Bel pulang sekolah masih kurang dari satu menit tapi aku sudah siap dengan tas di punggung.
"Semangat pulang ya, padahal dateng telat," sindir Fero.
Begitu bel berbunyi aku seperti loncat keluar kelas. Teman teman yang melihat pun heran. Aku berlari sekuat yang kubisa, berharap nggak bertemu Arga di tengah jalan
"Hati hati Dek Rana, nanti kesandung!" Teriak Mas Ilham, satpam sekolah kami. "Hehe duluan ya, Mas," sapaku dengan tidak mengurangi kecepatan.
Bruk!
"Aduh, kenapa pake lari sih. Ada yang excited banget nih mau ketemu aku," goda anak laki laki menyebalkan yang sok akrab dari pertama kali ketemu.Kenapa sih ini cowok gangguin mulu, kurang kerjaan kali ya. "Pede bener. Aku itu cuma emm cuma hobi olahraga aja makanya lari. Ya, gitu." Jawabku konyol.
"Ya udah, pake dulu helmnya. Aku sengaja bawa helm 2, udah feeling kalo bakal ngajakin cewek jalan."
"Lah tunggu, aku nggak bilang mau nemenin kamu kok, jalan aja sendiri."
"Yakin nggak mau nemenin? Tadi sih ada yang bingung minta maaf gara gara numpahin es jeruk ke baju aku, mana susah ilang nodanya," sindir Arga yang membuatku kembali merasa bersalah.
"Ya udah, ayok. Mau kemana kita?"
"Ikut aja." Sekali lagi Arga hanya tersenyum manis sambil memakaikan ku helm.
***
Kami sampai di sebuah area dengan gedung tinggi dan halamannya yang luas. Tempat parkir bawah tanah serta seluruh dinding penuh ukiran sejarah perjalanan Indonesia. Aroma buku buku telah menghipnotis indra penciumanku. Sudah lama aku tidak kesini. Tanpa sadar mataku tertutup, merasakan semilir angin di bawah Pohon Tabebuya yang tumbuh di sekitar tempat ini.
"Anak kecil akhirnya bisa senyum juga," lagi lagi Arga mengelus kepalaku seperti anak kucing. "Haduh Kak, rambutku berantakan!" Sahutku berusaha menetralkan pipi yang tidak bisa diajak kompromi. Bagaimana tidak, yang diacak acak rambut yang berantakan perasaan.
"Panggil Arga aja, aku nggak sudi jadi kakakmu," katanya sambil berjalan meninggalkanku yang masih sibuk bermain bunga.
***
Belum sempat masuk ke dalam perpustakaan, aku melihat Irma keluar dari sana bersama temen sekolahnya. Gawat kalau Irma sampai tahu. Aku belum pernah pergi bersama anak laki laki. Kalo ketahuan bisa diledekin habis habisan. Ya karena aku paling anti sama cowok. Dan sering nyinyir sama temen yang lagi bucin.
"Kak, eh Arga, kita kapan kapan aja yuk ke perpusnya boleh nggak. Perutku sakit nih, aduuh," rengekku agar Arga tidak curiga.
"Ya udah ke toilet aja sana."
"Ih nggak mau, harus di toilet rumah, please."
Arga mulai curiga padaku yang terus menutupi wajah. "Hmm yang sakit perut, tapi yang ditutup muka," dia sadar aku berbohong.
"Ya udah deh aku ngaku, aku nggak pengen sampe Irma liat, ayok buruan, nanti aja aku jelasin di jalan!"
"Ya udah, mari kita pergi Tuan Putri," godanya dan seenaknya merangkulku berjalan menuju parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
UJARAN SEMESTA
Short Story"Ketika semesta tak berpihak pada rasa ..." Ini cerita yang sederhana, tapi mungkin akan rumit juga. Eh belum tau deng, masalah hati memang tidak bisa dianggap sepele kan? Rana si cewek biasa biasa saja yang setianya kelewatan. Arga si perhatian da...