"Baiklah, kalau begitu aku setuju," Dahyun mengangkat sudut bibirnya. Menatap Taehyung yang juga menatapnya sambil tersenyum kecil.
Tzuyu mendengkus,dia sangat menolak gagasan itu karena memang dia yakin semuanya akan berjalan tak sesuai rencana jika para lelaki yang Mereka tak tahu darimana asalnya itu ikut dalam perjalanan mereka. Dia tak yakin dengan niat yang disebutkan Jimin tadi. Bukankah itu sedikit aneh. Dan mereka kompak tak mau menjelaskan secara spesifik. Bagaimana jika mereka adalah utusan raja kejam itu untuk mengambil seluruh kristal setelah aemuanya terkumpul?. Bagiamana jika mereka di bunuh di tengah perjalanan saat kristal terkumpul?.
"Singkirkan pikiran bodohmu," Tzuyu mendelik mendengar ucapan Momo tiba-tiba berputar di pendengarannya. Dasar!. Lihat saja nanti, jika mereka dalam bahaya karena para kesatria jadi-jadian ini dia tak akan ambil pusing atau bertanggung jawab.
"Baiklah karena semuanya telah setuju,kami akan memperkenalkan diri secara resmi."ujar Jimin.
"Mereka sudah tahu siapa kita," ujar taehyung.
"Benarkah?" Tanyanya lagi." Tapi perkenalkan saja dirimu. Beberapa orang mungkin belum.tahu," lanjut Taehyung.
" Saya Jimin. Pemimpin kelompok ini." Sesingkat itu. Dahyun langsung menodongnya dengan pertanyaan sarkas. "Dirimu?. Pemimpin?" dia tergelak. Menepuk bahu Tzuyu. Gadis itu meringis.
"Apa hebatnya?. Dia bahkan hampir mati kemarin," Dahyun tak memperdulikan tatapan protes teman-temannya. Ataupun tatapan tajam Jimin dengan rahang tegas menonjol menahan geram.
"Dia melindungiku. Dahyun jangan menilai Jimin dari satu kejadian. Kau akan menyesali ucapanmu." Ujar Jungkook agak sinis. Tapi wajahnya yang datar tak menunjukkan ekspresi marah. Dahyun tak menghentikan kikikannya. Dia terus menyudutkan Jimin dari satu fakta.
"Terserah. Tapi yang jelas kau akan menyesali ucapanmu. Jangan memintaku menolongmu jika kau dalam masalah." Dingin. Jimin berdiri. Meninggalkan mereka. Di susul Taehyung dan Jungkook yang ikut pergi.
"Dahyun!. Apa yang kau lakukan?!"geram nayeon. Dia berdiri didepan Dahyun bersedekap menatap Dahyun kesal.
"Aku hanya mengatakan isi kepalaku," ujarnya acuh.
"Harusnya isi kepalamu itu di saring dulu sebelum di ucapkan!. Kita sudah menjadi bagian dari mereka dalam tugas ini,jadi... tolong."
Dahyun misuh-misuh. Merasa tak terima dengan todongan nayeon yang menuntutnya berlebihan. Dia juga tahu itu. Tapi para pria itu saja yang terlalu sensitif pada kalimatnya. Walau kenyataannya dia memang tidak menyukai Jimin seperti Tzuyu yang tidak menyukai Taehyung.
"Dahyun kau mengerti?"nayeon melunak.
"Iya,"balasnya ogah-ogahan.
"Sudahlah nayeon. Jimin tidak sesensitif itu, dia hanya ingin pergi untuk melihat-lihat hutan ini. Memeriksa adakah bahaya yang akan menyerang kita," lerai Suga.
Dahyun beranjak dengan kaki menghentak kesal. Nayeon jadi jahat padanya hanya karena para pria itu. Padahal dulu sekali nayeon tak pernah bersikap seperti ini.
"Menyebalkan,"gerutunya.
Memasuki rumah segitiga mereka dan duduk di ayunan di dekat Pintu.
***
"Dahyun makan!. Makanannya sudah matang!" Panggil sana,pintu dibuka menampilkan sana dengen tampilan rambut di ikat. Juga garis hitam di sudut bibirnya menandakan gadis itu sudah selesai makan.
"Hm?" Gumamnya di sela kantuk yang menyerang.
"Ayo makan!" Sana mengguncnag tubuhnya. Menarik lengannya hingga Dahyun berhasil vnagun dengan mata setengah terbuka. Dia masih mengantuk.
"Aku tidak lapar. Nanti saja."
Dahyun kembaki merebahkan tubuhnya di ayunan sana.
"Yak!. Makan atau tidak sama sekali!"
"Tidak sama sekali." Balas Dahyun membelakanginya.
"Yasudah!" Sana melengos pergi. Menutup pintu agak keras. Mesaki TKA ad abunyi ynag pintu itu hasilkan.
"Bagaimana?" Tanya tzuyu saat sana datang dengen wajah misuh-misuh. Jimin melanjutkan makannya tidak peduli pada drama perempuan yang disuguhkan gratis.
"Dia tidur. Katanya nanti saja."
Nayeon mengangguk.
Matahari bergulir cepat. Kini langit di hiasi warna kekuningan pekat. Juga kelabu di beberapa sisi. Hutan dan disekitar mereka kini berubah semakin gelap. Kabut malam juga memgisis celah pepohonan lebat di luar tempat mereka. Suara Auman harimau juga beberapa kali terdengar.
Riuh tawa juga canda mengalun samar di pendengaran Dahyun. Dia mengerjap memusatkan tatapannya pada atap hijau itu. Mengucek matanya beberapa kali. Rasa lapar mengganggu tidurnya.
"Apa masih ada makanan?" Gumam Dahyun parau. Kerongkongannya terasa kering. Dia bahkan belum makan apapun sejak pagi. Tak ada siapapun di rumah mungil ini. Yang ada hanya derai tawa orang diluar sana. Dahyun bangkit. Dia berdehem beberapa kali menetralkan suara agar tak terlalu parau saat meminta makanan nanti.
Pintu itu dia buka perlahan. Mengintip. Laku tersenyum kecil saat melihat ke lima belas orang itu sedang duduk melingkari api yang menyala terang tepat di halaman rumah mereka. Di sana juga ada makanan baru yang sepertinya baru matang.
"Psst!"
Tak ada respon dari Tzuyu yang duduknya paling dekat ke arahnya. Hanya berjarak enam langkah dari tempatnya mengintip. Dan sialnya lagi Tzuyu membelakanginya.
"Duduklah Dahyun." Suara berat dan merdu itu membuat Dahyun memejamkan mata untuk meminimalisir malu. Yang lain menoleh kearahnya.
"Baiklah." Cengirnya. Dahyun duduk di tempat sisa. Di samping Jungkook dan di apit oleh jin. Tapi candaan jin anagat membuat Dahyun nyaman. Maksudnya merkaa memiliki selera humor yang sama jadi nyambung. Tidak seperti Jimin yang tak ada mengukir senyum sedari awal acara makan-makan. Sampai acara di tutup seiring muramnya api unggun.
Vote.
Komen.
Salam hangat.
Selvigst.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nine Tailed and The Seven Knights
FanfictionJannabi menjadi korban ke brutalan raja Glovator yang menginginkan ke delapan kristal dunia. kristal yang bisa menjadi tonggak kehancuran para rubah serta lahirnya generasi bari dari kesembilan ekor rubah jannabi yang terputus. kesembilan ekor itu...