" Kak Abiel, Kak Abeil, Siena datang."
Sebuah suara gadis kecil berteriak membuat Abiel mendengus kesal.
" Mommy, aku tak mau bermain dengan Siena." protes Abiel menghampiri Alea yang tengah menemani Kafka bersantai di ruang TV.
" Hey, Siena anak baik. Kenapa Abiel tak mau, hm?" tanya Alea lembut membawa bocah lima tahun itu ke pangkuannya.
" Siena maunya main boneka, Mommy." Abiel merengut.
Kafka tertawa.
" Sebentar lagi Arsy datang sayang." Kafka menenangkan putra pertamanya.
" Apa Annish akan ikut?" tanya Abiel polos.
" Tentu saja. Memangnya kenapa, sunshine?" tanya Kafka seraya melingkarkan tangannya di pinggang Alea.
" Aku senang Annish ikut. Karena Siena pasti ada teman bermainnya jadi tidak akan mengganggu aku dan Arsy."
Alea tertawa. Begitu juga Kafka. Dalam sekejab jagoan kecil itu dihujani ciuman dari Daddy-Mommy nya membuat bocah itu tertawa keras menahan geli.
Siena Tanugraha, gadis kecil lincah, peri kecil Beny dan Maura yang berusia tiga tahun. Arsy El Pasha, jagoan kecil Adam berusia empat tahun. Tuhan memberi pasangan itu anak kembar. Arsy El Pasha dan Annish El Pasha. Kafka sendiri selain Abiel Kafka, ia memiliki jagoan kecil yang berumur satu tahun, Aaron Kafka.
" Adam mana?" tanya Beny seraya duduk di sofa bersama Maura yang tengah hamil besar. Sementara Siena dengan genitnya memaksa Abiel untuk turun dari pangkuan Alea, mengajaknya bermain boneka.
" Sebentar lagi datang." jawab Kafka sambil menahan tawa melihat anaknya cemberut kesal.
" Putrimu genit sekali, eh?! Abiel ketakutan karenanya." seloroh Kafka yang hanya dijawab dengan tawa keras dari Beny.
" Siena, sweetheart, jangan ganggu Kak Abiel." tegur Maura lembut.
Gadis kecil itu menghentak-hentakkan kakinya ke lantai.Tangannya bersilang di dada, mulutnya mengerucut. Gaya marah khas anak kecil.
" Siena mau main sama kak Abiel, mom." jeritnya kesal.
" Siena mainnya nanti sama kak Annish ya?" bujuk Beny.
Gadis kecil itu menggeleng keras," aku maunya Kak Abiel. Aku sukanya sama Kak Abiel."
" Mommy, Abiel nggak suka." lenguh Abiel lirih lalu merebahkan kepalanya ke dada Alea.
" Sebentar lagi Arsy datang, sayang." ucap Alea lembut sambil membelai kepala Abiel. Sementara gadis kecil itu mengamuk di dekapan ayahnya, Beny.
Selang beberapa menit kemudian Arsy yang ditunggu-tunggu datang. Membuat Abiel langsung turun menyambut pria kecil, teman main favoritnya.
" Hey, Siena kenapa?" sapa Adel melihat gadis kecil itu yang sesenggukan di pelukan Beny.
" Dia maunya main sama Kakak favoritnya, Abiel." kekeh Beny membiarkan tangan mungil itu memukul dada bidangnya bertubi-tubi.
Adel tertawa mendengarnya. Gadis kecil itu memang sangat agresif sekali dengan Abiel. Kakak ganteng katanya.
" Siena mainnya sama Kak Annish aja ya? Tuh kak Annish bawa boneka baru." bujuk Adel.
Dengan sisa isaknya gadis kecil itu turun menyambut uluran tangan dari Annish.
" Mirip sekali dengan ibunya." celetuk Adel membuat Maura terkekeh.
" Aaron mana?" tanya Adam pada Kafka.
" Di kamar. Baru saja terlelap dia."
Adam menggerutu," keponakan tidak sopan! Oom nya datang ditinggal tidur!!"
" Lihat saja ke kamarnya, Kak." ucap Alea.
Adam segera beranjak diikuti oleh Adel menuju ke kamar Aaron.
Ini adalah akhir pekan. Dua keluarga kecil itu berencana berkunjung ke rumah Kafka. Tak lama anak-anak kecil itu sudah berceloteh, berbaur ke sana kemari.
Adam menarik tubuh Adel merapat ke pelukannya.
" Kau menyesal menikah denganku?" bisik Adam.
" Iya."
Adam menautkan alisnya.
" Iya. Kenapa tidak dari dulu saja, hm?" ralat Adel membuat Adam tersenyum lebar.
" Kau mencintaiku?"
" Lebih dari itu."
" Aku juga. Aku mencintaimu lebih dari hari kemarin-kemarin."
" Kau tertular Kafka, eh?"
Adam terkekeh.
" Dia membuatku kagum. Selalu bisa membuat wanitanya meleleh setiap saat."
Adel tersenyum tipis. Terus terang keluarga kecil itu membuatnya sedikit iri. Ia berusaha keras menjadi yang terbaik untuk keluarganya seperti apa yang dilakukan Alea. Ia rela mengundurkan diri dari kariernya seperti apa yang pernah dilakukan Alea. Adel menghembuskan nafasnya lalu menatap lembut pria yang memeluknya.
" Adam, Jangan pernah lelah mencintaiku."
" Tak akan, sayang."
" Dan jangan pernah lelah mengajari aku untuk menjadi yang terbaik.."
" Ssh, aku menerimamu apa adanya. Kau tetap yang terbaik. Nobody perfect, right?"
" Aku beruntung memilikimu. Aku.. aku sangat bahagia Tuhan mengembalikan kamu untukku."
" Aku yang beruntung, sayang. Tuhan menghadirkan kamu untukku, pria loser."
Adel terkekeh, memukul pelan dada bidang itu. Wajahnya sedikit merona. Sesaat kemudian Adam mendekatkan wajahnya, menggesekkan ujung hidung mancungnya dengan ujung hidung mungil Adel.
" Hey, kue nya sudah siap!!"
Teriakan Alea menyadarkan keduanya. Sesaat kemudian keduanya menghampiri dua keluarga yang tengah bersantai menyantap kue di ruang TV.
" Minggu depan jalan-jalan yuk." ajak Beny.
" Kemana?" tanya Kafka.
" Jogja. Ke rumahku."
" Boleh tuh." sahut Adam.
" Fix ya?!!" ujar Maura.
" Atur saja, Ra." ucap Alea santai.
Setidaknya aku adalah orang yang paling beruntung meski pernah menge-cap predikat pria loser. Aku memiliki keluarga kecil yang cukup bahagia. Sepasang anak kembar yang melengkapi hidupku. Lalu keluarga kecil Alea yang berarti keluargaku juga. Oya, selamat datang keluarga Beny di hidupku. Adam terdiam menyunggingkan senyumnya mengingat kembali apa yang sudah ada dalam lingkaran hidupnya.
-----------------'---------------------

KAMU SEDANG MEMBACA
MArriAge Loser
AcakAdam El Pasha. Pria peranakan pakistan-jawa kini harus mengakui kekalahannya untuk bisa memenangkan hati Alea Salsabill. Ia harus menerima kenyataan bahwa cintanya kandas tak terbalas. Nyatanya gadis itu tak memiliki rasa sedikitpun padanya. Hatinya...