13

48 8 0
                                    

"Ran, are you ok?"

"Iya," aku tersadar dari lamunan.

"Kamu hari ini diem banget, padahal biasanya bawel."

"Maaf ya, Ga."

"Eh kita sampe nih, yuk turun."

Hari ini aku mengantar Arga ke bandara untuk pertama kalinya. Awal dari hubungan jarak jauh yang kesannya akan baik baik aja tapi malah sebaliknya.

"Rana, kamu kenapa?"

"Aku cuma takut."

"Hal apa yang bikin kamu takut?"

"Kehilangan."

Arga berhenti berjalan, berbalik dan menatapku. "Hei, kamu inget kan kalo tadi malam kamu bilang kamu percaya sama aku? Nggak perlu takut, aku juga cuma pergi sementara."

"Pergi itu ya tetep, Ga. Lagian ini nggak sekedar Jogja-Solo tapi Indonesia Swiss."

"Kamu bilang nggak masalah, tapi sekarang marah."

"Arga, aku takut bukan marah. Harusnya kamu paham rasanya takut kehilangan. Ayah udah ninggalin aku. Dan kamu laki laki yang aku izinkan masuk setelah kepergian ayah.

Rasa takut itu bikin dada aku sakit, aku nggak berhak marah juga atas pilihan kamu."

Arga menghela nafas panjang. Memeluk dan menyeka air mataku yang tiba tiba turun deras dalam dekapannya. "Pacar aku sweet banget sih. Makasih ya kamu udah ngomong. Jujur aku khawatir karena respon kamu yang tenang tadi malam, eh ternyata kamu emang cocok nih jadi bocil."

"Kamu nyebelin, bukan ditenangin malah diledekin," kataku yang tangisannya makin menjadi, sampai orang yang lewat melihat sambil tersenyum.

"Wkwkwk ututu sayang, cantik, udah dong nangisnya, malu lo, aku jadi semangat pergi nih."

Aku sudah cukup tenang karena pelukan Arga. Aku suka sekali ketika dia menepuk punggungku. "Ironis ya?"

"Apa?"

"Dulu aku sebel banget kalo di sekolah ngeliat kamu, pas nggak sengaja ketemu kamu pengen cepet-cepet pergi. Tapi sekarang aku nggak pengen kamu pergi, nanti kalo aku kangen gimana? Kamu nggak mau kuliah di Jogja aja apa?"

Aku pun kembali menangis, makin kencang. Arga malah tertawa sambil mendekap. Mungkin terharu, mungkin senang, mungkin juga nggak tega, atau jangan-jangan malu karena aku menangis seperti bayi.

Arga pun tetap berangkat. Kami pun memulai long distance relationship kami dengan penuh drama di bandara.

UJARAN SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang