Part 18

776 117 10
                                    


Happy Reading

Chika duduk lunglai bersandar kursi panjang sambil memegang botol air mineral. Ia kesulitan mengatur ritme nafas, sesekali merasa sesak dan terbatuk - batuk. Tenaganya benar - benar terkuras.

"Lo gapapa, Chik?" tanya Vivi, ia duduk di sebelah Chika. Mengambil air dingin dari tangan Chika lalu diguyur ke kepalanya.

"Ho oh."

Suasana lalu canggung. Arah pandang Chika mengamati ketiga bocil yang saling canda bermain basket di lapangan. Bibirnya tak henti tersenyum melihat tingkah mereka. Vivi sendiri bingung pengen ngomong apa ke Chika.

"Mira...ke mana?" tanya Vivi lagi.

"Pulang. Pup." Chika menunduk. Memainkan jarinya.

"Haha...ada - ada aja," Vivi terkekeh, "...nanti aku usahain ya masuk tim?"

Chika menoleh sekilas dan mengiyakan. "Ga masuk tim juga ga masalah."

"Kenapa?"

"Udah kalah. Main sebentar aja udah ngos - ngosan. Gimana kalo lama?" keluh Chika, menarik dan menghembuskan nafasnya.

"Jangan nyerah gitu. Semangat!" Vivi menepuk punggung tangan Chika.

Mata Chika ngeliatin tangan Vivi, ia singkirkan tangannya. Pura - pura menggaruk, "Lagi males mikir, Kak Vivi. Capek."

"Iya. Minggu depan aja masuk ekskulnya. Istirahat," sahut Vivi, mencuri pandang, "...tadi mainnya bagus kok. Ada peningkatan," puji Vivi.

"Makasih," jawab Chika dengan nada malas. Ia benar - benar tak bersemangat bicara. Dalam hati ia cukup kesal tidak bisa memberikan perlawanan yang sengit untuk Vivi. Ia merasa terlalu mudah dikalahkan. Malah Chika sudah dalam tahap curiga kalau Vivi mengalah agar timnya mendapat angka.

"Ajak Ara aja masuk basket. Pertahanannya bagus, tinggi," lanjut Vivi.

"Ngomong aja sama orangnya, Kak Vivi. Tuh!" Chika menunjuk Ara yang sedang ngobrol dengan seseorang.

Tak lama Mira datang, ia langsung duduk di sebelah Chika dan mencium pipinya. Vivi menyadari Mira melakukan itu untuk pamer kalau Chika miliknya. "Belum balik, Vi?"

"Nunggu Febi sama Dey," tutur Vivi. Dua orang itu sedang makan bakso.

"Ooh gitu."

"Eh, Chik. Gue boleh main ke lapangan sini kan?" tanya Vivi melirik Chika.

"Boleh. Bebas," jawab Chika tak semangat, "Mir, balik yuk. Capek banget."

Mira bangkit dan mengangkat Chika, Vivi membantunya. Tubuh Chika agak terhuyung waktu jalan. Kepalanya pusing tapi enggan bicara sama Mira. Malas dinasehati macem - macem. Vivi dari jauh ngeliatin Chika yang dipapah Mira.

"Yah, Chika pulang." Vivi menunduk, seolah menyesali tadi tak banyak bicara. Ia memutuskan menghampiri kedua temannya.

°°°

"Kamu sama siapa?" tanya Ara, wajahnya terlihat bahagia.

"Sama sepupu aku. Eli. Diajak tadi pagi."

"Hah?! Beneran?" Ara kaget, "...lha aku baru tau?" Ara terkekeh. Memandangi wajah Fiony. Cantik. Malah tidak banyak berubah dari anak itu.

"Sama. Eli aja ngga tau aku kenal sama kamu. Aku liatin kamu main dari tadi di mobil. Aku kira siapa," jelas Fiony.

"Sempit banget dunia, Fio. Kamu tau ngga sih, aku kangen banget tau."

"Ihh, mulai deh gombal. Aku kok ngga kangen ya?" ledek Fiony menertawakan Ara yang kepedean.

"Eh, kamu nginep di rumah Eli?" tanya Ara, malas basa basi.

MirasanChika [ChiMi] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang