Empat Belas

21.7K 1.1K 5
                                    

Entah berapa kali Beny mencoba menghubungi Adel tapi tak ada jawaban. Ia menggeram kesal.

Oh, Adel!! Come on!! Weekend sebentar lagi. Aku bisa babak belur dihajar Kafka kalau aku tak menghadiri gala dinner itu!! rutuknya dalam hati.

Ia segera meraih ponselnya saat terdengar dering nyaring dari ponselnya.

Adelia: Tenang saja, aku sedang bersama Maura saat ini.

Beny: Aku tunggu kabar baikmu.

Tak ada balasan lagi darinya. Sial!! Perempuan itu sukses membuat perasaanya seperti di kocok dengan mixer dengan kecepatan full.

Adel tersenyum jahil saat membaca pesan dari Beny. Ia kemudian memasukkan frenchries ke dalam mulutnya.

" Jadi apa rencanamu, Maura?"

Maura menggedikkan bahunya. Ia menyeruput teh poci-nya.

" Kau tau tidak? Beberapa hari lalu Kafka menyidang mereka berdua?"

" Oya? Kenapa? Kesalahan apa yang mereka buat sampai Kafka meradang?" Maura membelalakkan matanya.

" Pertanyaan yang sama saat Beny bercerita kepadaku."

" Haha. Beny?! Kurasa pria itu pantas mendapatkannya."

" Kau membencinya, eh?"

Maura tertawa seraya menggeleng," memang bagaimana ceritanya?"

" Hm, Kafka geram dengan sikap labil mereka."

" Wait!! Jangan bilang Alea akan melakukan ini pada kita berdua."

" Hm. Tidak menutup kemungkinan."

Maura mendesah lesu.

" Well, kau harus membuka hatimu, Maura."

" Adel, please."

" No! Dengan Beny."

" Tapi,,"

" Kau mencintainya tapi kau mengingkarinya."

Grab!!! Kau mendapatkannya, Adel!! rutuk Maura dalam hati. Ia tersenyum kecut. Tak ada alasan untuk mengingkarinya. Sampai kapan harus membohongi dan melawan hatinya bahwa sesungguhnya ia menyimpan rasa pada pria itu.

" Tapi, Adel."

" Beny menunggumu weekend nanti. Ia ingin mengajakmu gala dinner."

Maura meringis. Ia tak tau harus menjawab apa.

" Kediamanmu kuanggap kau menyetujuinya. Well, aku harus segera pulang, Maura."

Maura mendengus pasrah, menatap kepergian Adel. Pikirannya dipenuhi dengan cinta dan kecewa pada pria itu.

***

Langkah Adel cukup semangat memasuki sebuah cafe kecil langganan Beny. Pria itu sudah menunggunya sejak tadi di meja pojok. Wajahnya kusut, cemas dan hopeless.

" Aku mendapatkannya, Ben." ucap Adel tanpa basa-basi.

Beny terperangah. Ia menegakkan wajahnya, matanya menatap Adel tak percaya. Adel memainkan alisnya seraya tersenyum lebar.

" Kau serius?"

" Hm, jangan lupa tas hermes-nya."

" Bisa kau mengulanginya?"

" Tas HERMES."

" Bukan itu. Soal Maura."

" Aku mendapatkannya."

Sesaat Beny terbengong, namun kemudian ia bangkit bersorak histeris, menarik Adel dalam pelukannya.

" Aku akan memulainya?! Oh, God!!" desisnya masih tak percaya.

MArriAge LoserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang