MArriAge Loser
Sebelas
Kafka memijit pelan pelipisnya, mengatur emosinya yang sedikit naik. Ia menatap tajam dua makhluk yang duduk di depannya dengan wajah yang sama-sama terlipat.
" Kalian membuatku pusing, huh! Ayolah kalian semua lebih tua dariku. Berhenti bersikap seperti abg labil!" desah Kafka frustasi.
Sore ini Kafka sengaja mengajak mereka duduk satu meja di ruang kerja Kafka. Ia geram dengan masalah pribadi mereka yang semakin tak jelas.
" Apa yang ada di dalam pikiran kamu, Beny Tanugraha?!" geram Kafka.
" Dan kau juga, Adam El Pasha."
" Aku tak tau.." desis Beny pelan. Ia tau bagaimana seramnya Kafka jika sedang marah.
" Adam?!!"
" Aku butuh waktu untuk sendiri."
" Well, Adam. Jujur saja apa kau akan memberinya kesempatan?"
" Adel?"
Beny melirik tajam ke arah Adam. Kafka tau itu tapi ia sedang ingin membahas masalah Adam.
" Tentu saja. Bagaimana?"
" Aku butuh waktu. Dan kau tau aku bagaimana sulitnya menerima orang baru."
" Lalu bagaimana dengan Maura? Sumpah kalian membuatku bingung. Skandal apa ini?"
" Bukan skandal, Kaf. Aku hanya menyukai perubahannya yang cukup manis. Tapi bukan berarti aku jatuh cinta padanya."
" Jadi kau tetap pada Adel-mu?! Oh, come on!! Sandiwara apa ini huh?"
Kafka menghembuskan nafasnya sedikit keras.
" Aku mencintainya.." Beny membuka suaranya.
Adam menjengit. Ia mendelik sebal pada Beny. Sesaat keduanya beradu dengan tatapan tajamnya. Kafka menggeram.
" Jatahmu nanti. Aku ingin menyelesaikan Adam dulu! Tetap bertahan dengan posisimu." perintah Kafka tegas.
Beny mendengus.
" Lanjutkan, Adam."
" Apa yang harus ku jelaskan?! Aku hanya sedang ingin sendiri, belajar menerima kembali wanita itu. Tapi aku tak mampu untuk langsung kembali menerimanya. Sudah kubilang aku butuh waktu."
" Setidaknya kau tetap berkomunikasi dengannya, Adam."
Adam terdiam.
" Aku tak tau bagaimana memulainya."
" Apa kau butuh bantuanku?"
" Tidak. Aku selalu merepotkanmu."
" Hm, buktikan kalau kau bukan pengecut. Well, aku tunggu sepak terjangmu. Kau boleh pulang sekarang."
Adam meringis lalu beranjak dari ruangan itu. Kini tinggal Beny yang harus berhadapan dengan Kafka. Meskipun ia lebih tua namun ia tak cukup dewasa di banding Kafka.
" Kau, Ben. Ada apa denganmu?"
Beny terdiam, mengusap tengkuknya. Ia tak tau harus bicara apa pada lelaki yang membuat nyalinya menciut.
" Berapa umurmu?"
" Ayolah, Kaf. Jangan bicara umur." Beny mengiba.
" Kenapa? Kau malu?"
Beny mengangguk pelan.
" Tapi kau tak malu dengan kelakuan norakmu."
" Maksudmu?!"

KAMU SEDANG MEMBACA
MArriAge Loser
DiversosAdam El Pasha. Pria peranakan pakistan-jawa kini harus mengakui kekalahannya untuk bisa memenangkan hati Alea Salsabill. Ia harus menerima kenyataan bahwa cintanya kandas tak terbalas. Nyatanya gadis itu tak memiliki rasa sedikitpun padanya. Hatinya...