Part 5

993 166 13
                                    


Happy Reading

Tiga bocil sudah berkumpul di gazebo belakang rumah Chika. Suasananya damai dan tenang karena masing - masing sibuk memegang ponsel sambil main game online. Chika terpaksa menemani mereka karena sang Kepala Suku sedang ada urusan mendadak.

"Kak Chika, Kak Mira kemana?" tanya Yori, bocah SD kelas 3, matanya tetap fokus ke layar ponsel.

Chika menekuk kedua kakinya, dagunya di sangga di lengannya di atas lutut. Arah matanya memandangi rintik hujan di kolam renang. "Ke rumah Ara. Ibunya sakit," jawab Chika melirik ketiga anak itu. Ia seperti sedang momong adik - adiknya.

"Ibunya Kak Mira?" tanya Christy, bocah kelas 6 SD, paling bongsor tapi lugu di antara ketiga bocah.

"Ibunya Kak Ara weh," tutur Chika, wajahnya masam.

"Yaah..." keluh Freya, bocah kelas 5 SD. Ia membanting ponselnya, lalu menangis.

Chika langsung merangkul pundak Freya, "Ihh, Yaya jangan nangis. Kenapa?" Ia mengusap puncak kepala bocah itu.

"Hapeku ngehang, Kak. Baru juga asik main em el," isak Freya menyeka ingusnya, ia memberikan ponselnya ke Chika.

"Hapenya kentang, kayak punya aku!" tukas Yori.

"Kasian amat Yaya. Jadi sedih," batin Chika membolak balik ponsel Freya. Layarnya sudah retak, bodinya pun lecet sana sini.

"Ya udah Yaya pake hape Kak Chika. Kamu install aja em elnya." Chika mengeluarkan ponselnya dari dalam saku, diberikannya ke Freya.

"Kak, mana playstorenya ngga ada?" Freya mengutak atik ponsel Chika. Ia kembalikan. Tangisnya sudah reda.

Chika menjidatkan telapak tangan, "Aah iya, aku lupa. Apel kroak mana ada playstore. Bentar."

"Wow, hape Kak Chika impresif. Keren, epel," celoteh Christy tanpa menatap Chika. Badannya gerak - gerak, kebawa permainan em el.

"Niih..." Ponsel Apple Chika diberikan lagi ke Freya. Bocah itu senang game ML sudah terinstall di ponsel Chika. Mereka bertiga mabar lagi. Chika melamun lagi di antara kedua lututnya. Memandangi ketiga bocil yang asyik dengan dunianya. Chika serasa punya adik dan rumahnya jadi ramai.

"Kak Chika napa sedih?" tanya Yori, tangannya mengepal. Sukses push rank. Ia letakkan ponselnya, menaruh perhatian pada Chika.

"Masa baru tadi jalan, sekarang dah kangen?" gumam Chika, merebahkan kepalanya di lengan. Bibirnya mencebik.

"Cieee, kangen sapa tuuu?" goda Yori, memonyongkan bibirnya.

"Kak Mira lah upil!" cetus Christy.

"Kak Mira upil? Bilangin yaaa!" Freya memprovokasi.

"Au amat ah!" sergah Christy mengerucutkan bibirnya.

"Kak Mira tuh orang gimana sih weh?" tanya Chika, senyum - senyum sendiri.

"Dia kepala suku!" jawab Yori antusias.

"Sifatnya, bukan pangkatnya!" Christy kesal, selalu mengoreksi Yori.

Chika ngakak, "Hahaha, pangkat."

"Opung tuh baik. Tapi sebel, Kak Mira tuh suka ngga ngerti apa maunya kita. Masa apa - apa harus diterangin mulu," papar Christy.

"Ooh ga peka?" tanya Chika, menaikkan alisnya.

"Lha mana saya tau. Ga ngerti saya," jawab Christy mengangkat bahu, disambut toyoran telunjuk Yori di keningnya. Badan Christy limbung hampir terjungkal di gazebo.

MirasanChika [ChiMi] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang