Jilid 22

22.9K 1.2K 40
                                    



Zeline masih terus mengendus tubuh Aksa tepat di depan pintu, sedangkan Aksa hanya bisa membiarkannya tanpa bisa berkata-kata. Risih? Tentu saja. Karna ia saat tengah mati-matian menahan hasratnya untuk menyetubuhi Zeline.

"Apa dia sengaja? Sudah sebulan lebih aku tidak melakukan itu. Mengapa dia memancingku?" -Batin Aksa berusaha menahan diri.

Tiba-tiba saja Zeline menyudahi aksinya sambil menatap Aksa dengan tatapan yang susah di Artikan.

"Sudah?" Tanya Aksa.

Zeline menggeleng sambil memanyunkan bibirnya cemberut, Aksa yang melihat hal itu tampak gemas di buatnya. Bagaimana tidak? Di matanya Zeline terlihat begitu imut dan menggemaskan. apalagi bibirnya yang di manyunkan itu, seolah tengah mengundangnya untuk melumat kuat bibir itu.

"Lalu?" Tanya Aksa sembari tersenyum lembut.

"Aku lelah..," cicit Zeline.

"Kalau begitu ayo istirahat."

"Tidak! Kau pasti ingin pergi. Aku masih ingin menciumnya." Ucapnya pelan, air mata kembali mengalir dari sudut matanya.

Aksa pun mengelap air mata Zeline dengan jari telunjuknya lalu tersenyum hangat ke arah Zeline sambil membuang nafasnya pelan.

Dengan sekali gerakan, Aksa pun langsung mengangkat tubuh Zeline dan membawanya menaiki tangga menuju kamarnya.

"Ayo, kau pasti lelah menungguku bukan? Maka harus istirahat." Ucap Aksa.

"Tidak! Aku masih ingin menciumnya..." Ucapnya melas.

"Kau bisa menciumnya sambil beristirahat."

"Kau akan menemaniku istirahat bukan?" Tanya Zeline.

"Yaa, aku akan menemanimu."

"Janji? Kau tidak akan pergi sampai aku terbangun bukan?"

"Walaupun dia aneh hari ini, Tapi entah kenapa aku sangat senang melihatnya bersikap manja padaku, apalagi mendengar bahwa dia menungguku." -Batin Aksa.

"Aku janji, jadi ratu. Sekarang ratuku ini harus istirahat." Ucap Aksa sembari mengecup kening Zeline.

"Ratu ini memerintahkan mu untuk tetap di sini sampai dia tertidur!"

"Baik."

Setelah sampai di kamar Aksa, Aksa pun langsung menurunkan Zeline di ranjang empuk miliknya dengan perlahan, seolah Zeline adalah benda yang mudah pecah.

Ia pun mulai melepaskan jasnya dan naik ke tempat tidur, tepatnya di samping Zeline. Tanpa di duga, dengan posesif Zeline malah menyerangnya dan memeluknya tiba-tiba hingga membuat Aksa terkejut karnanya.

Zeline masih mengendus tubuh Aksa dengan posisi dirinya tengah berada tepat di atas tubuh Aksa, begitu dekat hingga Aksa bahkan merasakan payudara kenyal itu di dadanya. Susah payah ia menahan gejolak dalam dirinya hanya demi agar Zeline tak lagi membencinya.

"Tidurlah.." ucap Aksa lembut sembari memeluk tubuh Zeline.

"Kau akan pergi?" Tanya Zeline dalam dekapannya.

Selembar Surat Kontrak || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang