Part 7

855 150 22
                                    


Happy Reading

Mira tak merespon panggilan Vivi. Ia berdiri diam memegangi motornya. Ia tatap saja kakak kelas di hadapannya, sambil menunggu apa maunya Vivi mendatanginya. Mimik wajah Vivi terlihat emosi sekali. Tangannya kini berada di sisi pinggangnya, mengepal.

"Urusan kita belum selesai!" seru Vivi melangkah. Diikuti Febi dan Dey.

"Terus mo apa?" tanya Mira, ngga baik - baik juga nanyanya. Bibirnya mencebik.

"Makan gemblong! Ya gelut lah!" tukas Vivi tegas.

"Bales dendam? Keroyokan?" Mira terkekeh, meremehkan. Ia meludah ke aspal.

"Eh, kita cuma nganter doang neh!" Dey mengklarifikasi,  menunjuk Febi dan dirinya.

"Takut dia nyasar ntar!" Febi mempertegas sesuatu yang tidak perlu dan mendapat lirikan matamu menarik hati (bacanya bernada ya), eh, lirikan tajam sudut mata Vivi.

"Gue tunggu lo di lapangan depan komplek lo. Satu lawan satu!" tantang Vivi membusungkan dada. Tangannya dikepal dijulurkan ke Mira.

"Oke. Siapa takut?" ujar Mira penuh nada kesombongan, "...tapi gue sholat ashar dulu," lanjut Mira tetap menjaga iman dan taqwa.

"Oke!" balas Vivi.

"Lo ngga sholat? Bareng kuy!" tanya Mira ke Vivi dengan nada santai.

"Kaga!" Vivi acuh, membuang muka.

"Lo pindah server, Vi?" tanya Dey.

"Dia belom ada niat sholat mah, Dey!" Lagi - lagi Febi memperkeruh suasana.

"Keknya lo ama gue aja dah yang gelut?!" Vivi mendorong tubuh Febi, lalu menarik kerah bajunya.

"Sabar, Drun. Sabar." Dey melerai. Kesal juga sebenarnya Dey sama Febi. Terlalu polos.

Mira berdecak dan menggumam, "Norak." Ia masuk ke dalam rumah dan menutup pagar.

"Lha dia malah masuk?!" Vivi menunjuk rumah Mira. Mendekat ke pagar rumah Mira.

"Dia mau ibadah, monyong!"

"Oh..." sahut Vivi datar, alisnya menaik. Garuk - garuk kepala. Ia lalu balik badan dan berjalan meninggalkan Febi dan Dey.

"Drun, mo kemana?" pekik Dey menyusul Vivi, tangannya menggandeng Febi.

"Mo beli sempol. Laper gue!" jawab Vivi tanpa menoleh.

"Ada gitu orang mo berantem jajan sempol dulu?" sergah Febi setengah berlari. Kewalahan mengikuti langkah kaki Dey. "Ditonjok perut keluar sem—"

"—Feb!" Vivi menghentikan langkah, menengok ke belakang.

"Apa?"

"Bacot!"

°°°

Mira bukan pengecut, ia seorang diri berjalan kaki mendatangi lapangan yang disebut Vivi tadi. Walau dalam hatinya ia deg - degan, akan tetapi ia harus hadapi. Apalagi masalahnya soal Chika, ya harus dibela. Mendengar penjelasan Chika sewaktu di motor, Mira makin tidak rela Chika dihukum seperti itu.

"Akhirnya dateng juga lo!" sungut Vivi dari jarak lima meteran. Ia berjalan mendekati Mira.

"Gue bukan pengecut..." Mira menowel hidungnya. Gimik aja biar kelihatan berani menghadapi Vivi.

Vivi menatap mata Mira dalam - dalam dan memasang wajah bengis. Gertakan juga dari Vivi. Keduanya saling bertatapan. Bedanya Mira waspada akan gerakan mendadak dari Vivi. Dan benar...

MirasanChika [ChiMi] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang