🌲 Broken

47 22 21
                                    

Dua Minggu sudah sejak kejadian Gemintang membatalkan janji, pemuda itu belum menampakkan dirinya di hadapan Cemara. Bahkan, pesan-pesan yang dikirim Cemara satupun tidak dibaca olehnya.

Cempaka juga bilang, kalau Gemintang dan Naura sama-sama tidak masuk kelas selama dua minggu ini.

Tahu, kan, seberapa hancurnya Cemara sekarang? Walaupun mulutnya berulang kali mengatakan kalau dia menerima cinta Gemintang karena gabut. Tapi jelas kalau itu semua hanyalah omong kosong.

Cemara benar-benar seperti mayat hidup atau mungkin seperti zombie? Raganya ada, tapi pikirannya entah kemana.

Di kelas kebanyakan melamun, makan cuma sehari cuma sekali. Selebihnya hanya ngemil, itu juga nyemilin keripik singkong.

Benar-benar akan gila dia sebentar lagi cuma karena Gemintang. Ini seperti bukan Cemara yang orang-orang kenal.

"Lo banyak berubah, Ra." Nora merampas bungkusan plastik berisi keripik singkong, menyimpannya di laci. "Lo boleh sedih, lo boleh nangis, lo boleh marah-marah. Tapi, plis, cukup kemarin-kemarin aja. Sekarang saatnya bangkit lagi. Jangan berlarut-larut," lanjut Nora menyodorkan sendok ke mulut Cemara.

Cemara berdecak, ia melirik ke arah sendok berisi nasi padang menggantung di depannya, mau tak mau Cemara membuka mulutnya menerima suapan dari Nora yang beberapa hari ini menjelma menjadi bundanya ketika di sekolah. "Gue punya salah ya sama dia sampe dia bisa setega ini?" gumam Cemara disela-sela kegiatannya mengunyahnya nasi. "Kalo emang gue salah, gue bakal minta maaf. Gue janji gak bakal nabok dia, janji gak bakal marah-marah terus, janji bakal—" Cemara menghentikan kalimatnya saat hatinya kembali merasa sesak.

"Hahh, Gemintang brengsek!" serunya mengusap kasar matanya yang tiba-tiba saja terasa begitu perih. Cemara tersenyum getir.

Kalau Cemara sudah begini, Nora hanya bisa diam. Jujur, Nora, Savana dan Mentari ikut merasa sakit, marah, kesal tapi mereka tidak tau berbuat apa selain menepuk-nepuk pundak Cemara.

Si manusia paling kuat ini begitu rapuh. Disaat biasanya Cemara yang menjadi sumber kekuatan bagi orang-orang sekitarnya.

"Lo suka jalan-jalan, kan? Yuk, kita liburan ke—ke mana ya enaknya?" Mentari terkekeh renyah berusaha mencairkan suasana. "Ada rekomendasi tempat wisata?" tanyanya melirik satu-persatu temannya.

"Ke Bandung, mau? Atau ke Bogor?" Savana menusuk-nusuk pipi Cemara. "Bilang aja lo pengen ke mana, kita temenin!"

Nora mengangguk semangat. Kembali menyuap makanan ke mulut Cemara dengan telaten. "Oh, kan, lo suka sama hal-hal yang berbau dengan alam, tuh. Gimana kalau kita camping?"

Sebenarnya ide Nora bagus, tapi Savana langsung mendelik tajam. Dia paling anti sama hal yang begituan, katanya takut sama hantu.

Biasanya kalau ditawarin begini, Cemara langsung semangat dan bersorak heboh.

Cemara melirik Savana, lantas langsung terkekeh kecil. "Nggak, deh. Gue lagi gak pengen ngapa-ngapain."

Meraka sangat-sangat tidak menyukai sosok Cemara yang sekarang. Jujur saja, Cemara yang sekarang jauh lebih menyebalkan dibandingkan Cemara yang dulu.

Sekarang, kaya apa ya? Gak ada gairah hidupnya sama sekali. Kalau kata Kai, "letoy amat, Neng. Gak makan sebulan lo?". Jadi lebih cuek, ngomong seadanya, ketawanya juga jadi pelan banget saat biasanya Cemara adalah orang yang paling kencang kalau ketawa sampai-sampai orang disekitarnya marah.

"Gue lebih seneng lihat lo marah-marah, ketawa kencang, pecicilan, ngomong seenaknya. Daripada harus diam kaya gini," kata Langit saat itu. Padahal biasanya Langit langsung pasang headset kalau Cemara mulai berisik.





















831 MEANING 244 MEANING [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang