Momo bergidik, merapat pada Tzuyu. Goa yang bentuk dalamnya tak mereka ketahui persisnya seperti apa kini sudah mereka lewati sedikit kedalam. Mungkin saja di dalam sana ada banyak ular besar atau buaya. Atau yang lebih parah lagi tanah yang bisa mengeluarkan uap beracun. Danembunuh mereka dalam hitungan detik. Segala spekulasi buruk terus saja muncul di benak Momo. Dia tak rela menjadi santapan hewan di tempat menakutkan ini. Masih banyak makanan enak yang belum dia coba di tempat ini.
"Apa sejauh ini tidak binatang aneh atau bebatuan berbahaya?," Tanya Dahyun sambil menggandeng tangan sana. Mereka berjalan bersisian dengan nayeon dan mina di depan. Serta paling belakang diisi oleh jeongyeon ,jihyo dan chaeyoung.
"Tidak ada. Goa ini aman. Kita hanya perlu penerangan." Nayeon berbalik sekilas menatap Dahyun sebentar. Meyakinkan semuanya bahwa mereka benar-benar aman.
Suara gesekan sendal kayu dan butiran kerikil kecil terdengar agak nyaring. Pun suara jangkrik yang saling bersahutan seolah sednag bicara satu sama lain. Desauan angin melintas begitu cepat. Melesat di antara pendengaran Dahyun. Membuat gadis seputih kain suci itu berhenti sejenak.
"Ada apa?" Jihyo yang hampir menabrak tiang bug Dahyun kini bertanya dengen nada risau. Sebab air wajah dahyun terlihat tak baik-baik saja. Seperti ada hal lain yang dia khawatirkan. Semua orang berhenti sejenak. Ikut menoleh kearah Dahyun.
"Apa kalian mendengar itu?" Tanyanya dengen wajah bingung sekaligus penasaran. Desauan yang baru saja berlalu itu terdengar seperti bisikan halus juga lintasan kejadian yang bertumpang tindih. Dia tak bisa memahami apa yang harus aja terus tas dipikirannya. Sembilan batang pohon yang salah satu berwarna berbeda. Hitam. Sedang yang lainnya tampak rindang dengen warna hijau dominan. Tak seperti pohon yang disini. Kebanyakan berwarna-warni.
Lalu ada sebuah tali yang menggantungkan sebuah....
Entahlah dia tak bisa melihatnya dengen jelas lalu bayangan itu menghilang bersamaan udara lengang.
"Apa?!" Tanya Momo sedikit panik. Kakinya sudah lumayan gemetar. Keringat dingin sudah menghuni pelipisnya. Momo dengen gerakan lembut menyusut mendekati yang lain. Hingga dia sudah berada di posisi tengah. Mencari perlindungan kalau-kalau ada musuh.
"Kami tidak mendengar apapun."
Dahyun memicing,memastikan bahwa dia memang tak mendengar apapun. Tapi sesaat setelah memjankan mata. Suara rintihan dan percakapan samar itu kembali terdengar.
Ini aneh. Kenapa hanya dia yang bisa mendengar bunyi itu.
"Jangan membuat suasana makin tegang Dahyun. Jangan gunakan muka takut dan bingung mu itu. Lihat Momo dan sana sudah beringsut takut. " Ujar jeongyeon.
Sana dan Momo serempak mengangguk.
"Tidak. Yang tadi itu hanya perasaanku saja,mungkin." Ujar Dahyun setelah dia melihat tatapan was-was yang lain. Dia tersenyum untuk memastikan bahwa tidak ada yang perlu di khawatirkan.
Mereka lanjut berjalan menuju tengah goa. Memastikan bahwa goa ini benar-benar aman untuk mereka tempati beberapa hari kedepan. Bebatuan stalaktit dan stalakmit yang menguasai ruang hampir 50%. Membuat mereka kesulitan memilih tempat beristirahat. Jika saja ada dipan yang dibuat warga disini di dalam goa. Mungkin itu akan lebih baik. Mereka tak perlu di tusuk bebatuan runcing yang ada di dasar goa.
Tzuyu sebagai barisan paling depan bersama Momo dan sana mendadak berhenti. Mereka melirik yang lain meminta persetujuan untuk tidur di daerah yang mereka pijak saat ini. Tak terlalu banyak batu runcing dan juga tak becek."Aku rasa untuk tempat kita tidur lebih baik menggunakan kekuatan daunku," saran sana. Dia mengetukkan jari di dagunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nine Tailed and The Seven Knights
FanfictionJannabi menjadi korban ke brutalan raja Glovator yang menginginkan ke delapan kristal dunia. kristal yang bisa menjadi tonggak kehancuran para rubah serta lahirnya generasi bari dari kesembilan ekor rubah jannabi yang terputus. kesembilan ekor itu...