Maura memasuki ballroom tempat gala dinner berlangsung dengan setengah hati. Ia sangat cantik malam ini. gaun merah marun panjang membalut tubuhnya. Kalung silver dengan liontin kecil memperindah leher jenjangnya yang terekspos karena rambutnya ia sanggul, menyisakan sedikit anak rambut yang dibuat curly. Penampilannya membuat beberapa pasang mata menelan air liurnya susah payah.
" Kau lama sekali, huh?!!" protes Maura kesal saat Beny datang menghampiri.
Matanya melirik pria itu yang berbeda. Rambutnya tertata rapi dengan setelan jas hitamnya. Ia hampir saja meleleh jika Beny tak membuka suara.
" Salahmu sendiri menolak jemputanku."
Maura memutar bola matanya kesal. Ia melangkah lebih dulu sambil sedikit menghentakkan kakinya.
" Maura, you're my partner, right?" Beny melangkah lebar menyusul wanita keras kepala itu.
" Hanya sebatas partner!!" tekan Maura tanpa menghentikan langkahnya.
" Bagaimana kalau aku menginginkan yang lebih?"
" Hanya dalam mimpimu, Ben!"
Beny memilih diam. Ia tak ingin acara gala dinnernya rusak berantakan gara-gara ia memaksa Maura untuk mendengarkan ungkapan perasaannya.
Dari jarak beberapa meter, Kafka terlihat mengawasi keduanya. Ia hadir mengenakan kemeja putihnya tanpa jas. Ia memilih tampil santai namun tetap formal. Alea hadir sambil membawa dua gelas air minum. Ia mengenakan dress panjang berwarna mocca tanpa accesoris apapun tapi mampu membuat beberapa pasang mata berdecak kagum.
" Kau terlihat seperti orang tua mengawasi anaknya, Kaf."
Kafka hanya tertawa kecil," kalau kau berada diposisiku mungkin kau akan melakukan hal yang sama, Baby."
" Oya, kau tampil beda sendiri, Kaf."
" Yang penting masih sopan, kan? Masih terlihat HOT kan?" Kafka mengerling, menggoda Alea.
Alea mengerucutkan bibirnya kemudian tertawa kecil. Ia tak mampu menyembunyikan rona merahnya. Tangan Kafka melingkar ketat di pinggangnya lalu membawa Alea berkeliling seraya mencari keberadaan Beny.
" Come on! Aku bosan di sini." ucap Maura mengajak Beny pulang.
" Acara baru di mulai beberapa menit lalu, Maura." geram Beny.
Maura mendengus kesal.
" Kalau saja bukan karena Adel, aku tak mau menemanimu. Menyebalkan!!"
" Jadi kau menyesal?"
" Bukan! TERPAKSA!!"
" Memangnya kau tak bisa lembut sedikit padaku?"
" NO! Tidak sama sekali untuk pria mengenaskan sepertimu."
" Hell. Sepertinya aku harus merelakan semuanya menguap begitu saja. Kau benar, Maura. Pria sepertiku tak pantas untuk berharap. Terlebih dengan wanita sempurna sepertimu." ucap Beny lirih terdengar miris di telinga Maura.
Maura terdiam melihat Beny tertunduk. Ia sedikit merasa bersalah.
" Kau sensitif sekali, huh?!" cibirnya berusaha mencairkan keadaan.
" Ini kenyataan, Maura. Maaf mengganggu waktu senggangmu. Aku akan mengantarmu pulang. Kuharap kau melupakan omongan konyolku sejak tadi."
" Termasuk.."
" Tentang keinginanku menjalin komitmen denganmu. Lupakan. Aku tak mau membuat hidupmu terganggu dengan ucapanku."
" Dasar pria loser."
![](https://img.wattpad.com/cover/33040431-288-k785557.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MArriAge Loser
DiversosAdam El Pasha. Pria peranakan pakistan-jawa kini harus mengakui kekalahannya untuk bisa memenangkan hati Alea Salsabill. Ia harus menerima kenyataan bahwa cintanya kandas tak terbalas. Nyatanya gadis itu tak memiliki rasa sedikitpun padanya. Hatinya...