05

56 9 0
                                    

"Sudahlah,J-Hope. Bunuh saja mereka."sanggah pria yang menunggangi singa itu angkuh. Kilat matanya jelas sekali sangat tidak sabaran. Wajah dingin dengan rahang tegas membuat Tzuyu ingin memberikan Bogeman mentah disana. Akh!. Betapa Tzuyu ingin meremukkan rahang itu hingga hancur dan membuangnya kelaut.

Tzuyu kembali melempar bola api pada pria itu. Dia mendesis nyeri saat tangan kanannya terlalu kuat melempar api itu.

Gerrr!

Ssssss!.

Bunyi benda terkena api juga heran singa membuat Tzuyu sedikit tenang. Karena lemparannya tak meleset.

Singa itu menggeram marah. Lain dengan pria itu. Dia kini terkekeh, menyugar rambut hitam bergaris abu-abu di beberapa sisi miliknya. Senyum miring tercetak makin jelas di wajahnya. Tzuyu melongo. Serangannya bahkan tak mempan pada pria itu. Mantel yang entah terbuat dari apa tak berbekas. Tzuyu menatap galak.

"Kau yakin dengan kekuatan lemah itu bisa membunuh kami?" ejeknya. Sangat menjengkelkan. Tzuyu membuat bola api yang lebih besar. Bersiap melempar.

"Kemari kau bedebah!" Teriaknya marah. Tzuyu paling benci di remehkan. Dan dia akan dengan senang hati membunuh siapa saja yang membuat harga dirinya terinjak. Termasuk pria aneh dengan singa kurang ajarnya.

"Tzuyu tunggu!" Teriak jihyo saat cahaya yang di buat Dahyun mengenai tiga pria lagi yang sedang memapah seseorang. Tzuyu merasa tak peduli dia tetap ingin melayangkan api pada pria sombong didepan sana. "Ada yang sekarat!" Teriak jihyo saat jiwanya merasakan jiwa pria sekarat itu sedang di ujung tanduk.

Jihyo panik sendiri menyambut kedatangan empat orang itu.

Dahyun menajamkan tatapannya pada Tzuyu berharap gadis itu mau mendengarkan ucapan jihyo. Tapi nihil. Tzuyu bahkan tak mengindahkan tatapan peringatannya.

Byurr!.

Seluruh tubuh Tzuyu basah oleh air. Apinya padam menyisakan desisan halus dari bajunya yang panas tersiram air.  Dia disiram. Garis bawahi di siram. "Jeongyeon!" Geraman penuh penekanan Tzuyu tak membuat gadis berambut abu pudar takut. Dia hanya menatap tzuyu malas. Pria di atas singa itu tertawa mengejek. Tzuyu mengerang frustasi. Meminta penjelasan pada jeongyeon yang seenak hati membuatnya malu.

"Tae kumohon. Jangan sekarang. Jimin butuh pertolongan. "Pria bernama jhope  itu memohon.  

"Taehyung sudahlah." Pria dengan srigala sebagai alat transportasinya ikut menimpali. 

Dengan berat hati. Taehyung menghentikan kelakuan menjengkelkannya.

"Kita harus menyelamatkannya," Ujar jeongyeon santai. Tak mempedulikan tatapan maut Tzuyu. Rambutnya yang berwarna emas kini basah kuyup bersama pakaian coklatnya.

"Apa dia masih sadar?" Raut gusar Taehyung membuat Tzuyu makin malas menanggapi kegiatan selanjutnya. Jihyo pasti akan bertindak sok pahlawan untuk sekawanan bedebah ini. Dia benci ini.

Dari dulu hingga sekarang Tzuyu tak pernah ingin membuka diri untuk makhluk bernama manusia. Terutama berspesies seperti pria bernama Taehyung itu.

Tzuyu kali ini menepi. Memberi jalan pada ketiga pria itu.

Sana tanpa diminta langsung membuat sebuah tempat tidur dari sulurnya. Mempersilahkan orang tak di kenal itu meletakkan tubuh sekarat salah satu dari mereka disana. Wajahnya pucat pasi. Bersimbah darah terutama di bagian dada dan leher. Luka lebar di dada dan lengan pria itu jelas akibat pertarungan sengit antara dirinya dengan sesuatu yang sangat berbahaya.

Jubah hitamnya robek. Dahyun meringis melihat tubuh pria itu.

"Tolong selamatkan jimin. Aku tahu salah satu dari kalian memiliki kekuatan penyembuh,"ujar pria paling tinggi disana, memohon. Jihyo mengangguk. Jihyo meraih batu runcing di bawah. Menggenggam erat lalu mengoyak telapak tangannya dengan batu itu.

Nine Tailed and The Seven Knights Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang