Tiga Belas

24.3K 1.1K 2
                                        


Penampilan Beny bukan lagi seperti seorang atasan. Ia tak lebih dari pria mengenaskan. Rambut tebal hitamnya yang lebih dari acak-acakan. Kemejanya yang keluar dari ikatan pinggang. Lalu lengannya yang terlipat asal. Ia tertunduk lesu di pojokan cafe. Oh, Beny!! Mengenaskan sekali!!

Sesaat Adel menghentikan langkahnya. Ia menghampiri pria mengenaskan itu.

" Hey, kau terlihat menyedihkan sekali?! Ada masalah, Ben?"

Beny menegakkan wajahnya mendengar suara lembut di hadapannya.

" Engh, Adel?"

Adel menaikkan alisnya sebelah. Meletakkan beberapa paperbag hasil belanjaannya.

" Kau dengan siapa?" tanya Beny.

" Sendiri. Sedang apa kau, eh?"

" Aku habis direbus oleh Kafka." ucapnya lesu membuat Adel tergelak tawanya.

" Memangnya kau kenapa sampai membuat pria setenang dan sesupel Kafka meradang?" ucapnya di sela tawanya.

" Apa kau tak tau? Beberapa hari lalu Kafka menggodok kami." sungut Beny.

" Kami?" Adel menautkan alisnya.

" Hm, aku dan Adam."

Adel semakin tergelak tawanya," hey, kalian mengenaskan sekali kedengarannya, huh?"

" Semuanya gara-gara wanita."

" Oya?"

" Hm."

" Tidak juga. Kafka peduli dengan pria-pria TUA yang masih melajang." Adel menekankan ucapannya pada kata 'TUA' membuat Beny mengerling kesal.

" Kau meledekku, huh?!"

" Ini kenyataan, Ben."

" C'mon! Aku tak setua itu. Aku masih sangat tampan."

" Buatmu. Tidak buatku. Haruskah aku memanggilmu Oom-Oom kesepian?!!"

" Adelll!!!" geram Beny.

" Well, jadi apa masalahmu, Oom Beny?"

" Oh, please, Adel. Hanya Abiel yang berhak menyematkan gelar Oom untukku."

Beny mendengus kesal. Sementara Adel mengusap airmata di sudut matanya karena tawa kerasnya barusan.

" Kafka menyuruhku mewakilinya di gala dinner akhir pekan nanti."

" Lalu masalahnya?"

" Aku belum punya partner."

" Ajak Maura, Ben."

" Kau tau sendiri, Maura selalu menghindariku. Memangnya aku makhluk menjijikkan apa?"

" Ya. Karena kau pria tua norak yang tak mengenal komitmen."

" Jujur sekali kau!!"

" Jadi mau kubantu bicara dengan Maura?"

Beny mengerjabkan matanya. Senyumnya melebar.

" Well, semua ada itungannya, Ben."

" Dasar perempuan matre!"

" Tapi itu terserah kamu. Mau atau tidak. Aku tak akan memaksa pria mengenaskan sepertimu."

" Kau bahagia sekali bisa mencelaku."

" Tentu saja." Adel kembali tertawa.

" Well. Kau mau apa?"

" Tas terbaru warna merah."

MArriAge LoserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang