Part 10

895 136 11
                                    


Happy Reading

"Motor siapa nih?" ujar Ara melihat sebuah motor matic terparkir di halaman rumah Amira. Ia baru saja sampai.

"Temen kita kali, lagi jenguk," sahut Chika hendak melepas kait helm.

"Biar gue, Chik," gumam Ara meraih duluan kait helm Chika dan membukanya. Chika terlihat canggung dalam jarak yang begitu dekat dengan wajah Ara. Meski Ara tak menatap matanya, Chika fokus pada satu titik yang membuatnya kikuk. Bibir Ara nampak merah sekali.

"Makasih, Ra." Chika kemudian menoleh setelah ada panggilan namanya dari arah pagar rumah Mira.

"Kak Chika! Kak Ara!" teriak Yori. Ia bersama Freya, Christy. Tangannya menenteng sesuatu.

"Eh, mau nengok Kak Mira?" tanya Chika mengelus puncak kepala Freya.

"Ho oh, ini kita beli jeruk asem buat Kak Mira," celoteh Yori.

"Kok asem?" Ara heran, menautkan alis.

"Kata abangnya, kalo jeruknya asem gratis. Ya udah kita minta yang asem aja. Hehehe..." timpal Christy.

"Idenya Yori tuh!" tuding Freya.

"Astaga, Yori berdosa banget." Chika terkekeh.

"Tapi kita tetep bayar kok, Kak Chika," sambung Christy, kalimat berikutnya yang membuat Chika ngakak, "...bayar seikhlasnya tapi. Hehehe..."

"Biar jeruknya asem, kalo Kak Mira liat muka aku rasanya jadi manis." Freya nyengir tanpa dosa. Mematut pipinya memakai telunjuk dan memejamkan mata.

"Wooooo!!" Yori dan Christy kompak menoyor kepala Freya.

"Udaaah, masuk aja yuk?" ajak Ara. Pintu rumah sudah terbuka, "Assalamu alaikum..."

"Walaikum salam, waah rombongan. Udah ditungguin sama Mira," sahut Mama Aya sedang duduk di ruang makan.

"Iya Tante. Kita kan rakyat Kak Mira," jawab mereka kompak." Satu persatu mencium tangan Mama Aya. Mereka kemudian naik ke kamar Mira di lantai dua.

Saat masuk ke dalam kamar, mereka dikejutkan ada seseorang di dalam sana. Yori langsung berseru keras, "Ini orangnya yang mukulin Kak Mira nih. Kita bales woy!"

"Gebugin, Yor!" sergah Freya.

"Christy aja yang gedean!" Yori agak gentar melihat Vivi. Lempar bola ke Christy yang bongsor.

Christy malah melongo, "Dih kok gue dah?"

Vivi dan Mira menoleh. Mendapati tiga krucil yang hendak memukul Vivi, Mira lekas memberi titah sebagai kepala suku. "Heh, unyil unyil. Dia udah minta maaf! Maen seruduk aja."

Christy garuk - garuk kepala, hampir aja dia menabok Vivi pakai seplastik jeruk asem. "Ooh, kirain mau nyekek Kak Mira."

"Huss! Udah pada diem!" hardik Ara.

Seplastik jeruk itu ditaruh di atas meja belajar Mira. Chika juga menaruhnya di sana. Ara menggandeng Chika duduk di tepi tempat tidur memunggungi Mira. Tiga bocil mengekor Chika dan duduk di lantai. Yori dan Freya memijati kaki kepala sukunya. Vivi melanjutkan lagi obrolannya yang terputus.

"Jadi gini, aku ulangin lagi deh. Aku kesini mau minta maaf sama Mamanya Mira, sama Mira, sama kalian juga. Aku kebawa emosi. Kalau Mama Aya mau memperpanjang pun, aku terima. Aku salah," papar Vivi dengan berani mengakui kesalahan, "...tapi ada satu hal tentang ekskul yang aku mau lurusin."

"Apa?" tanya Ara, nadanya meninggi. Ia cukup kesal juga sebenarnya.

"Ekskul basket lagi cari pemain inti. Aku ngga akan tarik perkataan Chika lemah-"

MirasanChika [ChiMi] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang