04

124 52 7
                                    

Bel masuk berbunyi, dan tak lama guru pun masuk kedalam kelas dan mengajar seperti biasa sampai bell istirahat berbunyi.

"Kantin kuy." ajak Bella.

"Males gua, titip lo aja." jawab Laurels.

"Enak aja, lo kira gua babu lo."

"yaudah, iya ayo." ucap Laurels dengan malas

Mereka beranjak meninggal bangkunya. Saat ingin meninggalkan kelasnya, Laurels terkejut mendapati Algar yang sedang duduk di depan kelasnya.

"Algar, kamu ngapain?" tanya Laurels sambil berjalan mendekati Algar.

"Kenapa, emang ga boleh?" jawabnya sinis.

"Boleh kok." kata Laurels sedikit gugup

"Nanti pulang sekolah gua mau ngomong serius. Gua tunggu lo diparkiran." ucap Algar dengan wajah datar sambil berjalan meninggalkan Laurels.

"Lo lagi berantem?" tanya Bella.

"Ga kok, udah yuk kekantin aja keburu rame." ajak Laurel untuk mengalihkan pembicaraan.

Bel pulang pun berbunyi, semua murid bergegas keluar dari kelasnya.

"Rel, gua duluan ya." Ucap Bella.

"Loh, lo ga mau pulang bareng gua aja?" tanya Laurels.

"Gua udah dijemput, daa rell gua duluan" Bella melambaikan tangan dan pergi menyisakan Laurels sendiri di dalam kelas.

Laurels langsung bergegas ke parkiran, dia mencari keberadaan Algar dan menghampiri nya.

"Hai" sapa Laurels sambil tersenyum.

"Ya" sahut Algar sedikit sinis.

"Kamu mau ngomong apa?" tanya Laurels sambil tersenyum hangat.

"Gua ga suka lo deketin Kevin." jawab Algar dengan nada dingin.

"Aku ga pernah deketin Kevin. Kamu ngomongin apa si, aku ga ngerti?" Laurels kebingungan dengan maksud ucapan Algar.

"Ga pernah deketin, tapi sampe peluk-pelukan." sindir Algar dan Laurels pun mulai mengerti maksud Algar.

"Kamu salah paham, tadi Kevin no-" ucapan Laurels dipotong oleh Algar.

"Apa? Gua liat sendiri lo pelukan sama Kevin, ga usah banyak alasan, murahan banget si jadi cewek. Ga cukup apa punya satu cowo, sampai gatel ke cowo lain?"

Laurels dibuat kecewa dan sakit hati lagi dengan omongan Algar. Mata Laurels berkaca-kaca membendung air matanya agar tidak menetes didepan Algar. Kali ini Laurels tidak mau kalah dengan Algar. Dia tidak terima mendengar ucapan Algar barusan.

"Murahan? sama dong kaya Celsy." sindir Laurels yang membuat Algar tambah marah.

"Jaga omongan lo, Celsy ga murahan kaya lo."

"Terus apa dong? Kamu itu pacar aku Al, tapi Celsy yang selalu kamu prioritasin, sedangkan aku kaya ga ada artinya buat kamu. Kalo dia punya hati harusnya dia tau diri. Kamu udah punya pacar harusnya dia bisa ngertiin dan jaga perasaan aku sebagai pacar kamu. Dia ga pernah ngasih aku kesempatan buat deket sama kamu. Dan semenjak ada dia sikap kamu berubah ke aku Al, semua itu gara-gara cewek itu."

"Semua itu bukan salah Celsy, cuma lo nya aja yang ga pernah bisa ngerti."

"Iya, emang bukan cuma salah Celsy, tapi salah kamu juga yang selalu mentingin Celsy dibandingin aku, pacar kamu sendiri."

"Gausah drama deh, Celsy itu sahabat gua, dan lo tau itu kan?"

"Jangan berlindung dari kata sahabat Al. Cewe sama cowo ga mungkin bisa bersahabat tanpa ada rasa suka."

"Udahlah ga usah pakek bawa-bawa Celsy, dia ga salah dan ga usah ngebalikin fakta, kalo murahan ya murahan aja ga usah pakek nyamain-nyamain lo sama Celsy. Celsy tu ga gatel ga kaya lo." ucap Algar yang membuat Laurels benar-benar kecewa.

"Terserah kamu Al, nanti kalau aku nyerah jangan tanya kenapa ya dan maaf belum bisa jadi yang kaya kamu mau. Tapi kamu harus percaya, hari sebelumnya aku berusaha jadi apa yang kamu mau, tapi kayaknya itu gak ada harganya, ego kamu terlalu tinggi, aku ga sanggup gapainya." ucap Laurels dan langsung pergi meninggalkan Algar.

Dimobil Laurels tidak bisa lagi membendung air matanya. Dia menangis disepanjang jalan. Hatinya sangat sakit, bagaimana bisa laki-laki yang dia cintai mengatakan hal yang merendahkannya.

"Gue capek, gue gaboleh kaya gini terus, gue harus jadi perempuan yang kuat." ucapnya untuk menguatkan dirinya sendiri.

LAURELSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang