Cemara:
bsk tmuin gw di tmn dkt lpgn basket
istirahat ke2
gausah bingung gw dpt nmr lu drmn
ad yg mw gw bhs-cemara
Cemara membaca sekali lagi rentetan pesan yang ia kirim ke Naura. Setelah seharian ini ia menjadi detektif hanya untuk mendapatkan nomer gadis itu tidaklah mudah. Ia menemukan nomer itu dari Jenggala, bersusah payah Cemara membujuk pemuda itu agar memberikan nomer Naura. Tentu tidak mudah, karena Cemara harus diintrogasi lebih dulu oleh Jenggala.
"Ada urusan apa?"
"Gak biasanya lo nanya-nanya nomer orang."
"Eh, dia temen dekatnya Gemi. Jangan-jangan mau lo labrak ya? Buset, jangan berantem woi!"
Dan masih banyak lagi bacotan tak berfaedah dari Jenggala.
Handphone di tangannya bergetar. Nomer seseorang yang tak dikenalnya muncul di layar. Cemara tebak, itu dari Naura.
+6281256xxxx
Okey, boleh.
Mau ngebahas apa, ya, Ra?Cemara sama sekali tak berniat membalas, ia hanya membaca sekilas notifikasi itu sebelum beranjak keluar kamar.
"Nak!"
Ayah keluar dari dapur sambil membawa secangkir teh hangat, berjalan menuju ruang tengah. "Besok temani Ayah ke toko buku, yuk?"
Gadis dengan balutan daster bunga-bunga milik bunda ini berjalan mendekat, mendudukkan diri di sebelah ayah. "Biasanya sama Bunda?"
"Bunda lagi ngambek sama Ayah," kata ayah berbisik-bisik seakan takut kalau bunda tiba-tiba muncul. "Gara-gara drama Korea di laptop gak sengaja Ayah hapus," lanjutnya lagi membuat Cemara tertawa keras.
"Padahal kan bisa di download lagi, ya, Nak?"
"Gak usah di download, nonton dari laptop Rara aja. Lengkap, semua drama ada."
"NAH!" seru ayah mengangguk semangat. "Besok pulang sekolah kamu sama Cempaka temani Ayah pokoknya."
"Jeje?"
"Dia mah mending tidur daripada ikut ke toko buku."
Benar juga.
"AYAHHHH!"
Suara nyaring itu sontak membuat Cemara dan ayah saling melempar pandangan. Melirik takut-takut ke belakang dimana kamar ayah dan bunda berada.
"Waduh, kayanya malam ini riwayat Ayah tamat!"
Cemara mendengkus kasar, memutar bola mata jengah. "Gak usah lebay gitu deh, Ayah. Sana, samperin. Dibujuk kek atau apa gitu biar gak ngambek lagi."
Ayah mengangguk pasrah, ia menyesap teh sedikit sebelum bangkit. "Doain Ayah, ya!"
"Okay!"
Kembali Cemara merasa sepi. Ditinggal ayahnya, ditinggal Cempaka tidur, ditinggal Jenggala kelayapan.
Ia menarik nafas dalam-dalam, lalu menghirupnya rakus seakan-akan esok oksigen akan habis.
"WOI!"
Jenggala menepuk pelan pipi Cemara, kemudian menyeruput teh di atas meja kaca tanpa rasa bersalah.
Melihat itu membuat Cemara menendang betis pemuda itu. "Tehnya punya Ayah!"
"Yaelah, bagi dikit. Pelit banget," katanya mengacak-acak rambutnya, merapikan jaket jeans-nya sebelum kembali bersuara. "Dari pada bengong di sini, mending ikut gue aja."
"Kemana?"
"Nongkrong bareng anak-anak setan. Ikut gak?"
Ia menimang-nimang ajakan Jenggala. Tak sekali dua kali, pemuda itu cukup sering mengajaknya ataupun mengajak Cempaka ikut nongkrong. Namun, selalu ia tolak dengan berbagai alasan. Salah satunya begini, "Ntar temen-temen lo ngerasa gak nyaman dan gak leluasa kalo ada gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
831 MEANING 244 MEANING [hiatus]
Teen Fiction"Tolong jangan paksa gue move on, karena gue gak bisa!" "Move on itu gak selamanya harus melupakan. Move on itu tentang mengikhlaskan. Jadi, ikhlasin dia!" - "Hal yg paling bikin kamu bahagia itu apa?" "... Kamu." [Kalo kamu cari cerita dengan alur...