Jilid 20

25.2K 1.2K 37
                                    

“Dia demam, dan luka-luka di kakinya juga sudah diobati, dia hanya perlu beristirahat saja selama beberapa hari,” ucap dokter pada Aksa dengan bahasa Korea

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Dia demam, dan luka-luka di kakinya juga sudah diobati, dia hanya perlu beristirahat saja selama beberapa hari,” ucap dokter pada Aksa dengan bahasa Korea.

“Baiklah, saya boleh masuk?” tanya Aksa.

“Ya, silakan.”

Aksa pun segera masuk ke dalam, dan saat itu pula ia melihat gadis—ralat, dia sudah bukan gadis lagi, melainkan wanita. Tepatnya wanita yang berstatus sebagai istrinya yang bernama Zeline Alvaro Zachary.

Terlihat Zeline tengah tertidur pulas dengan selang infus yang tertancap di tangannya, Aksa mulai mendekati Zeline dan berdiri tepat di samping brankarnya sambil menatap wajah cantik yang terlihat pucat itu.

“Apa aku begitu menyiksamu? Hingga kau tetap mengernyitkan dahimu walaupun sedang tertidur seperti ini?” Gumam Aksa.

Aksa mengulurkan tangannya dan mulai mengelus lembut surai panjang Zeline dengan pelan hingga membuat dahi Zeline yang tadinya berkerut kembali seperti semula. Tenang dan nyaman.

Tunggu, apa yang ku lakukan? Mengapa aku melakukan ini? Batinnya langsung menarik lengannya kembali dengan cepat. Tiba-tiba Zeline terbangun dan mengerjapkan matanya, Aksa yang mengetahui itupun tampak merasa bersalah karena telah menarik tangannya kasar.

“K-kau bangun?” tanya Aksa.

“Kau menggangguku.”

“Aku...”

“Keluarlah,” ucap Zeline memalingkan wajahnya.

“Tapi aku...”

“Keluar.” Potongnya.

Karena tak ingin berdebat dengan Zeline, apalagi dengan kondisi Zeline yang seperti ini. Akhirnya Aksa pun menuruti kemauan Zeline dan keluar ruangan.

Saat ia keluar, tiba-tiba ia dikejutkan dengan kehadiran Eveline yang sedang duduk di kursi panjang samping pintu.

“Hai.” Sapanya.

“Kau di sini?” tanya Aksa.

“Aku sedikit khawatir padanya,” jawab Eveline.

“Seorang sepertimu bisa khawatir?”

“Jangan mengejekku.” Kesal Eveline.

Aksa tak menjawab, ia memilih duduk di kursi panjang dengan jarak 2 meter dari Eveline. Mereka terdiam, suasana cukup hening, namun tiba-tiba Eveline pun mengeluarkan suara.

Selembar Surat Kontrak || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang