07. Lebih sulit dari ucapan

106 23 6
                                    

Lira kembali pada aktivitasnya setelah bergulat dengan pikiran yang memikirkan alasan-alasan kenapa bisa seorang Nathan berperilaku seperti itu. Ia hanya kecewa mengapa dirinya baru tahu kalau sahabatnya itu berpacaran. Lagi, mereka berpacaran saat hubungannya dengan Nathan tidak baik-baik saja. Dirinya jadi malu. Jangan-jangan selama ini ia terlihat posesif sebagai sahabat, sebab terlalu khawatir dengan setiap hal tentang Nathan.

"Lira!"

"Eh, Yes."

"Muka lo murung gitu, lagi banyak pikiran ya?"

Lira tersenyum sekilas dan mengalihkan topik. "Gimana kelas hari ini?"

"Ya, as usual. Cuma hari ini Pak Sugeng lagi dalam mood yang baik kayaknya."

Lira terkekeh, "gara-gara nggak ngasih tugas?"

"Yup, that's right!"

"Jangan seneng dulu, biasanya minggu depan bakal beranak itu tugasnya."

"Hih, Lira!"

Lira terbahak. Melihat wajah Yessie yang amat sangat komuk karena takut menghadapi tugas Pak Sugeng yang selalu dikomentari dengan suasana bak sedang menunggu hasil tes SBM. Tegang.

"Parah! Kamu kok enak sih nggak dapet kuliah beliau?"

"Hm, kurang tahu ya. Mungkin karena aku di kelas P1."

"Apa hubungannya?"

"Ya, bahaya kalau beliau ngajar di kelasku. Bisa-bisa beliau yang pulang-pulang mukanya kayak kamu, hahaha."

"Oh iyaiya, kelasmu itu kan terkenal dengan kelas yang anak-anaknya kebanyakan mikir," canda Yessie membalas.

"Yee, ngebales nih ceritanya?!"

"Hahaha, canda. Tapi, kalau aku jadi kamu juga capek sih Li."

"Kenapa?"

"Tiap hari bersaing."

"Namanya juga kuliah, bersaing untuk menjadi yang terbaik."

"Tapi, Li harusnya kita bersaing sama diri kita sendiri. Jangan jadiin orang patokan."

"Iya, iya Mbak Yessie."

Yessie tersenyum bangga sambil mengedarkan pandangannya. "Eh, iya Li, tadi aku lihat Nathan ke kelasku. Aku kira dia nyamperin kamu, ternyata kamu sendirian di sini."

"Itu artinya dia bukan nyariin aku, Yes."

"Lah, terus sopo?"

"Pacarnya kali."

"Pacar?"

"Meydina."

"He? Nathan pacaran sama Meydi?"

"Hm," singkat Lira. Ia masih memainkan ponselnya. Bersikap tidak tertarik.

"Kok aku baru tahu?"

"Jangankan kamu, aku aja baru tahu kemarin."

Yessie menegakkan tubuhnya. "Lah kok iso?" (Loh, kok bisa?).

"Ya, iso to." (Ya, bisalah).

"Ngenyek." (Ngeledek).

"Ngenyek? Apa tuh?"

"Ngeledek. Jangan ngalihin topik kamu. Ku tanya, kok bisa?"

"Apanya yang bisa?"

"Pacaran."

"Ya bisalah, mereka laki-laki dan perempuan."

Perhaps Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang