06

55 7 0
                                    

"Wow," gumam Dahyun saat mendapati tempat sementara mereka,sangat memikat. Kabut tipis yang menutupi atas danau. Sinar bulan yang menelusup indah  lewat awan, menghasilkan pantulan yang indah dengan Kilauan menggoda. Juga sekeliling danau yang di batasi hutan lebat dengen kabut tebal pekat. Suasana disana terbagi dua; ngeri dan indah sekaligus. Mereka tidak tahu apa saja  yang bersembunyi di balik kabut tebal. Tapi keindahan ini sedikit membutakan. Lihat saja sana yang sedang bermain air dengan senyum tercetak sempurna. Juga tarian aneh lincah yang gadis itu suguhkan.

Dahyun berjalan tanpa dia sadari. Kakinya seakan mengundurkan diri dari tubuhnya. Dan ingin lepas. Menikmati keindahan ini.  Bebatuan ynag agak besra hmaoir sjaa membuatnya tersungkur. Dhayun tak peduli. Dia terus berjalan.engamati danau da tak sabar untuk menceburkan diri. Meski hari tengah malam.

"Astaga,apa Dahyun akan ikut seperti snaa juga?" Tanya tzuyu dejgen tampang remeh. Dia TKA Thai pada ynag ada didalam otka sana. Bisa-bisany Adia snagat bhaagia meski bahaya mengancam dari arah mana saja. Dia akui ini memang insha tapi bukna berarti kitajadi bodoh hya karena buta kaan keindahan.

"Sudahlah, Tzu. Sekali-kali coblaah untuk tertawa keps seperti sana dan Dahyun. Bermain agar kepalamu itu tidak pec karena selau memikirkan strategi dan masalah. " Tzuyu mendelikendmegar ucapan jihyo ynag seratus persen benar. Tapi catat!. Dia hanya membenarkan kalimat terkahir. Perihal tertawa. Dia bisa tapi hanya di saat yang tepat di masa lalu. Bukan sekarang atau di masa depan.

"Aku ingin mandi,"Momo berlari riang menuju Dahyun dan sana yang sudah basah kuyup akibat saling melempar air.

"Kami tidak memiliki kekuatan yang kalian miliki. Jadi bisa tolong buatkan tempat beristirahat?" Ucap jin.

"Tentu. Tunggu sebentar akan aku panggilkan sana." Jihyo pamit menyusul Momo. Sesekali wajahnya terkena cipratan air . Dia hanya tersenyum kecil. Memangil sana yang sedang asik ternyata sangat sulit. Setelah empat kali percobaan barulah gadis itu sadar namanya sesnag di sebut.

"Apa?!"

"Buatkan mereka rumah dari sukurmu?. Bisa?" Tanya jihyo.

Sana tampak ragu. Sebelumnya dia hanya bisaembiat ranjang aneh dengan bentuk tak sempurna. Kadang segi lima ksdang ranjang segitiga. Hanya ayah nan yang paling sempurna dari semua hal yang dia coab. Tapi jika rumah?. Rasanya tidak akan berhasil.

"Kenapa harus rumah?"

"Kita akan bertahan disini untuk beberapa hari kedepan. Jadi tidak mungkin hanya menga dalakn lahan ter UKA dengen ayuann yang menganggtung asal. Disini banyak binatang buas" ujar jihyo panjang lebar. Di berjongkok di batu besar karena lelah berdiri.

Sana mengangguk setuju. Tapi tetap saja dia tak yakin bisa membuat rumah.

"Akan aku coba. " Putus sana.

Dia bangkit dari air. Mencari posisi yang pas di depan goa untuk membangun rumah dari aukur dan daunnya.

Keenam laki-laki itu tempak menunggu sana penuh harap. Mereka juga lelah. Jimin butuh te.oat beristirahat secepatnya. Belum lagi udara dingin disana. Bahkan saat mereka memakai jubah pun udara tetap bisa menusk kulit hingga kekulit. Berbanding terbalik dengan para gadis yang sepertinya tidak kedinginan. Lihatlah,mereka semau meakai baju kurang bahan ala penduduk desa di sana. Meski mereka tahu para gsdia memakai itu untuk penyamaran. Tapi tetap saja dingin.

