Empat

27.6K 1.4K 8
                                    

Kafka keluar dari kantornya dengan Abiel di gendongannya. Alea mengikutinya dari belakang.

" Abiel?!! Ya ampun, kau membawanya kemari?! Sejak kapan?" tanya Beny yang baru saja keluar dari ruang kerjanya.

" Tadi siang, Ben."

" Woa, keluarga kecil yang sangat bahagia."

Kafka terkekeh. Ia kemudian kembali melangkah.

" Gandeng lenganku, Al." pinta Kafka.

" Memangnya kenapa?"

" Jalanmu seperti sedang mengikuti majikan." cibir Kafka.

Alea memutar bola matanya. Kemudian tangannya menyelip di lengan Kafka.

" Ini baru namanya istri." ujar Kafka menyeringai.

Alea hanya mendengus kesal. Dalam diam Alea tersenyum manis melihat rona bahagia yang teramat sangat di wajah pria itu.

" Apa kau bahagia?!" tanya Alea lirih.

" Tentu saja. Kalian anugrah terindahku. Milikku yang paling berharga."

" We always love you, my man."

Kafka menundukkan kepalanya sedikit, mencium pelipis Alea. Seketika rasa panas menjalar di tubuh Alea, apalagi saat beberapa karyawan memperhatikan mereka.

" Kafkaa!!!"

Suara itu?! Alea sedikit menegang. Perasaannya berubah tak enak. Ia menoleh. Dari arah Lobby seseorang berlari kecil menyongsong Kafka.

" She's back." bisik Alea.

" Aku kembali, Kaf." ucapnya dengan mata berbinar-binar.

" Untuk?!" Kafka menaikkan alisnya sebelah.

" Ini?!" Maura terdiam tak percaya menatap malaikat kecil sedang mengerjab-ngerjabkan mata coklatnya di gendongan Kafka.

" Abiel Kafka. They're mine."

" Buah cintamu dengan Alea?"

Kafka mengangguk. Alea hanya memandangi Maura yang tampak shock.

" Impossible." desisnya.

" Well, aku duluan, Maura." ucap Kafka.

Maura masih tak bergeming. Ia menatap punggung Kafka nanar.

Ini sulit untuk kuterima, Kaf. Kau benar-benar menikahi Alea. Dan kini kau sudah memiliki anggota baru di hidupmu. Aku bisa apa, Kaf?! batinnya.

***

Malam menjelang. Kafka ada undangan penting makan malam bersama clien lamanya. Tadinya ia bersikukuh mengajak Alea. Tapi Alea lebih keras lagi menolaknya dengan alasan Abiel.

Alea termenung menatap kosong box bayi. Abiel sudah terlelap di dalamnya. Tangannya meraih ponselnya.

" Ya, Al.." suara di seberang telfon terdengar serak.

" Kak.."

" Ya, kau kenapa?"

" Kau baik-baik saja?" tanya Alea sendu.

" Tentu saja."

Alea tersenyum kecut. Ia tau Adam. Adam tak mungkin melarikan dirinya dari peredarannya begitu saja jika ia baik-baik saja.

" Kau membohongiku."

" Bohong apa?"

" Pengecut." umpat Alea.

" Aku memang pengecut, Al."

" Kau menyedihkan sekali, Kak."

Adam menghela nafas panjang.

MArriAge LoserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang