Lima

29.3K 1.4K 8
                                    

Sudah hampir seminggu ini Adel tak pernah lagi melihat batang hidung Adam. Tepatnya sejak ia meminta Adam untuk melupakannya.

Adelia: Apa kau baik-baik saja?! Aku tak pernah melihatmu lagi. Kau dimana?

Sent. Adel mengirim sebuah pesan messenger untuk Adam. Ini adalah pesan kelima. Namun satupun tak ada yang dibalas oleh Adam. Ada sebersit rasa nyeri saat mengingat Adam. Bagaimana kalau laki-laki itu benar-benar melupakannya? Jauh di dalam hatinya ia masih mengharapkan laki-laki itu. Tapi entah apa yang menyebabkan Adel menjaga gengsinya yang menggunung.

" Apa yang kau lamunkan, sweety?"

Adel terkesiap.

" Hey, Ben. Duduk. Kau mau pesan apa?" ucap Adel sedikit gugup.

" Moccalatte saja."

Benny melonggarkan sedikit dasinya. Tangannya terlipat di meja, menatap Adel yang tengah berbicara dengan seorang waiter. Sesaat kemudian Adel kembali menatapnya.

" Dari kantor?" tanya Adel.

" Iya. Bagaimana kabarmu?"

" Hey, baru juga kemarin kita bertemu kau menanyakan kabarku. Sekarang kau menanyakannya lagi?"

" Ya. Aku selalu ingin mendengar dan memastikan kau dalam keadaan baik-baik saja."

Adel tertawa lirih. Ben, kau selalu manis padaku tapi kau menyakitkan. Kau tak pernah mengikatku dalam sebuah komitmen, batin Adel.

" Ben, apa kau pernah mencintai seseorang?"

Beny tertawa.

" Ada apa kau tiba-tiba menanyakan itu?"

" Jawab saja, Ben."

" Setiap orang pasti pernah mencintai seseorang, Del."

" Bagaimana kisah cintamu?"

" Kau ingin aku bercerita?"

Adel mengangguk," kalau kau tidak keberatan."

" Hm, Aku pernah menyukai seseorang saat kuliah. Tapi sayang, gadis itu tak melirik sedikitpun. Ia sibuk mengejar sahabatku. Bahkan sampai sekarang."

" Kau tak pernah mengungkapkannya?"

" Tidak perlu. Aku sudah tau jawabannya. Jadi untuk apa aku menaruh harap padanya."

" Setidaknya itu bisa membuat hatimu lega, Ben."

" Bisa saja. Tapi tidak untuk sekarang."

" Ben.."

" Kau sendiri bagaimana dengan Adam?"

Adel tertawa lirih.

" Mungkin dia sudah melupakanku. Ini salahku yang memintanya untuk melupakanku."

" Kenapa? Bukankah kau dulu yang gencar mendekatinya? Membuatnya jatuh cinta padamu?"

" Kurasa ia masih mengharapkan Alea-nya."

" Kau ini. Tidak mungkinlah. Semua yang mengenal Alea pasti akan mengagumi sosoknya tapi bukan berarti mencintainya, Del."

" Apa kau juga mengagumi wanita serampangan itu?"

" Tentu saja. Aku ingin mendapatkan wanita sepertinya yang bisa membuat Kafka tak melirik wanita lain. Hanya terpaku pada Alea. Mereka keluarga kecil yang unik dan sangat harmonis."

" Andai saja aku bisa seperti Alea.."

" Tak perlu, Del. Cukup jadi dirimu sendiri. Selama ini kau terlalu sibuk menarik perhatian dengan segala cara tapi kau melupakan dirimu sendiri."

MArriAge LoserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang