Langkah mereka semakin berat saat mereka memasuki kedalaman gua. Udara dingin yang terasa menusuk tulang seolah menekan dada, membuat napas mereka semakin berat. Kegelapan mutlak menyelimuti mereka, hanya diterangi oleh sorot cahaya dari permata yang berada di tangan Namjoon, berpendar lemah seiring langkah mereka yang semakin dalam.
Jeongyeon menatap sekeliling, mata batinnya berusaha menangkap bayangan-bayangan misterius yang bersembunyi di balik kegelapan. Ada sesuatu yang mengawasi mereka, sesuatu yang lebih tua, lebih gelap, dan lebih kuat dari sekadar Medusa yang baru saja mereka kalahkan. “Kita tidak sendiri,” bisik Jeongyeon, suaranya serak oleh ketakutan yang menempel di tenggorokannya. “Makhluk ini... ia tidak seperti yang lain.”
Mina, yang berada di sampingnya, merasakan hawa dingin menusuk kulitnya. Ia menggenggam loket teleportasinya erat-erat. “Jeongyeon, kau bisa melihatnya?” bisiknya nyaris tanpa suara, takut bahwa ucapan lebih keras bisa memancing perhatian dari kegelapan yang mengintai.
Jeongyeon memejamkan mata, kekuatan penglihatan jarak jauhnya melampaui batas. Ia melihat sesuatu yang mengerikan—makhluk dengan tubuh menjulang tinggi, dipenuhi sisik gelap yang berkilauan di antara bayang-bayang. Wajahnya adalah perpaduan mimpi buruk, dengan mulut menganga penuh taring, mata yang bersinar merah pekat, dan tangan yang berakhir pada cakar-cakar tajam. **Dia bukan sekadar penjaga pulau, tapi sumber kutukan itu sendiri**.
“Makhluk itu adalah kekuatan dari kutukan ini…,” ucap Jeongyeon sambil gemetar. “Kita tidak bisa melawannya langsung… dia jauh lebih kuat.”
Mina menarik napas dalam-dalam. Dia tahu apa yang harus dia lakukan. “Aku akan menemukan sumber kekuatannya,” katanya dengan tekad. “Kalian tahan dia sebisa mungkin.”
Tanpa menunggu lebih lama, Mina menggunakan teleportasinya. Dalam kilatan cahaya yang tipis, tubuhnya menghilang dari gua yang dingin dan gelap, meninggalkan yang lainnya untuk berhadapan dengan teror yang melayang di atas mereka.
***
Sementara itu, di dalam gua, suara berat seperti desis ular raksasa menggema, diikuti dengan gemuruh langkah besar yang mengguncang tanah. Makhluk itu mulai mendekat. Setiap langkahnya menggema, membuat dinding gua bergetar, dan hawa dingin yang menjalar semakin intens.
"Kita tidak bisa berhadapan langsung dengannya," ujar Namjoon dengan suara tercekik. "Jimin, Suga, arahkan cerminnya ke arahnya. Tapi jangan sampai ada yang menatap langsung."
Suga dan Jimin dengan tangan gemetar mengangkat cermin besar yang telah mereka siapkan, tetapi bahkan dari pantulan, bayangan makhluk itu membuat bulu kuduk mereka berdiri. Cahaya dari cermin menangkap sesosok bayangan yang tinggi dan mengerikan, dengan sayap gelap yang merentang di belakang punggungnya, seperti malaikat kematian yang datang untuk menjemput mereka.
Suara desisnya semakin mendekat. Setiap nafas yang diambil oleh makhluk itu seolah membawa udara yang lebih dingin. Tiba-tiba, suara deru keras muncul—satu serangan besar dari cakar makhluk itu menghantam dinding gua, membuat serpihan batu besar runtuh ke arah mereka.
"AWAS!" teriak Taehyung. Dia memanggil Taeross dengan gerakan cepat, dan dalam hitungan detik, sosok demon bersayap itu muncul, melindungi mereka dari hujan batu dengan sayap besarnya. Namun, kekuatan dari makhluk itu tampak luar biasa, bahkan untuk Taeross.
"Dia lebih kuat dari Medusa," desis Taehyung sambil menahan teriakan. "Kita tidak bisa bertahan lama!"
Makhluk itu bergerak lebih dekat, kehadirannya memakan ruang dalam gua, membuat setiap celah dipenuhi kegelapan yang seolah hidup. Ular-ular di kepalanya mendesis dan menggeliat liar, mata merah menyala dari sosok besar itu bersinar semakin terang.
Jungkook mempersiapkan senjatanya, tapi dia tahu ini bukan pertarungan fisik. "Apa kita bisa menghentikannya?"
Namjoon, dengan tatapan tegas, memandang ke arah cermin yang masih mereka pegang. "Kita harus mencoba menahannya sampai Mina menemukan sumber kekuatannya."
***
Di tempat lain, Mina muncul di tengah sebuah altar kuno yang tersembunyi jauh di dalam hutan. Ukiran kuno menghiasi dinding-dinding batu di sekitarnya, dan di tengah altar itu, sebuah bola energi gelap berdenyut dengan intensitas yang semakin meningkat. Ini adalah sumber dari semua kekuatan gelap yang mengendalikan pulau ini.
Mina melangkah mendekat, merasakan kekuatan besar yang hampir membuatnya tercekik. Tubuhnya gemetar, tapi dia tahu dia harus menghancurkannya. Dengan napas terengah-engah, dia mengangkat tangannya, bersiap menggunakan kekuatan teleportasinya untuk menghancurkan altar itu dari dalam.
Tiba-tiba, suara berat bergema di sekelilingnya. Suara tawa rendah dan menyeramkan, seolah pulau itu sendiri menertawakan usahanya. Dari bayangan altar, sesosok bayangan kecil mulai terbentuk, sosok lain yang dikendalikan oleh kekuatan gelap ini. Tapi Mina tidak punya waktu untuk takut. Dia menutup matanya, memusatkan kekuatannya, dan dalam satu ledakan besar, altar itu hancur berkeping-keping.
Ledakan energi gelap itu bergema di seluruh pulau, termasuk gua tempat yang lain berada.
***
Di dalam gua, makhluk besar itu tiba-tiba berhenti bergerak, raungan mengerikan keluar dari mulutnya saat tubuhnya mulai retak. Cahaya terang mulai keluar dari retakan-retakan itu, semakin besar hingga akhirnya tubuhnya meledak dalam ledakan cahaya yang memekakkan telinga.
Mereka semua terlempar ke belakang, terlindung dari kehancuran oleh Taeross. Ketika debu mereda, yang tersisa hanyalah kesunyian dan puing-puing. Pulau itu terasa… damai.
Jeongyeon terhuyung-huyung bangun, matanya masih terfokus pada bayangan yang mulai memudar di udara. "Mina melakukannya… dia menghancurkannya," ucapnya dengan napas yang terengah-engah.
Namjoon berdiri dengan lelah, menghela napas panjang. “Kita sudah selangkah lebih dekat untuk menghancurkan kutukan ini. Tapi kita harus cepat keluar dari sini.”
Mereka tahu, meskipun ancaman terbesar sudah lenyap, pulau ini masih menyimpan rahasia lain yang belum terungkap. Dan mereka tidak akan menunggu sampai kekuatan lain bangkit dari kegelapan yang lebih dalam.
Langkah mereka kini lebih cepat, dengan keyakinan bahwa apa pun yang terjadi, mereka akan bertahan—dan pulau ini tidak akan pernah menakuti mereka lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nine Tailed and The Seven Knights
FanfictionJannabi menjadi korban ke brutalan raja Glovator yang menginginkan ke delapan kristal dunia. kristal yang bisa menjadi tonggak kehancuran para rubah serta lahirnya generasi bari dari kesembilan ekor rubah jannabi yang terputus. kesembilan ekor itu...