Jilid 14

29K 1.3K 23
                                    


“Maka dari itu saya datang ke sini untuk menanyakannya.”

“Ya, saya rasa juga, sepertinya Tuan harus tahu, tentang yang di alami istri Anda.”

“Sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Aksa.

“Pertama-tama saya mohon maaf jika saya lancang. Tapi Tuan Aksa, saya ada sedikit saran.”

“Saran?”

“Ya, saran saya, jika Tuan ingin berhubungan intim, ada baiknya jika Tuan memikirkan kondisi tubuh istri Anda. Saya tahu berhubungan intim itu suatu hal yang baik bagi pasangan suami istri, itu juga menyehatkan. Tapi dalam kondisi tertentu jika terlalu memaksakan dan melakukan dengan kasar, justru itu akan sangat berbahaya. Ya saya tahu Tuan sangat kuat, tapi lembutlah sedikit untuk kenikmatan masing-masing.”

“Apa maksud Dokter?” tqnya Aksa.

“Istri Anda merasakan nyeri di daerah selangkangannya. Diaml merasakan nyeri punggung bawah. Dan lecet dan memar. Hingga kemaluannya membengkak karena permainan yang terlalu berlebih-lebihan. Itu akan sangat menyakitkan baginya, maka dari itu lain kali lembutlah.”

B-bagaimana bisa? Salahkan wanita itu terlalu nikmat bagaikan narkotika! Batin Aksa malu.

“Namun ini tidak akan lama, saya akan meresepkan obat untuk istri Anda, dan dalam beberapa bulan ini saya sarankan jangan dulu berhubungan intim dengan istri Anda, jika sudah benar-benar pulih maka Anda bisa melakukannya, namun kembali ke yang tadi, lembut lah,” ucap dokter tersebut. “Toh pasti Tuan sudah puas bukan setelah melakukan berkali-kali, hmm?”

Mendengar ucapan dokter tersebut, membuat Aksa begitu malu, ia pun akhirnya memilih untuk tidak menjawab pertanyaan sang dokter tersebut. Segera setelah itu, Aksa langsung pergi dari ruangan. Hal itu malah membuat sang dokter terkekeh melihat Aksa yang menyembunyikan rasa malunya.

Aksa pergi dari ruangan dokter tersebut menuju ke ruangan di mana Zeline di rawat. Setelah menelusuri lorong, akhirnya ia pun sampai tepat di depan pintu ruangan Zeline. Langsung saja ia membuka pintuil itu perlahan dan masuk dalam diam.

Ceklek.

Suara pintu sama sekali tidak membangunkan Zeline dalam tidurnya, Aksa akhirnya berjalan perlahan mendekati brankar lalu berdiri tepat di samping Zeline, menatap dalam wajah itu.

Bahkan saat sedang tertidur pun kau tetap mengerutkan dahimu? Apa aku terlalu menekannya? Batin Aksa.

Aksa mulai mengangkat pergelangan tangannya dan berniat menyentuh dahi Zeline, namun seketika mata Zeline terbuka, dengan cepat Aksa pun menarik lengannya kembali dan menatap Zeline.

“Kau sudah bangun?” tanya Aksa.

Mendengar suara itu, Zeline pun segera menatap ke asal suara, dan akhirnya ia mendapati Aksa di sampingnya.

“Kau di sini?” tanya Zeline.

“Hmm.”

Oh ya ampun, bagaimana ini? Setelah melakukan itu semalam aku jadi canggung. Apa lagi kami melakukannya berkali-kali hingga aku pingsan dibuatnya, dan berakhir di ranjang rumah sakit ini. Batin Zeline.

Melihat Zeline terdiam dan menatap ke arah lain, membuat Aksa berpikir jika ada yang Zeline butuhkan saat ini, namun ia tidak berani meminta tolong ke Aksa.

Selembar Surat Kontrak || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang