Part 16

786 123 16
                                        


Happy Reading

Sehabis maghrib, Mira sudah bercokol di kamar Chika. Memakai baju tidur dan menonton film Netplik sambil berbaring, kedua tangan menyangga kepala belakang. Sementara Chika sedang mandi. Mira harap - harap cemas bisa mendapatkan lagi ciuman mesra dari Chika. Tapi semuanya rusak saat negara api datang menyerang.

Jeglek. Pintu kamar Chika dibuka dan Mira terperangah dengan sosok cewek yang masuk sambil membawa tas kecil.

"Ngapain lu?" tanya Mira jutek.

"Gue mah disuruh Chika nginep, lah elu?!" semprot Ara. Melempar tasnya di lantai lalu duduk di kursi belajar Chika.

"Sama!"

"Ya udin. Napa lo jadi sewot?" Ara ketus hendak melempar sesuatu yang berat ke Mira.

"Ganggu aja lu!"

"Udah ngapain aja lu sama, Chika?" Ara menghampiri Mira, duduk di sebelah Mira yang berbaring dan menatap lawan bicara.

"Ngapain juga gue ngasih tau elo, Ra?" Mira mengacuhkan Ara matanya kembali fokus ke tivi.

"Sok iye lo, Mir. Mo bikin gue kesel ya?" Ara menoyor kepala Mira dengan ujung telunjuk.

Mira bangkit dan mengadu keningnya dengan jidat Ara, "Eh, sentul kenyut! Chika itu sayangnya sama gue! Paham kaga?" tukas Mira, nada bicaranya dipelankan takut kedengeran Chika kalau mereka bersitegang.

"Woy, gemblong puncak! Chika sendiri ngasih gue kesempatan buat gue sayang sama dia!" sungut Ara tak mau kalah. Ia cubit gemas pipi Mira.

"Terus masalahnya ape kalo kita sama - sama sayang sama Chika, Ra?"

"Bagi dua lah!" Ara membaringkan tubuhnya.

"Sayang kok dibagi - bagi?" Mira berdecak.

"Chika yang ngasih! Ape lu?!" Ara tetap nyolot.

"Gelut lah ayo!" tantang Mira menengok ke Ara. Menjedotkan kepalanya.

"Ga. Tar gue khilaf sama elu, repot!"

"Iya juga sih," Mira menghela nafas, "...sama, Ra."

"Yeee, bolehnya nafsuan!" Ara menjauh dari Mira, takut disergap.

Lalu hening di kamar. Sunyi. Yang terdengar hanya suara kerucukan air di kamar mandi.

"Ra..." panggil Mira, mengubah posisi berbaring di sebelah Ara yang fokus ke tivi.

"Apa!"

"Gue serius mau nanya. Jawab ya." Mira mengangkat kepalanya, mencari atensi ke Ara.

"Iyee. Tapi minggir palalu, Mir!" Kepala Mira didorong hingga terjungkal ke bantal karena menghalangi pandangan Ara. Mira terkekeh. Hal biasa bagi mereka.

"Selama kita temenan, pernah ngga lo suka sama gue, Ra?"

"Lo kalo nanya suka aneh - aneh banget. Sebel gue." Ara mendepak kaki Mira.

"Kan marah!" Mira membuang nafas cepat, "...untung gue dulu kaga nembak elu, Ra, pas kelas tujuh."

"Hah?" Gantian Ara bangun terduduk, memandangi Mira, "Ngga salah denger nih gue?"

"Kalo lo budek, ya bisa aja sih," jawab Mira enteng.

"Napa lo ga nembak gue?" tanya Ara.

"Emang lo bakal nerima?"

"Jawab dulu pertanyaan gue, Opung!" Ara menoyor lagi pipi Mira kesal.

"Yaa takut lah, Ra. Yang paling deket banget sama gue waktu itu elo. Seru. Reseh. Kompak. Kalau gara - gara lo nolak terus jauhin gue? Ga ada temen main lagi," papar Mira lirih.

MirasanChika [ChiMi] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang