Prolog

296 26 4
                                    

Jannabi.

"Kejar dia!. Kita harus mendapatkan kristal itu!,"teriak pria bertubuh tegap yang sedang menunggangi kudanya, membuat semua prajurit yang ada di sana makin bersemangat memacu kudanya. Mengejar wanita berjubah putih yang berlari jauh didepan sana. Jubahnya berterbangan. Kainnya sudah tak terasa seperti kaki saking sakitnya. Belum lagi luka akibat tancapan panah di bahu kiri dan paha kanannya. Badan terasa remuk,pening pun dari tadi tak henti menyerangnya. Malam gulita menambah kesengsaraan. Matanya tak bisa menangkap objek dengan baik. Napas tersengal. Rambut putih bergelombangnya berterbangan kesana-kemari melambai tak beraturan. Ada beberapa rambut yang juga melekat di wajah berkeringatnya. Lepek. Napasnya putus-putus juga tercekat,dada terasa panas akibat pasokan oksigen yang makin menipis. Tetapi jika dia memilih berhenti itu sama saja dengan bunuh diri. Pasukan kerajaan yang dipimpin oleh raja serakah nan licik itu pasti akan menangkapnya dengan mudah. Mengambil kristal itu dan membunuhnya dengan brutal seperti siluman rubah lainnya yang
sudah lebih dahulu mencapai alam baka.
Padahal selama beratus-ratus tahun hidup tak pernah satu kerajaan pun yang berani menyerang para rubah.

Dahulu sekali para rubah dan raja hidup rukun melindungi kristal kehidupan. Tapi setelah masa damai yang membuat kemampuan bertarungnya sedikit tumpul kini dia dihadapkan pada kenyataan pahit. Dunia para rubah sedang di ujung tanduk. Ratusan bahkan ribuan rubah ekor sembilan telah terbunuh karena melindungi kristal itu. Hingga bersisa dirinya seorang. Ketujuh kristal telah dia lindungi di tempat aman. Tapi kristal kedelapan yang ada dalam genggamannya saat ini juga.Jannabi terus melangkah cepat. Menginjak semak belukar yang tingginya hingga selututnya. Memelesat di balik batang pohon. Menghindari beberapa jurang kecil kencing dengan loncatan tertatih. Sesekali dia terbang tapi tak lama tenaganya tak cukup bisa membawanya terbang jauh.

Hutan dengan pohon besar serta daun rimbun membuatnya tampak mencekam. Beberapa perlu kecil menghalangi langkahnya. Tapi dia tetap berusaha lari sekuat tenaga. Membiarkan daun semak menampar wajahnya,pun kulitnya yang perih terkena ranting.

Tak!.

Jannabi, memutuskan bersembunyi sejenak. Berpegangan pada batang pohon besar. Kakinya gemetar. Air matanya tiba-tiba merembes jatuh. Mengingat betapa malang nasib kaumnya. Bagaiman jika dia juga mati hari ini. Bagaimana jika dunia dalam masalah besar jika permata paling kuat yang dia pegang jatuh ketangan raja biadab itu. Hujan dan guntur bersahutan berbarengan dengan air matanya yang maki merembes deras. Kilauan ungu di tangan kirinya kini berubah agak terang. Dia mengeratkan pegangan pada kristal itu agar Cahayanya tak mengundang atensi para prajurit di bawah sana.

Suasana gelap hutan yang diikuti hujan terasa makin mencekam. Jannabi mencengkeram kuat batang pohon hingga ada bunyi berderit. Kuku jarinya memutih. Menarik napas dalam jannabi membekap mulutnya dengan satu tangan saat tangan kanan dan kakinya menjadi tumpuan dia atas pohon. Pasukan yang memiliki kurang lebih seratus orang itu terdengar sangar. Suara langkah kaki kuda melambat tepat di bawahnya. Terikan dan Geraman Sang raja yang geram karena kehilangan jejak membaut nyali jannabi mernciut. Tenaganya sudah terkuras habis. Luka sayatan dan bekas anak panah masih terasa dikulitnya. Sangat sakit. Bahkan darah segar sedari tak hentinya keluar.

Jannabi menggigit bibirnya kuat,menahan sakit.

Tes....

Darahnya menetes. Gema darah itu terdengar sangat kuat di telinganya. Dia gemetar. Dibawah sana banyak prajurit, bagaimana jika darahnya mengundang atensi mereka.

Jannabi menatap langit kelam. Hujan masih merembes derqas. Dalam hati dia bersyukur pada langit yang memberuqrnya oertpolongan lewat badai dan hujan ini.

Duarrrr!.

Cetar!.

Suar Guntur bersahutan. Menggelegar. Seakan mengundang maut agar lebih dekat.