"Aku tidak bisa!" Ucap sana setkwgah berteriak . Dia malas jika kekuatan tak bisa berkompromi.

"Kau bisa!. Ayo coba lagi," jihyo mencoba meyakinkan gadis berambut grey dan beberapa garis warna merah muda dan hijau itu. Sana menghembuskan napas kasar. Dia harus lebih berkonsentrasi.

Splash!!!!.

Slurr...

Sulur sana bergerak cepat. Melesat di antara tanah bebatauan kecil. Bergerak lincah menarik dari satu sisi ke sisi lain. Mengikat dengan cepat. Daunnya ikut keluar mmebsar membentu atap.

Kedua tangan saana membentang di udara. Sesekali bergetar. Gadis itu meringis.

"Aku merasa pusing." Keluhnya di sela kegiatan membangun rumah.

"Aku akan mencarikan makanan kesukaan kalian jika rumah itu selesai,"tawar jhope . Sana menganggukantap saat keuntungan dirasa bisa di Rai h setelah menyelesaikan tugas ini.

"Baiklah!" Sana veeyeiak semangat.

Sreet!!!.

"Selesai!"teriak sana heboh.

.

.

.

"Sana apa ini?" Gumam Jeongyeon menganga. Dengenkdua tangan terlempar lesu di kedua sisi tubuhnya.

Jungkook menahan tawa. Dia menggeleng kaku laku mengalihkan pandangan pada sana yang juga menganga melihat hasil karyanya.

Bagaimana tidak!. Semua orang di buat tak bisa berkata. Dengen rumah berbentuk segi tiga siku-siku. Dengan satu pintu tanpa jendela. Kaku bagaimana dengan isi didalamnya. Sana sendiri bahkan tak bisa membayangkan apa sisi rumah aneh itu.

"Aku hannya membayangkan sebuah rumah. Dan inilah hasilnya," cicit sana.

"......"

"Aku tidak tahu apapun tentang rumah. Jadi...mohon di maklumi." Lanjutnya lagi dengen senyum terpaksa.

Jin berdehem. Jungkook akhir ya terkekh kecil. Semua ini jauh dari ekspektasinya. Rumah normal dengen bentuk sederhana. Atasp daun jendela setidaknya tiga buah dua pintu didepan dan di belakang. Juga kamar. Tapi ini?.

"Buatkan satu lagi untuk kami," pinta jin sopan. Sana tersenyum manis. Hanya jin yang menerima hasil karyanya soeenuh hati sesng yang lain hanya diam dengen wajah menjengkelkan.

Sana mengangguk samar.

Splash!!!

Slurr!!

Semua terjadi lebih cepat dari sebelumnya..dan inilah yang mereka odnangi. Dia buah rumah minimalis berbentuk segitiga tanpa jendela. Demgen usia dalam berisi ayunan yang menggantung rapi. Berbaris sejajar. Keduamu untuk Jimin. Sana menciptakan ranjang untuk satu orang.

"Silakan," sana mempersilahkan merak amaauk. Dia mnatap jhope sejenak. "Kau sudah berjanji untuk memberiku makan kan. Akan aku tagih besok," jhope memgangguk. Dia berllau demgen kekhan tertahan.

"Aku akan tidur mm ynm masuk setelah mereka selesai bermain," jihyo pamit.

"Baiklah tuan putri,"canda sana.

Sana berlari kecil menuju Dahyun dan Momo. Kedua gadis cantik itu kini asik menyelam di tengah cuaca dingin. Tapi berkat kekuatan Momo air danau itu berubah hangat. Menenangkan otot yang kaku kaibat berlarian. Sahyunwnyugar rambut ungunya. Mengibaskan kesana kemari gw dia bangkit dari dalam danau.

"Ayo tidur." Ajak sana. Di angguki Dahyun. Momo mengeringkan pakaiannya dengen lava miliknya. Begitupun Dahyun.


Vote.

Komen.

Salam hangat.

Selvigst.

Nine Tailed and The Seven Knights Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang