5. Bodyguard

34.4K 2.4K 27
                                    

Satu minggu sudah berlalu, akhirnya Xavier terbebas dari rantai yang menahan kakinya. Duh, betapa bahagianya Xavier saat ini.

Sekarang, dia sudah memakai seragam sekolahnya. Dia masih ada di rumah papa Dami. Mungkin dia akan pulang ke apartment nanti.

Setelah merasa sudah siap, Xavier melangkahkan kakinya menuruni tangga menuju meja makan.

"Good morning" ucap Xavier

"Good morning too baby" ucap anggota keluarga Damian serempak. Disini juga ada Aldo dan Edwin. Mereka akan berangkat bersama ke sekolah.

"Mau makan apa sayang?" tanya Rona pada Xavier.

"Roti selai kacang, ma" ucap Xavier.

Rona segera membuatkan 2 buah roti selai kacang dan meletakkannya di piring Xavier.

Mereka makan dengan tenang. Begitu Aldo, Edwin, dan Xavier selesai, mereka langsung pamit ke sekolah.

• 👑 •

Di dalam mobil

"Vier, kamu tidak lupakan dengan perjanjian kita?" ucap Edwin

"Huh? Apa?" tanya Xavier. Perjanjian apa?

"Kamu akan dijaga oleh bodyguard papa karena kamu kabur" ucap Edwin tetap fokus menatap jalan di depannya.

Xavier langsung menatapnya memelas. Katakan selamat tinggal untuk kebebasan sementaranya. Mau menolah tapi rasanya percuma. Baiklah, untuk sekarang dia akan jadi anak baik.

"Hum" gumam Xavier pelan. Lalu ia mengalihkan pandangannya ke jendela.

Aldo dan Edwin tersenyum tipis. Xavier sudah seperti adik bagi mereka meski mereka lahir di tahun yang sama. Dengan adanya bodyguard papa, mereka bisa sedikit lebih tenang meninggalkan Xavier selama pelajaran berlangsung.

• 👑 •

Sesampainya di sekolah, mereka langsung keluar dari mobil. Dibelakang mobil mereka juga sudah ada mobil 2 bodyguard yang diutus oleh papa.

Tiba-tiba mereka mendengar suara seseorang

"ALDO, EDWIN, XAVIER" teriak Erick

Mereka menoleh dan mendapati Erick melambaikan tangan kearah mereka.

Begitu melihat Erick, Xavier jadi kesal. Coba aja Erick tidak memergokinya waktu itu, dia kan pasti tidak akan tertangkap oleh papanya.

"Kusut amat tu muka, abis dihukum nih pasti" ucap Erick menambah kekesalan Xavier.

"Berisik" ucap Xavier ketus.

"Makanya jangan nakal" ucap Erick dengan senyuman menyebalkan.

"Ini semua juga karena lo tau" ucap Xavier sembari menatap tajam Erick.

"Ih enak aja! Yang nakal kan elo, kok malah nyalahin gue" sewot Erick tidak terima.

"Emang salah lo" ucap Xavier dengan kesal.

"Elo" ucap Erick

"Elo" ucap Xavier

"DIAM" ucap Aldo penuh penekanan.

Xavier dan Erick juga langsung terdiam. Sungguh! Aura Aldo sangat menyeramkan.

"Cepat masuk kelas dan ingat! Jangan berbuat ulah Vier" ucap Aldo kemudian menarik Erick menuju kelas.

"Jangan nakal" ucap Edwin kemudian pergi menuju kelasnya meninggalkan Xavier bersama dua orang bodyguard.

"Mari masuk ke kelas anda tuan muda" ucap salah seorang bodyguard

Huft! Yasudahlah. Dia sedang malas berdebat jadi ikut saja.

Mereka pun menuju ke kelas Xavier.

• 👑 •

UHUK! UHUK!

Seorang pria sudah babak belur dengan darah yang keluar dari mulutnya.

"Katakan siapa yang menyuruhmu" ucap Arvian mengintimidasi

Pria itu diam. Ia mencoba mengatur napasnya yang terasa sesak.

Pria ini merupakan salah satu komplotan dari kejadian penculikan baby Xion 16 tahun yang lalu. Bawahannya yang mengabarinya tentang pria ini.

Tanpa basa basi, ia menyeret pria ini menuju gudang kosong dan menghajarnya habis-habisan. Pria ini pasti tau dimana adiknya dibawa dan siapa yang merencanakan penculikan itu. Arvian sangat yakin ada otak dibalik penculikan itu.

Tiba-tiba seorang gadis masuk ke dalam gudang tempat Arvian mengeksekusi pria tadi.

Gadis berseragam sekolah berusia 18 tahun. Tamara Valeria Avilash, putri satu-satunya Aldrick dan Viona. Dia merupakan murid di Rosalica High School, dekat dengan Willos High School.

 Dia merupakan murid di Rosalica High School, dekat dengan Willos High School

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini seragamnya~

Gadis itu berdiri di samping kakak keduanya, Arvian dengan senyum manis.

"Bukankah kita harus memberikan sedikit hukuman pada orang yang sudah berani menyentuh adik kecil kita, kak?" ucap Tamara dengan nada main-main.

Dia merebut pistol dari saku belakang kakaknya dan mengarahkannya di kepala pria itu.

"Katakan atau mati" ucap Tamara datar

Tamara memang masih berumur 2 tahun saat penculikan itu terjadi. Tapi, melihat foto baby Xion saat baru lahir membuatnya langsung menyayanginya saat itu juga.

Dia tidak akan tinggal diam jika keluarganya di usik. Dia cenderung mirip dengan Arvian dan Daddynya yang suka memakai kekerasan namun dia akan lembut saat bersama keluarganya. Sedangkan Erlos lebih cenderung mirip dengan sifat mamanya yang lebih lembut namun menyeramkan saat marah.

"Tidak ada yang mau kau katakan?" ucap Arvian datar

"Tuan Damian dan tuan Vergio yang merencanakannya" ucapnya yang tentu saja adalah sebuah kebohongan.

DOR!

Tubuh pria itu tergeletak dengan darah yang mengalir dari dahinya.

Keheningan panjang tercipta di gudang itu sebelum Arvian melempar barang-barang yang ada disana.

"ARGHHH, LIHAT APA YANG AKAN AKU LAKUKAN PADA KALIAN" teriaknya kemudian melangkah pergi, meninggalkan Tamara yang masih menatap kearah tubuh pria yang sudah tak bernyawa itu.

TBC

_________________________________________

Hehehe, halo~

Makasih lho buat kalian yang udah mau baca cerita ini. Aku sengaja triple up hari ini karena aku gaakan up lagi untuk sementara waktu. Tapi nanti kalo ada waktu luang aku up lagi hihi.

Itu aja sih yang mau aku infoin. See u soon! 😘

Xavier Rezvan Avilash (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang