Happy ReadingSatu minggu berlalu, Chika tetap bersemangat latihan basket ada atau tanpa Mira dan Ara. Latihan sebisa dan semampunya. Kadang melihat video di youtube mengenai tips dan trik bermain basket. Setiap pulang sekolah, Chika menyempatkan segera ke lapangan basket di lingkungan rumahnya. Sementara tiga bocil memilih sembunyi mabar di gazebo belakang rumah Chika seperti biasa.
Sore itu, Ara baru tiba setelah berganti pakaian di rumah. Ia menyusul Chika di lapangan. Sepeda yang ia naiki ditepikan ke dekat tiang dan dikunci. Perhatiannya lalu terfokus ke Chika yang sudah basah kuyup oleh keringat.
"CHIKA!!" teriak Ara, mengacungkan sebuah botol air mineral dingin untuk Chika. Ia juga membawakan minuman teh dingin dan es krim coklat.
Chika menoleh dan melambaikan tangan. Ia menghampiri Ara dan duduk di sebelahnya.
"Nih, buat Chika!" Ara menunjuk tiga bawaannya di kantong plastik.
"Iih Ara repot - repot weh. Makasiiiih. Wah ada es krim juga!" Wajah Chika sumringah melihat cemilan kesukaannya.
"Istirahat dulu. Jangan terlalu capek, Chik. Jaga kesehatan juga sih." Ara menasehati.
Chika menyenggol lengan Ara dengan bahunya, "Cieee napa jadi peduli gini siiih sama Chika?" Ia terkekeh knalpot.
Ara tersenyum lebar, ia mengalihkan obrolan, "Es krimnya dimakan dulu gih. Tar kaya honor keburu cair."
"Haha...canda cair..." Chika membuka plastik es krim dan segera menikmatinya, "...Araso mau?"
Ara menggeleng, "Diwakilin Chika makannya."
Chika tertawa lagi dengan mudahnya. Ada sesuatu yang mengganjal di hati Ara, namun belum berani terucap lagi olehnya. Ia kagumi kecantikan Chika lewat sorot matanya. Menelisik tawa, gummy smile-nya, dan gerak bibirnya. Mendapati hal itu saja sudah membuat Ara membuncah bahagia.
"Ihh, Ara ngapain ngeliatin? Mau yaaa?" tegur Chika menempelkan ujung es krim ke bibir Ara.
Ara yang lagi bengong mengkhayal, refleks bibirnya terucap perwakilan isi hati tanpa sadar, "Gue sayang banget sama elo, Chik..."
"Ngomong apa, Ra, barusan?" Chika mendekatkan telinganya ke Ara. Ia sebenarnya dengar tadi, cuma pengen Ara mengklarifikasi sekali lagi. Vhika lekas menghabiskan es krimnya.
"Eh, buruan latihan lagi. Keburu ujan!" Ara menunjuk langit yang agak mendung. Lalu membuang arah mata ke sudut lain. Gusar.
"Iya, Ara juga semangat ya!" Mata Chika menyipit, ia mencubit gemas kedua pipi Ara lalu meraih bola basket dan beranjak ke tengah lapangan.
Meninggalkan Ara yang bengong memegangi pipinya yang membekas begitu berkesan. "Bikin gue jadi males cuci muka, Chik..." Ara lalu duduk menopang dagunya dengan lutut bersandar di pohon, menggumam lagi. "Napa gue bisa jadi sayang sama elo sih, Chik? Eh, Mira udah nembak apa belom ya?"
"ARA!"
Jelas Ara menengok. Chika melempar bola basket ke arahnya dan ditangkap. Alisnya menaik meminta penjelasan Chika.
"Main bareng yuk?" ajak Chika.
"Wokeee!!" Ara menarik sudut bibirnya lebar, ia berlari ke tengah lapangan.
°°°
Malam hari, Mira bertandang ke rumah Chika. Ia membawa tentengan di tangannya. Tadi sore, ia tak sempat ikut Chika berlatih basket. Setelah mengetuk pintu dan mengucapkan salam, Mama Yona membukakan pintu.
"Hai, Amira. Masuk yuk?" Mama Yona mengajak Amira ke dalam, ia sedang ngobrol dengan suaminya di ruang makan.
"Makasih, Tante. Ini ada oleh - oleh dari Mama." Mira mengeluarkan satu kotak dari dalam plastik tentengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MirasanChika [ChiMi] [END]
FanfictionDengan mata coklatku ini, apakah kamu akan berpaling dariku? Hai namaku Ica si meresahkan. Cerita tentang Chika, Mira, Vivi, Ara semasa SMP.