Malam semakin larut,setelah makan malam mereka semua bergegas menuju ranjang masing-masing. Tidak kamar hanya berbatas dindin daun yang di anyam dan itu pun tidak terlalu tinggi. Di luar sana anehnya tidak terdengar bunyi apapun seperti kebanyakan hutan. Tak ada suara jangkrik,hewan yang biasa berisik tengah malam tidak terdengar sama sekali. Bahkan bunyi air di tepi pantai tidak ada. Jihyo menyibak daun yang ada di dekat pintu untuk mengintip keluar.
"Ada apa?"
"Astaga! Jangan mengangetkanku."
" Aku hanya bertanya ada apa?" Balas Suga sambil ikut menyibak daun untuk melihat keluar. Hanya gelap gulita dan sedikit cahaya dari daratan utama. Mungkin itu rumah penduduk. Tapi menurut cerita yang tak sengaja ia dengar dari namjoon tak ada penghuni di sekitar daratan utama.
"Aku merasa tidak aman disini." Balas jihyo. Ia terus meremas tangannya yang terasa basah oleh keringat. Perasaan takutnya tiba-tiba saja menjadi lebih besar dari biasanya.
"Jangan pernah pikirkan rasa takutmu itu,ingat apa kata namjoon siang tadi." Peringat Suga. Jihyo mengangguk meskipun ia tak tahu bagaimana tak memikirkan rasa takutnya itu. Ia mengikuti langkah Suga menuju ke kamar. Kemudian mereka berpisah ketika Suga lebih dulu tiba di kamarnya.
"Ingat jangan pikirkan apapun karena ketakutanmu bisa menjadi nyata di pulau ini." Ulang laki-laki itu lagi sebelum menutup pintu kamar. Jihyo berlalu ke kamarnya dengan perasaan yang sudah lebih tenang. Tetapi belum lama ia memejamkan matanya tiba-tiba kasurnya bergerak. Jihyo bangkit dan betapa terkejutnya ia ketika melihat tzuyu sudah duduk di sampingnya berlumuran darah.
"Tzu? Kamu kenapa?"
"Jihyo ikut aku sekarang." Ujar tzuyu dengan wajah serius dan tampak kesakitan.
"Kita tidak boleh keluar dari sini."
"Kita harus mendapatkan permata itu secepatnya." Bantah tzuyu lalu menarik tangan jihyo mengikutinya keluar rumah. Mereka berjalan terseret di tengah hutan dengan tzuyu yang tetap diam sambil menarik pergelangan tangan jihyo.
"Tzuyu jelaskan dulu kita kemana?" Tzuyu diam membawa jihyo masuk ke dalam hutan yang semakin gelap dan hening.
Bahkan gerak dedaunan akibat udarapun tidak ada. Hutan nya seakan mati dan berhenti.
Tiba-tiba dari arah kanan mereka terdapat sesok besar tinggi dan bertaring. Jihyo tidak bisa melihatnya dengan jelas karena suasananya sangat gelap. Ia hanya bisa mendengar Geraman dan beberapa siluet makhluk di depannya. Jihyo terksiap ketika tzuyu tiba-tiba melepaskan genggamannya dan gadis itu tiba-tiba menghilang. Jihyo nyaris memekik namun ia dengan cepat membekap mulutnya. Makhluk didepannya sangat besar dan berbau busuk. Jihyo memicingkan mata mencoba untuk mengenali makhluk itu agar ia bisa menyerang titik lemahnya. Tapi nihil. Terlalu gelap.
"Tzuyu!" Jihyo berteriak panik ketika mahkluk besar itu menggeram dan mengendus di sekitarnya.
Jihyo mengeluarkan sedikit percikan cahaya dari tangannya. Seekor anjing besar berkepala 3 dan taring tajam menggeram.marah ke arahnya.
Jihyo nyaris terjungkal karena terkejut. Ia mencoba menenangkan isi kepalanya agar tidak membayangkan apapun tetapi kepalanya tak henti membayangkan kejadian terburuk.
"Tolong!" Lolong jihyo ketika anjing besar itu bergerak membabi buta menghancurkan dan mengoyak apapun yang ada di depannya.
Jihyo berlari sekuat tenaga tak tahu arah menyibak semak belukar itu hingga ia terjatuh. Cukup tinggi hingga ia merasa lengannya robek tersangkut akat pohon sebelum ia menemui tanah di bawah sana.
Jihyo terperangkap dalam lubang yang cukup dalam. Wajahnya seperti terkena sesuatu. Perih. Di tambah lengannya mengeluarkan cairan segar anyir.
"Tolong aku." Lirihnya lagi dan memercikkan cahay ke langit,mngeirim sinyal kepada rekannya yang lain. Namun ketika suara Geraman dan langkah besar itu mendekat. Jihyo meringkuk. Mencoba sebisa mungkin menutup lengannya yang terus mengeluarkan darah dan bau anyir.
Grrrr.. bunyi napas yang keras,semak yang tersibak membuat tubuh Jihyo menggigil. Ia tak bisa melakukan apapun. Kekuatannya terbatas dan ia tak bisa melawan hewan sebuah ini.
Kali ini ia semakin pasrah. Suara Geraman anjing itu terdengar makin jelas. Mendekat ke arahnya. Jihyo mundur hingga punggungnya bersentuhan dengan tanah kakinya terjatuh lemas. Ia meringkuk di dalam sana berharap teman-temannya sadar akan ketiadaannya di rumah. Ia berharap siapa saja menolongnya saat ini dan membawanya keluar. Jihyo memeluk lututnya erat. Ia sama sekali tidak bertenaga untuk mengeluarkan kekuatannya.
"Bagaimana ini?" Badannya gemetar ketika suara Geraman itu semakin keras dan tubuh jihyo melayang terhempas dalam hitungan detik. Hingga ia hanya melihat sedikit cahaya sebelum jihyo kehilangan kesadarannya.
Ketika cahaya Jihyo yang lemah berhasil menjangkau langit, Namjoon yang tengah berusaha memejamkan mata di kamarnya tiba-tiba terbangun dengan gelisah. Ada sesuatu yang salah. Ia segera berlari keluar menuju tempat para anggota lain beristirahat. Pikirannya hanya terfokus pada satu hal-Jihyo.
Suga yang masih terjaga, menyadari langkah Namjoon yang terburu-buru. Ia mengikuti tanpa banyak bicara, paham bahwa situasinya darurat. Ketika Namjoon mencapai kamar Jihyo, mereka menemukan tempat tidurnya kosong, hanya ada bekas jejak kecil darah yang memudar menuju pintu. Suga menahan napas, sadar bahwa sesuatu yang mengerikan sedang terjadi.
"Dia sudah keluar. Kita harus menemukannya," ujar Namjoon dengan tegas. "Aku rasa dia terperangkap dalam ilusi pulau ini."
Suga mengangguk cepat. "Kita harus bergerak cepat sebelum dia terlalu jauh. Panggil yang lain."
Tak butuh waktu lama, seluruh anggota berkumpul di depan rumah kecil mereka. Wajah-wajah cemas memenuhi malam yang sunyi itu. Mereka tidak tahu pasti apa yang akan mereka hadapi, tetapi semua sepakat bahwa Jihyo harus segera ditemukan.
"Kita berpencar, tapi tetap dalam jangkauan. Jika menemukan sesuatu yang aneh, beri sinyal," perintah Namjoon dengan nada tegas.
Tzuyu, yang tampak cemas karena Jihyo sudah pergi tanpa sepengetahuannya, bersumpah dalam hati untuk menemukan sahabatnya.
Ketika mereka mulai menyusuri hutan gelap itu, Namjoon mengingatkan semuanya, "Ingat apa yang kita pelajari tentang pulau ini. Ketakutan kita bisa menjadi nyata. Jangan biarkan pikiran buruk merasuki kalian."
Tiba-tiba, Suga menghentikan langkahnya. "Lihat!" serunya sambil menunjuk ke langit yang tertutup daun-daun. Kilatan cahaya kecil seperti kembang api terlihat redup di kejauhan.
"Jihyo!" pekik Nayeon, yakin bahwa itu adalah sinyal darurat Jihyo.
Tanpa ragu, mereka berlari ke arah cahaya itu. Setiap langkah terasa berat di bawah tekanan perasaan takut yang semakin besar. Di antara pohon-pohon, mereka akhirnya menemukan lubang dalam di mana Jihyo tergeletak tak sadarkan diri, tubuhnya berlumuran darah.
Namun sebelum mereka bisa turun untuk menolong, suara geraman mengerikan menggema di sekitar mereka. Dari balik semak, muncul anjing berkepala tiga yang sama seperti yang dihadapi Jihyo sebelumnya. Taringnya tampak lebih tajam dalam kegelapan, dan mata merahnya menyala penuh amarah.
"Jangan biarkan ketakutanmu menguasai!" teriak Namjoon sambil mengeluarkan kekuatannya. Sebuah lingkaran cahaya mulai terbentuk di tangannya, memberikan perlindungan bagi mereka.
Anjing berkepala tiga itu menggeram lebih keras, mendekat dengan langkah berat. Namun, mereka tidak menyerah. Satu per satu anggota mengeluarkan kekuatan mereka, membentuk dinding pertahanan di sekitar Jihyo.
Tzuyu melompat turun ke dalam lubang, mengangkat tubuh Jihyo yang lemah. "Ayo bangun, Jihyo. Kita butuh kamu!" Tzuyu berbisik, memeluknya erat.
Namjoon dan Suga terus memerangi ilusi pulau itu, sementara makhluk besar berkepala tiga mencoba menerobos pertahanan mereka. Nafasnya berat, napas panasnya terasa semakin mendekat.
Jihyo akhirnya mulai tersadar dalam pelukan Tzuyu, matanya perlahan terbuka. "Ini... ilusi?" tanyanya dengan suara parau.
Tzuyu mengangguk. "Kamu terjebak dalam ilusi pulau ini. Tapi kita sudah di sini, dan kita akan keluar bersama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nine Tailed and The Seven Knights
FanfictionJannabi menjadi korban ke brutalan raja Glovator yang menginginkan ke delapan kristal dunia. kristal yang bisa menjadi tonggak kehancuran para rubah serta lahirnya generasi bari dari kesembilan ekor rubah jannabi yang terputus. kesembilan ekor itu...