Hari Ulang Tahun sekolah adalah 3 hari paling dinanti padahal persiapannya bisa berbulan bulan. Pertengahan 2013, jadi momen bersejarah karena sekolah kami yang nggak di kota besar, ya tapi nggak desa banget, berhasil mengundang Sheila on 7! Mungkin bagi kalian biasa ya? Tapi itu momen yang bikin sekolah kita jadi perbincangan seantero kota.
Malam puncak emang disetting malam Minggu. Kalian paham pasti alasannya. Agar yang punya pasangan bisa ngedate, agar yang pdkt bisa punya alibi ngajak jalan, dan yang jomblo bisa disuruh jaga stan. Sial, sudah bisa ditebak, Rana ikut jaga stan. Tapi berkat jaga stan, aku bisa bertemu si manusia aneh itu.
Jadi, waktu itu aku mampir ke stan kelasnya Claren. Kelas kami beda. Aku lebih suka maen sama temen temen dia, mungkin vibes anak IPS seru aja gitu. Nggak terlalu banyak beban belajar dan nggak ribet.
"Tau Claren nggak?" Tanyaku pada Aldo.
"Kayaknya ke dekat panggung sama cowoknya. Lagian guest star kita mau tampil kan? Kamu nggak nonton?" Jawabnya sambil bersiap pergi.Yah, aku sendiri di tengah keramaian itu. Claren asik pacaran, Alya nggak datang karena sakit, Irma ... Dia beda sekolah dengan kami. Aku pun menuju dekat panggung. Jujur aku suka Sheila on 7. Hampir semua lagunya sering aku dengar di radio dan aku hafal. Tapi memang dasarnya aku kurang nyaman di tempat ramai seperti ini.
"Kamu nggak pengen maju gitu?"
Hah, nggak tau siapa dan sejak kapan dia disitu. Aku memperhatikan sekeliling namun cuma ada kami.
"Lagi ngomong sama aku ya?" Aku malah nanya balik ke dia.
"Bukan, sama angin malam ini yang dinginnya nggak tanggung-tanggung," jawab si cowok aneh itu dengan tatapan lurus ke arah panggung.Hening dan suasana makin canggung. Diam diam aku menggeser posisi berdiriku menjauh dari si cowok aneh. Kembali menikmati dinginnya malam yang merasuk seluruh tubuh karena aku cuma pakai kaos panjang tanpa jaket. Sedingin apapun cuacanya, aku jarang banget mau pake jaket. Gerah.
Tiba tiba lampu sorot mati, Duta CS menaiki panggung pensi yang kami dekor sejak 2 hari lalu. Orang orang pun mulai berlarian merapat ke dekat panggung. Saking gelapnya tanpa sadar aku tersenggol dan hampir terjatuh. Eh tapi tunggu, nggak sampai terjatuh kok. Tanganku ditarik seseorang dengan tubuh tinggi, refleks merangkul agar tidak terdorong lagi.
"Anak kecil itu kalo nonton konser harus didampingi orang tua, apalagi yang nggak terlalu keliatan sama orang kayak kamu," celetuknya.
Hah?! Aku yang hampir berterimakasih jadi gondok. Namun aku belum bisa melihat siapa laki laki ini. Hanya dia memakai Hoodie warna gelap.
"Udah berasa jagain adek. Mana nggak pake jaket, kamu tantenya beruang kutub ya?" Ucapnya tanpa kuacuhkan.
Lampu mulai menyala meski masih redup. Loh?! Si cowok aneh. Aku pun melepaskan rangkulannya, dan pergi dari situ meski konser belum selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
UJARAN SEMESTA
Short Story"Ketika semesta tak berpihak pada rasa ..." Ini cerita yang sederhana, tapi mungkin akan rumit juga. Eh belum tau deng, masalah hati memang tidak bisa dianggap sepele kan? Rana si cewek biasa biasa saja yang setianya kelewatan. Arga si perhatian da...