Enam Belas

33.4K 1.2K 5
                                        

Kafka kembali mendengus kesal. Menahan geramnya pada dua pria yang bersitegang di hadapannya memperebutkan dirinya untuk menjadi saksi dalam pernikahan mereka yang rencananya dilaksanakan tiga minggu lagi. Salahnya mereka memilih waktu yang bersamaan dan tak ada yang mau mengalah.

" Stop it!!!" seru Kafka.

Keduanya terdiam.

" Aku tak akan menghadirinya. Semuanya!!"

" Apa?!! Tapi .." pekik keduanya bersamaan.

" Kecuali kalian mau mengalah mengadakan acaranya dalam satu gedung. Jadi aku bisa menjadi saksi kalian dalam waktu yang sama."

" Tidak bisa, Kaf!" bantah Adam.

" Akan aku pastikan aku takkan hadir dalam momment istimewa kalian."

" Kaf, please.."

" Aku capek menghadapi sikap kalian yang seperti bocah SMA. Tak ada penawaran lagi. Mau atau tidak?!"

" Baik. Nanti kami akan membahasnya."

" Tak ada nanti. Putuskan segera, sebelum aku memutuskan akan ke Singapore, untuk bisnisku."

" Kapan?"

" Bersamaan dengan acara kalian."

" Apa?!!" pekik Adam.

" Baiklah, Kaf. Satu gedung." ucap Beny lesu.

Kafka hanya menyunggingkan senyum miringnya.

" Kau selalu menang dari kami, Kaf." sahut Adam tak kalah lesu.

" Well, aku tunggu undangannya." kekeh Kafka seraya beranjak meninggalkan cafe kecil itu.

***

" Apa?!!! Satu gedung dengan Beny?!!! Oh, come on, honey! Ini acara kita. Pernikahan kita. Hari istimewa kita sekali seumur hidup?" teriak Adel histeris tak terima saat Adam menceritakan rencananya.

Adam menutup telinganya dengan kedua tangannya rapat-rapat. Virus Alea rupanya menular pada wanita lemah lembut itu.

" Hey, kalau tidak begitu bagaimana caranya Kafka menjadi saksi dalam dua acara pada waktu yang bersamaan?"

Adel mendengus kesal. Ia kembali duduk ke sofa, dengan catalog undangan di tangannya.

" Tapi, Adam.."

" Mereka tak mempermasalahkan. Bahkan Maura menyambut senang."

" Memang sejak awal Maura ingin seperti itu."

" Lalu kenapa kau tak mau?"

Adel terdiam memikirkan jawaban. Tapi tak satupun terlintas di benaknya.

" Well, tak ada masalah kan?"

" Ada."

" Apa?!"

" Kita belum fitting baju, undangan sama cincin nikah."

" Hm, tadi pihak butik menelponku katanya bajumu harus dibuat ulang karena ada yang salah potong."

" Oh, God!! Itu akan memakan waktu lebih lama lagi. Butik macam apa?! Pelayanannya jelek sekali, huh?!" geram Adel.

" Kenapa kau sekarang lebih cerewet dari Alea, huh?!"

" Adam, waktunya tinggal tiga minggu lagi!!" geram Adel mengingatkan.

Adam hanya geleng-geleng kepala menghadapi Adel yang semakin uring-uringan begitu mendekati hari-H.

" Tenang saja. Semuanya pasti akan beres."

MArriAge LoserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang