Delapan

24.1K 1.2K 3
                                        

Meirish Narinia. Kekasih Beny sejak pertama masuk SMA. Cinta pertamanya dan hanya untuk dia tak ada yang mampu menggantikan. Cantik, lemah lembut dan pintar memasak. Mereka memutuskan untuk kuliah di Amerika dengan universitas yang sama.

Beny sangat mencintainya. Begitu juga Irish. Sampai sampai ia tak ingin Beny khawatir dengan keadaannya. Tahun pertama di Amerika, Irish di vonis kanker otak. Penyakit yang merenggut beberapa anggota keluarganya. Hingga pada malam itu, Irish jatuh pingsan. Saat itu juga Beny baru tau semua kesakitan Irish dari penuturan seorang dokter. Yang lebih menyakitkan lagi Irish bahkan mengajukan dirinya sebagai pendonor jantung.

Tak peduli dengan beberapa orang yang menatapnya aneh, iba atau malah menertawakannya. Beny tak punya rasa malu untuk menangis meraung raung, menatap tubuh ramping Irish yang terisolasi di ICU sana. Irish tertidur di sana dan tak bangun lagi. Beny hanya bisa menatap kosong, menertawakan dirinya sendiri yang ditinggal kekasih yang sangat di cintainya.

Ia menemukan secarik kertas yang digulung dalam botol berpita ungu di dalam laci apartemen Irish saat ia memberesi barang kekasihnya usai penerbangan jenazah Irish ke indonesia. Hal yang membuatnya kembali meratapi kepergian kekasihnya.

Hey, Sweetheart..

Aku mencintaimu teramat sangat. Terimakasih sudah memberikan hal terindah dalam hidupku. Sweetheart, Aku tak akan pergi kemana-mana. Aku akan tetap di sini menemanimu meski nanti aku tak seperti aku yang kau lihat di matamu.

With Love. Irish.

Beny kembali memasukkan kertas itu dalam botol dan menyimpannya di saku jaket tebalnya. Ia kemudian mencari berbagai informasi tentang jantung Irish di rumah sakit itu. Ia mendapatkannya. Maura Karenina, pasien gagal jantung yang menerima jantung Irish. Transplantasi yang terbilang sangat sukses. Beny kemudian mencari tau sosok Maura yang ternyata berasal dari Indonesia. Cukup mudah untuk mencari tau siapa wanita itu karena ia ternyata satu fakultas dengannya sebelum wanita itu pindah ke Paris untuk mengejar cita-cita. Fashion school.

Baru ia tahu kalau wanita galak itu selalu mengejar Kafka, sahabat Beny. Bahkan wanita itu tak melirik Beny sedikitpun meski Beny berusaha menarik perhatiannya. Bukan karena Beny mencintai wanita itu, tapi yang ada dalam tubuh wanita itu. Jantung Irish. Beny merasakan kehadiran Irish saat berhadapan dengan wanita itu.

Aku harus mendapatkan wanita itu. Entah kapan. Menjadikannya di sisiku selamanya sampai jantung Irish berhenti berdetak, janji Beny.

Beny terkesiap menatap tubuh ramping yang tertidur di pelukannya. Ia mendesah. Ingatan Irish baru saja membangunkannya dari lelap tidurnya. Ia melirik jam yang tersusun rapi di antara pajangan lainnya di atas nakas. Pukul 00.30.

" Ra.. Kau tak pulang?" bisik Beny mengusap pipi Maura.

" Hm.." Wanita itu mengeratkan lingkaran lengannya di perut Beny.

" Kau mau tidur di sini?"

" Aku nyaman di sini." ucapnya tak jelas.

" Tidurlah." I love you, Irish, gumam Beny dalam hati.

***

" Pagi, Kaf." sapa Beny saat Kafka berkunjung ke kantor baru Beny.

Kafka hanya terkekeh. Sesaat ia menautkan alisnya menatap Beny yang sedikit lebih segar pagi ini.

" Hay, Ben. Kabarmu?"

" Baik, Kaf."

" Tidak sebaik saat kau jatuh cinta."

Beny mendengus. Pria ini selalu meledeknya. Padahal pria ini cukup tau bagaimana perasaannya.

" Ben, kumohon. Berhentilah untuk bermain-main. Saatnya kau menjalani sebuah komitmen."

MArriAge LoserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang