02

147 17 1
                                    


They become a dangerous human.




Lolongan serigala beserta suara heboh binatang malam di tengah Padang rumput berwarna merah keunguan menggema. Cahaya bulan purnama menyentuh setiap lekuk lembah di kaki gunung Deros. Gunung tertinggi di kota Alantia. Menjulang tinggi seolah menantang langit serta melawan keindahan lembah yang di penuhi tumbuhan berwarna-warni. Daun-daun tumbuh dengan warna mencolok. Menyuguhkan pemandangan indah dimalam hari. Dan tentu saja akan jauh lebih indah jika dilihat siang hari. Warna mencolok akan terlihat lebih jelas. Tapi sayang,tak semua orang memuja lembah ini. Hampir seluruh penduduk di sana tak berani menginjakkan kaki di sana.

Pohon-pohon besar bak prajurit pelindung di sisi setiap tepi lembah. Menjadi pembatas dengan gunung dan hutan serta pemukiman penduduk Alantia.

Tiga tahun berlalu. Malam ini adalah purnama pertama setelah tiga tahun terlewati. Janji akan segera dibayar. Kematian akan menemukan mereka yang telah di sebutkan dalam sumpah. Seberapapun jauh mereka pergi, maut akan datang.

Daun serta beberapa bunga berwarna ungu dan merah yang mekar di malam hari mendominasi tanah lembah. Bersatu dengan daun lain yang tak kalah cerah. Dataran lembah yang sedikit bergelombang menjadikan tanaman liar di sana tak sejajar. Tapi tetap apik sebab itu menambah keunikannya.

Cahaya purnama yang semula tertutup sedikit awan kini mulai menampakan diri. Menyeruakkan cahaya lembut ke penjuru Alantia. Menyinari lembah yang terlihat sedikit lebih bersahabat.

Gemerisik semak kecil berserta lolongan serigala makin menjadi. Lolongan menakutkan bersahutan seolah menyuarakan pada dunia peringatan  yang akan membuat siapapun yang mendengarnya berlari ketakutan dengan bulu kuduk berdiri. Siapa yang tak takut pada tengah lembah Faillos--lembah yang paling di hindari oleh pemburu dan penduduk karena mitos yang beredar. Mereka tentu saja tak mau menjadi santapan para 'pembenci manusia'.

Mereka tentu saja menolak berurusan dengan dendam tak berkesudahan makhluk pada mereka. Padahal seharusnya mereka sadar diri. Mereka lah pencipta segala hal. Pencipta kerusakan dan kematian. Banyak hal di dunia ini yang mereka korbankan demi keserakahan dan demi hidup enak.

Kriet!.

Cahaya ungu dan emas dalam bentuk titik kecil bertebangan di tengah lembah. Menyebar jauh dengan sinar yang makin lama makin terang. Bersatu membentuk bulatan besar. Lolongan makin mengeras. Bersahutan. Lalu Cahaya itu pecah. Seperti suara kaca kecil pecah. Angin yang awalnya hanya semilir lembut kini berubah tajam.  Menusuk daun-daun kecil semak. Semak kecil bergoyang riang menyambut angin yang mulai tak bersahabat. Menderu halus lalu mulai mengencang dan membuat beberapa daun kering bertebangan.

Cahaya itu kembali berputar di udara. Membentuk pola abstrak. Lalu hening. Angin berhenti berembus. Menit terasa kosong. Bumi seolah berhenti berputar.  Tak ada yang bergerak. Lembah seperti ruang hampa.

.

.

.

Tanah basah akibat embun bergerak lambat. Bumi bergetar. Lalu kembali bercahaya,sangat terang hingga siapapun yang melihatnya tak akan bisa melihat dalam beberapa waktu kedepan.

"Bangunlah!. Laksanakan tugas kalian!. Waktu akan berjalan lambat, tapi jika semua selesai waktu kalian akan berjalan lebih cepat." Gema memenuhi lembah. Perintah mutlak telah di gariskan pada mereka yang mendapat tugas. Kesembilan ekor itu kini telah sempurna menjadi bagian dari klan rubah. Generasi terakhir, setelah semuanya selesai tak akan ada lagi yang tersisa. Tapi mereka bukan generasi sempurna,sebab mereka hanyalah bagian kecil dari klan. Dan di beri sedikit kekuatan leluhur demi tugas berat yang akan mereka emban.

Nine Tailed and The Seven Knights Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang