Jilid 17

22.2K 1.2K 47
                                    


“Apa kau ingin aku memaksamu dengan cara kasar seperti yang kulakukan waktu itu?” tanya Aksa tajam.

Zeline meneguk ludahnya susah payah untuk menghilangkan segala kegugupannya, melihat mata tajam dan dingin itu membuat nyalinya ciut, akhirnya ia pun memutuskan untuk mengalihkan pandangannya ke arah lain.

“A-aku tidak ingin ikut, lagipula kau itu orang sibuk, selama 2 tahun kau bahkan tidak pulang untuk bekerja, dan tiba-tiba saja kau mengajakku berlibur? Bukankah ini mencurigakan?”

Mendengar ucapan Zeline, Aksa seketika terdiam, tatapan yang tadinya tajam dan dingin itu kini berubah intens menatap Zeline.

Aku tidak tahu kalau dia sejeli ini. Batin Aksa.

Dengan gerakan kilat, Aksa pun langsung menyambar bibir Zeline hingga membuat sang empu terpekik kaget dan spontan menutup matanya.

Cup.

“Hmpphh...” lenguh Zeline.

Suara decapan bibir kini menghiasi seluruh kamar, apalagi pencahayaan yang minim kini membuatsl suasana sekitar menjadi semakin intim.

Tangan Aksa tak tinggal diam saja, ia mulai menyibak gaun tidur yang di pakai Zeline ke atas hingga memperlihatkan dengan jelas perut mulus dan putih milik Zeline.

“Haaa ... ah.” Lenguh Zeline.

Aksa mulai mengelus perut rata itu dengan lembut namun semakin ke atas hingga sampai batas payudara Zeline, saat itu pula Aksa langsung meremasnya hingga membuat Zeline tersadar dan langsung mendorong kuat tubuh Aksa.

Brak.

“Aww! Apa-apaan kau ini?!” Kesal Aksa.

“Seharusnya aku yang bicara seperti itu! Kau ingin membuatku kembali ke rumah sakit, hah? Kau ingin aku mati membusuk di sana?!” Marah Zeline.

Apa-apaan wanita ini? Mengapa dia jadi kasar begini? Batin Aksa.

“Keluar kau!”

“Kau mengusirku?”

“Ya! Aku mengusirmu!” ujar Zeline kesal.

Aksa tak habis pikir dengan apa yang diucapkan Zeline, ia pun memejamkan matanya sekilas lalu kembali menatap Zeline.

“Siapa peduli? Ini rumahku! Kau yang menumpang di sini. Dan malam ini aku memutuskan untuk tidur di kamar ini.”

Kenapa dia begitu kekanakan? Padahal kamarnya lebih besar dari kamarku. Batin Zeline.

Zeline membuang napasnya kasar dan merangkak mendekati Aksa, Aksa yang melihat pergerakan Zeline tak bisa berpikir jernih karena posisi Zeline yang seperti itu dengan jelas memperlihatkan belahan dadanya yang menggoda. Ia pun hanya bisa pasrah dan menahan gejolak dalam dirinya.

“Oh? Kau ingin tidur di sini huuh? Begitu?” tanya Zeline tepat di depan wajah Aksa.

“Ya! Tentu saja,” jawab Aksa.

Selembar Surat Kontrak || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang