Arga masih berjalan cepat menyusuri rute jelajah malam, namun belum menemukan rombongan peserta. Perasaannya semakin tidak karuan jika teringat obat yang dibawa Rana. Dering telepon genggam menghentikan langkahnya. Rana?
"Halo, Ran kamu dimana?"
Arga diam sejenak untuk melihat sekeliling. Setelah menutup telepon dia berlari secepat yang ia bisa.
***
Aku masih menahan dadaku yang sesak bersama Fero. 5 menit berlalu tapi rasanya seperti ribuan jam. Aku sudah tidak kuat menahan sakit hingga kesadaranku mulai hilang. Dan sebelum benar benar hilang aku melihat bayangan samar yang berteriak memanggil namaku. Tapi semua mendadak gelap dan aku tidak ingat apa yang terjadi.
***
"Rana, kamu sadar nak?"
Ibuk. Suara pertama yang kudengar. Mataku menelusuri seluruh ruangan putih, berbau obat yang menyengat. Sudah lama sekali aku tidak kemari.
Aku terbaring lemah. Terpasang infus di tangan kiriku. Memakai baju biru khas seragam pasien.
"Syukurlah, Rana sudah stabil. Dia sudah berhasil melewati fase vegetatifnya. Sekarang dia tinggal pemulihan." Jelas dokter wanita paruh baya yang berbicara dengan ibuk.
"Terima kasih, Dokter Fatma."
"Saya permisi dulu ya. Rana, istirahat yang cukup, jangan lupa makan."
Aku tidak ingat persis sejak kapan aku terbaring. Aku mengalami kecelakaan dan ibuk bilang aku akhirnya melakukan operasi transplantasi jantung. Tidak tahu orang baik mana yang mendonorkan jantungnya untukku. Setelah itu aku masih harus mengalami fase vegetatif.
Kondisi vegetatif disebabkan oleh kerusakan otak akibat cedera, yang menyebabkan penderitanya dalam keadaan tidak sadar dan tidak responsif terhadap keadaan sekitarnya. Kata dokter kondisiku dipengaruhi karena cedera nontraumatis. Salah satunya penyebabnya adalah serangan jantung yang sempat kualami.
Tuhan. Aku benar benar bingung. Banyak pertanyaan yang ada di kepalaku. Apa yang terjadi malam itu? Siapa yang membawaku ke rumah sakit? Sudah berapa lama aku disini? Ah pada siapa aku harus bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UJARAN SEMESTA
Short Story"Ketika semesta tak berpihak pada rasa ..." Ini cerita yang sederhana, tapi mungkin akan rumit juga. Eh belum tau deng, masalah hati memang tidak bisa dianggap sepele kan? Rana si cewek biasa biasa saja yang setianya kelewatan. Arga si perhatian da...