Jilid 45 || Papa?

14.9K 861 38
                                    

Acara sudah di mulai sejak beberapa menit lalu, semua tamu undangan sudah datang satu persatu tanpa henti hingga membuat seisi aula menjadi ramai, bahkan sangat ramai, mengingat ini adalah pertunangan putra dan putri dari keluarga konglomerat.

Terlihat Zeline tengah cemas sambil menengok ke sana ke mari seperti sedang mencari seseorang.

"Zee? Kau sudah menemukan mereka?" Tanya Kiiz yang bari datang.

Zeline menggeleng. "Belum, aku akan mencarinya di aula, kau mencari di depan."

"Baiklah, kalau sudah ketemu, telfon aku."

"Pasti."

Zeline dan Kiiz pun berpencar untuk mencari Azef dan Zefa yang sejak tadi belum juga kembali. Hal itu membuat Zeline sangat cemas karenanya.

Zeline mulai masuk ke aula dan berjalan dari satu sisi ke sisi lain, ia mengabsen setiap sisi dengan cermat dan tidak meninggalkan kejanggalan meskipun sedikit.

"Di mana sebenarnya mereka?" -Batin Zeline.

Ia semakin di buat cemas di tempat, matanya mulai memanas sekarang. Air matanya sudah mau keluar jika saja tidak tanpa sengaja ia melihat Azef dan Zefa yang sedang duduk di sebuah meja dengan seorang laki-laki yang duduk dengan membelakanginya sekarang.

Terlihat Zefa tengah asyik mengobrol dengan laki-laki itu sambil memakan dessert, dengan Azef yang diam seolah mencermati interaksi adiknya dengan laki-laki di depannya.

"Syukurlah mereka di sini." -Batin Zeline lega.

Zeline pun langsung mempercepat jalannya menuju Azef dan Zefa.

"Azef! Zefa!" Panggilnya.

Saat itu pula kedua anak itu langsung menengok ke arah Zeline, sedetik kemudian tatapan keduanya berbinar melihat sang ibu yang berada di sini.

Zeline ikut tersenyum menatap anak-anak kesayangannya, namun senyum itu tidak tahan lama. Senyum itu seketika luntur ketika laki-laki yang duduk di depan anak-anaknya ikut berbalik menatapnya.

Wajah sumringah itu seketika berubah terkejut melihat pria itu, lidahnya terasa kelu, matanya tidak bisa berkedip sedikitpun, begitu juga tubuhnya yang menjadi kaku.

Percayalah, Zeline sangat terkejut sekarang, bagaimana tidak? Laki-laki yang duduk di depannya anak-anaknya tidak lain adalah mantan suaminya? Apa ada yang bisa lebih mengejutkan lagi dari ini?

Sementara Aksa jiga merasakan keterkejutan yang di rasakan Zeline, bukan karna tiba-tiba wanita itu ada di depannya saja, tapi mendengar panggilan itu pada anak-anak di depannya, 'Azef'?

Langsung saja Aksa kembali mengalihkan tatapannya pada Azef dan menatap Azef tak percaya, benarkah ini? Jadi anak-anak di depannya bukan lain adalah anaknya sendiri?

Percayalah, Aksa sangat bahagia mengetahui kebenaran ini, bahkan sangat bahagia hingga tidak tahu cara mengungkapkannya. Ia hanya bisa menahan air matanya yang akan segera jatuh. Sungguh ia sangat ingin menangis sekarang saking bahagianya dirinya.

Perlahan Zeline mulai melangkah mendekat ke arah meja yang di tempati mereka, ia sungguh tidak tahu harus mengucapkan apa sekarang, Aksa sudah terlanjur bertemu dengan anak-anaknya.

Flashback On.

"Setuju! Tapi aku ada syarat."

"Benarkah? Apa itu?"

"Paman harus mengambilkan dessert-dessert itu untukku! Bagaimana?" Tanya Zefa.

Seketika Aksa terkekeh, jadi gadis kecil ini sedang memanfaatkan dirinya? Sungguh lucu pikirnya.

Selembar Surat Kontrak || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang