Tepat pukul 17.00. Adel bergegas keluar dari kantornya menenteng tas hitamnya. Kacamata bingkai tebal, rambut ikal yang di kuncir kuda lalu blouse hitam yang dipadu dengan rok ketat hitam satu jengkal di atas lutut, dibalut blazer coklat kopi serta riasan wajah yang cukup natural benar-benar membuat orang yang melihatnya menelan ludah. Ia segera melajukan mobilnya menuju ke sebuah perumahan elite.
Butuh waktu yang cukup lama karena jalanan yang macet. Ia meraih ponselnya dari dalam tasnya.
" Al, aku di depan rumahmu!" ucap Adel seraya keluar dari mobilnya.
Tak berapa lama pintu terbuka. Adel sumringah memeluk erat sahabatnya.
" Aku merindukanmu!!!" pekik Adel.
" Kau sendiri?"
" Hm, kau tau? kantor sangat sepi sejak kau memutuskan untuk resign." ucap Adel merengut.
" Ayolah, aku hanya mencairkan suasana bukan pembuat kekacauan."
Adel tertawa seraya mengekor di belakang Alea.
" Oya, mana Abiel?"
" Hey, bisakah kau menanyakan ibunya? Tidak Kafka, tidak Adam, tidak Beny kalau datang selalu menanyakan mana Abiel? Dan kau sekarang menambah daftar." Alea memutar bola matanya.
Adel tertawa. Ia segera menerobos masuk menggendong Abiel yang tengah terlelap di ranjang. Adel cekikikan, membelai pipi halus Abiel dengan jarinya.
" Hey, sunshine. Ibumu cemburu padamu karena orang-orang tak lagi menanyakannya, malah menanyakanmu." bisik Adel seraya mengerling jahil pada Alea.
Alea memutar bola matanya lalu mengambil duduk di samping Adel. Ia tersenyum menatap Adel yang terlihat sangat menyayangi Abiel.
" Abiel tampan ya?" celoteh Adel.
" Adam bilang ia sangat mirip dengan Kafka. Kau sudah pantas disebut 'mom', Del." kelakar Alea.
Adel tertawa lirih.
" Adel,.."
" Aku meragukannya." ucap Adel lirih.
" Adam?"
Adel mengangguk lemah. Sejenak ia tersenyum saat Abiel menggeliatkan badan mungilnya.
" Hey, kau panjang sekali, nak. Kurasa nanti kau akan tumbuh jangkung seperti ayahmu." bisik Adel lembut.
" Hey, kau perlu menjelaskannya padaku." desak Alea.
" Adam sangat sibuk. Ia sepertinya lebih mementingkan kariernya daripada aku. Kau tau saat-saat tersulit buatku adalah ketika Beny selalu ada untukku di tengah kesibukannya mengatur jadwal Kafka-mu."
" Kau jatuh cinta padanya?"
Adel menggeleng lemah. Ia tersenyum getir, matanya berkaca-kaca menatap langit-langit kamar Alea.
" Aku tak tau, Al."
" Kau dulu pernah bilang, waktu akan membawanya kembali padamu. Dan kini aku akan bilang, waktu akan membawamu kembali padanya."
" Al, umurku sudah 28 tahun. Kau yang tiga tahun di bawahku sudah memiliki malaikat kecil. Sementara aku? Aku masih bingung harus berbuat apa?" Suaranya kini bergetar.
Alea terdiam, mengambil Abiel lalu menidurkannya kembali ke ranjang. Tangannya lalu bergerak merengkuh Adel. Ia mengerti perasaan Adel. Wanita itu sangat ingin menjadi wanita seutuhnya, memiliki keluarga kecil. Setidaknya ia berstatus istri bukan single lagi.
" Aku bukan wanita kuat sepertimu, Al. Aku.."
" Ssh, Kau sahabat terbaikku. Jika memang kau belum menemukannya mungkin nanti jika tiba saatnya ia akan datang menghampirimu." ujar Alea menguatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MArriAge Loser
De TodoAdam El Pasha. Pria peranakan pakistan-jawa kini harus mengakui kekalahannya untuk bisa memenangkan hati Alea Salsabill. Ia harus menerima kenyataan bahwa cintanya kandas tak terbalas. Nyatanya gadis itu tak memiliki rasa sedikitpun padanya. Hatinya...