Prolog

93.1K 2.4K 12
                                    

Adam El Pasha. Pria peranakan pakistan-jawa kini harus mengakui kekalahannya untuk bisa memenangkan hati Alea Salsabill. Ia harus menerima kenyataan bahwa cintanya kandas tak terbalas. Nyatanya gadis itu tak memiliki rasa sedikitpun padanya. Hatinya terberai bersama harapannya. Perih tapi ia memaksakan senyumnya saat berhadapan dengan Alea.

Gadis yang ia puja, ia cintai sepenuh hati malah mencintai pria lain. Dan itu Bigboss-nya sendiri. Aditya Kafka. Siapa yang tak mengenal pria tampan itu? CEO yang terbilang masih muda dan cukup disegani serta dikagumi oleh semua kalangan pebisnis. Bagaimana tidak? Selain sikapnya yang supel dan berwibawa, ia berhasil membawa perusahaan yang ia rintis sendiri berkembang pesat dalam jangka waktu tiga tahun.

Adam terdiam menatap foto pernikahan Alea yang sengaja ia letakkan di barisan foto keluarga di kamarnya. Ia sudah berjanji akan menjadi kakak yang baik untuk Alea. Meski ia harus mengorbankan perasaannya.

"Maafkan aku jika aku masih mencintaimu sampai saat ini, Alea." desah Adam.

Ini genap setahun Alea menikah dengan Kafka. Ia bukan lagi general manager. Tapi orang kepercayaan Kafka untuk mengelola dan mengurusi segala tetek bengek perusahaan peninggalan almarhum ayahnya yang kini memiliki dua cabang. Sementara Kafka fokus pada Aditya Group yang kini masuk dalam jajaran 15 perusahaan terbesar di negeri ini.

"Kaak!!!!!" Terdengar teriakan khas Alea.

"Hey!! Kau bukan anak gadis lagi yang bisa teriak seenakmu. Jaga sikapmu, little girl!!" balas Adam dengan teriakan pula.

"Bisa kau buka pintunya?!"

Adam menggeram saat Alea menggedor-gedor pintu kamarnya. Ia bergegas mengenakan kaos hitamnya lalu memutar kenop pintu.

"Ya. Kau mengganggu waktu bersantaiku, Al. Ini weekend. Lagi pula kenapa kau tak menghabiskan waktu dengan suamimu, huh?" sungut Adam.

Alea melebarkan senyum manisnya. Bukan senyum manis tapi meringis lebih tepatnya. Tangan kanannya terangkat ke udara membentuk huruf 'V'.

"Kau tidak mengijinkan adik tersayangmu masuk ke kamarmu?" Ia menyipitkan matanya.

"Tidak! Kau akan mengacaukan kamarku."

"Baiklah. Kau bukan kakak yang baik."

Alea merengut membalikkan badannya bersiap melangkah. Salah lagi kan? Adam mendesah.

"Ya. Kali ini ku ijinkan."

Seketika Alea kembali berjingkrak lalu menerobos ke kamar Adam. Adam mengusap tengkuknya seraya mengekor di belakang Alea.

"Kau sendirian?" tanya Adam menatap Alea.

Alea mengangguk.

"Kenapa kau pagi-pagi ke sini?"

"Sengaja." sahutnya enteng.

Adam mendelik. Ia langsung menjatuhkan pantatnya di samping Alea, menatap Alea penuh selidik.

"Kau meninggalkan suamimu?"

"Hm, masih terlelap." imbuh Alea tanpa dosa.

Adam mengusap wajahnya. Ia ingin menabok Alea yang tanpa dosa pergi dari rumahnya. Terlalu kejam bahasanya. Tapi ya itulah.

"Abiel juga kau tinggalkan?"

Lagi-lagi Alea mengangguk.

"What the hell?!" umpat Adam.

Wanita itu mengangkat bahu, cuek.

"Al, kau. Ah! Kau meninggalkan Abiel yang baru berumur satu bulan bersama Kafka yang masih terlelap? Ah! Ibu macam apa kau? Kalau Kafka tau kau ada di sini, ia akan memarahiku habis-habisan." lanjut Adam geram.

MArriAge LoserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang