"Aksa?" Panggil Zeline pelan."Zee?" Jawab Aksa dari sebrang telfon.
"Hiks.., kenapa? Kenapa ka-"
"Maaf Zee." Potong Aksa.
"Aku tidak akan memaafkan mu jika tidak kau sendiri yang mengatakannya di hadapan ku." Ucap Zeline.
"Itu tidak mungkin."
"Tidak mungkin?" -Batin Zeline tak percaya.
"Mengapa?" Tanya Zeline.
"Zee dengarkan aku. Mungkin kita tidak akan bertemu atau berbicara lagi. Kau jagalah dirimu baik-baik, aku sudah menyiapkan uang di kamar kita, kau bisa mema-"
"Tidak! Tidak hiks! Jangan berbicara seolah ini adalah panggilan terakhir kita Aksa! Hiks aku mohon jangan!" Potong Zeline dengan tangisnya.
"Zeline, mulai sekarang jagalah dirimu. Karna mungkin memang benar ini adalah panggilan terakhir kita."
"Tidak hiks! Aku mohon jangan hiks! Aksa?!" Tangisnya lagi, kali ini begitu histeris, seolah menumpahkan segala kesedihannya lewat panggilan telfon itu.
"Tidak! Tuhan tolong jangan lakukan ini padaku hiks! Aku mohon.., jangan tinggalkan aku Aksa.." -batin Zeline sakit.
"Selamat tinggal, titip salam dengan si kembar.., Dan selembar surat kontrak itu, aku sudah menandatangani nya. Sisa Beberapa bulan lagi hingga masa kontrak itu berakhir. Dan aku akan mempercepatnya. Mulai sekarang hiduplah dengan bebas, dan berbahagia lah. Selamat tinggal Zee, jaga kesehatanmu." Ucap Aksa.
Tutt... Tutt...
Saat itu pula panggilan di matikan sepihak oleh Aksa. Pria itu mengatakan seolah hal ini sangat enteng. Tidakkah pria itu memikirkan hatinya?
"TIDAK! AKSA?! AKSA AKU MOHON! KAU TIDAK BOLEH MELAKUKAN INI PADAKU AKSA! HIKS AKSA?! TIDAAKKKKKK! TIDAK HIKS! AKSA?! AKHHHHHH! AKSAAAA! AKU MEMBENCIMU! AKU SANGAT MEMBENCIMU AKSA! KAU BRENGSEK! AKU MEMBENCIMU! HIKS HIKS" Teriak Zeline penuh rasa sakit.
Tangisnya kembali pecah, hatinya hancur. Hancur sehancur-hancurnya. Kepercayaannya yang ia simpan selama ini musnah sudah. Aksa telah meninggalkannya. Surat kontrak yang ia kira tidak akan ia temui lagi, kini menjadi saksi akan perpisahannya dengan Aksa.
"Hikss..., Tolong siapa saja., Tolong katakan kalau ini hanya mimpi dan tolong sadarkan aku dari mimpi mengerikan ini. Aku tidak kuat." -Batinnya.
Kiiz yang melihat hal itu tampak tidak tega dengan Zeline, ia pun langsung memeluk tubuh Zeline erat seakan menyalurkan kehangatan dirinya pada Zeline. Ini lah alasan dirinya tidak ingin mengatakan tentang kepergian Aksa pada Zeline. Ia takut Zeline akan menangis histeris seperti ini.
"Hiks nyonya Zeline? Bersabarlah, ingat jika anda sedang mengandung, ini tidak baik pada bayi anda nyonya." Ucap Kiiz.
"Hiks., Tidak ada nyonya muda Zachary Kiiz, Dia sudah meninggalkan aku. Dia brengsek! Pria tidak punya hati! Seharusnya dari awal aku tidak pernah memberikan hatiku padanya." Tangisnya.
"Tapi nyo-"
"Jangan sebut aku dengan panggilan menjijikkan itu Kiiz!"
"Maaf.., kalau tenanglah dirimu. Ini tidak baik untuk si kembar."
"Hiks., Kenapa dia begitu kejam Kiiz? Sebenarnya apa salahku? Mengapa dia begitu kejam padaku?"
"Mungkin dia punya alasan tersendiri..,"
"Hiks.., aku sangat membencinya.., dia laki-laki pengecut! Aku sangat benci! Hiks hiks."
"Lalu? Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Kiiz.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selembar Surat Kontrak || TERBIT
RomanceZeline Zakeisha harus menikahi Aksa Alvaro Zachary demi menutupi kenyataan bahwa Kakak perempuannya melarikan diri tepat di hari pernikahan. Tak pernah Zeline sangka, pernikahan penuh cinta yang selalu ia dambakan bersama laki-laki yang ia cintai ju...