"Cari dia!. Rubah sialan itu harus tertangka mati ataupun hidup!," Teriakaan penuh ketamakan itu membuat jannbai menggeraam kecil. Manusia selalu melanggar janji karena keserakahan. Selalu saja begitu. Jika saja tenaganya masih sangat kuat dia pasti bisa memghabisi seluruh orang itu. Mencakar mereka dan menjerembabkan mereka ke jurnag terdalam hutan ini. Leluhurnya juga pernah mengalami hal ini tapi terselamatkan karena pengorbanan sang putri rubah. Dengan cara memotong kesembilan ekornya.

Sreet!.

Akh!.

Tubuhnya melayang,detak jantungnya berhenti mendadak,tubuhnya bagai kapas, melayang rapuh. Terbawa arus topan kuat yang menghentak jiwanya. Manik berwarna putih itu menatap langit dengan senyum simpul. "Aku akan menyusul kalian," lirihnya. Maniknya makin berair menatap langit yang makin mengabur." Tidak jangan mati sekarang. Lakukan upaya terakhir,"jannabi membatin.

Tanganya gemetar memegang dada yang tertancap anak panah beracun. Dia tersenyum kecut. Nyatanya hari ini benar-benar akhir dari hidupnya.

Bruk!

Jannbai jatuh terlentang di tanah keras dan sedikit becek. Tulang punggungnya terasa remuk.

Ringisan tertelan begitu saja,dia bahkan sudah tak bisa menggerakkan mulut untuk bicara.

"Sudah lelah bermain-main rubah?!"nada sinis itu makin mengaburkan tatapannya. Dia tak bisa melihat dengan jelas wajah Sang raja biadab. Tangannya bergerak tertatih ke atas. Mencoba meraih wajah itu.

"Apa?, Kau mau apa?. Pedang?, Panah?. Mau mengakhiri hidupmu sendiri?," Tanya raja dengan wajah mencemooh. Jannabi tersenyum tipis. Dua orang prajurit berpakaian setengah besi mendekat mengambil kristal dari tangan kirinya yang tak berdaya sebab racun itu lebih dahulu menyerang bagian tubuhnya sebelah kiri. Satu tetes air matanya kembali jatuh saat kristal ungu itu makin menjauh. Lalu hilang dalam kantong untuk pelindung kristal.

"Pe...dang," pintanya patah-patah. Raja itu tertawa menggelegar. Mengejekya yang sudah sangat tak berdaya.Tatapan iba Beberapa prajurit bisa dia lihat walau agak kabur.

" Berikan rubah sekarat ini sebuah pedang," perintah raja. Salah satu prajuritnya maju,mengetuk tangannya yang meggantung gemetar di udara. "Kita lihat bagaimana dia mengakhiri hidupnya sendiri. Dia sudah cukup kuat bisa menerima dua anak panah beracun sebelumnya. Dan berakhir tersungkur karena racunnya makin menyebar. " Celoteh raja itu angkuh dengan tatapan remeh. Jannabi mengambil pedang itu, menggenggamnya sangat erat. Serta mengarahkannya pada raja culas bernama Glavator itu.

"Tunggu... saat...kematian... datang... pada... kalian."

Sreet!.

Seluruh mata memandang dirinya dalam kegelapan. Iba,takut,sedih dan serakah. Mata-mata yang akan mati dalam keadaan mengenaskan suatu hari nanti.

Akh!.

Secepat kilat kesembilan ekornya bertebangan bersamaan dengan cahaya ungu yang mengiringinya pergi ke udara. Suara ketakutan dan keterkejutan menggema. Mereka langsung menjauh dari tubuh jannabi yang sudah tergelatak tak berdaya. Matanya masih terbuka melihat wajah sang raja yang masih datar.

"Ajalmu akan datang,"gema itu menyerukan membuat beberapa prajurit berlarian karena takut. Angin kencang berpembus menerbangkan dahan pohon besar menimpa mereka yang ada di bawahnya. Tubuh jannabi lenyap bersama cahaya ungu itu. Suara guntur kembali menggelegar. Badai makin bertiup,cahaya purnama berubah terang. Keanehan makin terjadi saat lolongan srigala mengema kuat. Memekakkan.

"Kita kembali ke istana. Lindungi raja,"perintah pria bertubuh gempal yang berstatus panglima perang kerajaan.

**

Purnama pertama yang menjadi akhir seorang rubah akan tergantikan oleh purnama selanjutnya. Semua kesalahan akan terbayar. Semua dendam akan di laksanakan. Yang akan dihukum telah ditetapkan, hukum alam tak akan terguncang seberapa pun para manusia jahat mencoba menghancurkannya.




Selamat datang di fanfic ke empat author. Cerita bangtwice bertema fantasi ini menjadi tonggak awal author mencoba ranah baru di dunia oranye ini. Yakni fantasi. Author baru mencoba memasuki ranah ini untuk pertama kalinya. Semoga kalian bisa terhibur membacanya. Dan semoga kalian bisa mengisi waktu luang dengan membaca karya ini dengan santai.

NTaSK ini di selingi kisah cinta dan juga kepahlawanan dalam dunia magis. Semoga kalian suka.

Salam hangat.

Selvigst.

Nine Tailed and The Seven Knights Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang