07

56 7 0
                                    


Kicau burung menyambut pagi mereka. Suara kokokan ayam hutan juga beberapa kali terdengar laku hening. Bau semerbak embun dan bunga mekar di dasar hitam tercium.

Matahari pagi tak terllau terlihat jelas sebab mereka berada di tengah hutan lebat. Dengan dauh dan dahan yang menutupi langit. Hanya di beberapa tempat saja bisa melihat indahnya cakrawala. Dahyun menggeliat,duduk sambil menguap lebar. Matanya melirik yang lain ,ternyata mereka masih terlelap kecuali pria itu. Namanya kalau tidka salah Jimin. Dia sedang duduk membelakanginya,ayunan mereka bersebelahan di sampingnya lagi ada ayunan Taehyung. Pria itu dari semalam selalu melirik Jimin cemas. Mungkin mereka bersahabat snagat dekat.

Dahyun berdehem. Mereka berdua adalah orang yang paling cepat bangun,jadi setidaknya dia harus menyapa.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Dahyun,turun dengan hati-hati dari ayunan. Pria itu menoleh, sedikit mengernyit bingung. Sepertinya dia belum sadar ada delapan wnaita lain disini. Atau mungkin dia lupa ingatan akibat luka itu atau benturan karena pertarungan dengan makhluk legenda itu.

Dahyun berdiri dengen cemas. Memutar ayunan Jimin. Dan berhenti tepat did Dian Jimin yang sednag berjuntai sambil memegangi kepalanya.

"Kau...apa kau yidka tahu namamu?"

"Apa kau pusing?"

"Apa kau tahu darimana asalmu?" Dahyun mengerjap bingung sekaligus khawatir. Bukan karena alasan khusu hanya saja dia merasa sedikit berhubungan dengan pria ini setelah jihyo menolongnya. Dia hanya ingin tahu apa teknik pengobatan jihyo mempunyai efek samping. Sebab itu batu pertama kali di gunakan.

"Kau tidak perlu tahu darimana asalku!" Kecam Jimin. Tegas dan dingin. Dahyun menganga. Apa dia baru saja di kecam dengan nada sinis?. Apa salahnya?. Dia hanya khawatir. Jimin pergi ke arah sungai setelah meninggalkan Dahyun. Dia hany ingin membantu.

Dahyun tak terima diperlukan seperti orang asing. Tunggu diabmemang orang asing kan. Tapi tetap saja. Jihyo adalah bahian dari dirinya kenapa juga dia tak boleh bertanya. Laki-laki dingin itu sidha berhutang nyawa pada jihyo. Itu jug urusan dirinya kan?.

Dengan langkah kesal dia berjalan mengikuti Jimin yang berendam di air sungai yang mengeluarkan asap itu. Dia berenang dengan nsantai. Walau manik mereka telah kembali bertemu.

"Kau berhutang nyawa pada jihyo,apa itu tak cukup untuk mu berterimakasih pada kami." Nada suara Dahyun meninggi. Pria itu seratus eorsen tidak lupa ingatan. Juga tidka terluka lagi.

Dahyun lagi-lagi di acuhkan. Jimin asik menyelam. Lalu keluar dari air sambil mengibaskan rambutnya yang basah. Dahyun seperti tembus pandang di mata pria itu. Dia sama sekali tak di kiri meeaki jimin lewat di sampingnya tanpa atasan. Pria itu....errr seksi. Rambut hitam yang sanagt kontras dengan kulitnya yang putih. Dengan bintik air di tubuh. Astaga. Dahyun langsung berbalik dengan degup tak beraturan. Ini kali pertama dia melihat laki-laki bertelanjang dada. Dan itu snagat tidka baik. Lain kali dia tak akan menyusul lagi kemanapun pria sialan ini pergi.

Dahyun berjalan membelakangi Jimin ,hampir saj dia tergelincir kerikil untuk ada tangan lain yang menyambut tubuh. Dahyun menengok ke belakang.

"Terima kasih, Taehyung." Ujarnya. Laku meninggalkan kedua pria itu.

Taehyung mengerjap. Menanyakan lewat sudut matanya ' ada apa?'. Jimin menggeleng.

Dia kembali memakai jubahnya. Mengeringkan rambut dengan kain kecil. Untung mereka membawa beberapa baju untuk perjalanan panjang ini.

"Terima kasih karena telah selamat. Dan juga terima kasih atas pertolongan mu untuk Jungkook." Ujar taehyung tulus. Jimin terkekeh kecil. Merasa geli dengan kalimat aneh Taehyung. Pria itu biasanya tak pernah berterima kasih atau apapun. Karena diantara merka Taehyung dan suga adalah orang yang paling irit bicara. Tapi itu setahunya.

Nine Tailed and The Seven Knights Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang