? Tadi aku lihat pas baru sampai. Aku penasaran aja. Kalau enak dan murah mungkin aku akan jadi pelanggan tetapnya," ucap Yessie.
"Ok."
Yeji tersenyum senang. "Makasih, Lira."
"LIRA!" panggil Nathan saat melihat Lira keluar dari fakultas psikologi tanpa menunggunya."Kok nggak nungguin?"
"Lo duluan aja. Gue mau makan sama Yessie dulu."
"Yessie?"
"Udah, nih. Ayo!" sahut Yessie, "eh, ini siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perhaps Love [END]
Fanfiction[Mini-series #1] Kata orang pertemanan antara laki-laki dan perempuan itu bukan murni pertemanan, tapi ada perasaan lain yang nggak seharusnya ada di sana. Daripada dengerin kata orang, dirinya lebih senang mendengar kata hatinya sendiri. Kalau ini...