18. Keluarga

17.3K 1.7K 59
                                    

Aldo dan Edwin berteriak panik. Mereka dapat melihat Xavier ada di gendongan koala seorang pria yang kira-kira seumuran papa dan papi mereka. Siapa orang itu?

"Om siapa? Kenapa membawa teman kami?" tanya Aldo

"Aldrick Edward Avilash. Musuh papa dan papi kalian. Dan Xavier adalah putra bungsu ku. Apa aku harus punya alasan untuk membawa putraku pulang?" ucap Aldrick datar.

Aldo dan Edwin saling menatap. Damian dan Vergio memang pernah bercerita tentang musuhnya yang bernama Aldrick dan kesalahpahaman yang sudah terjadi tapi mereka tidak pernah melihat wajah Aldrick.

"Paman tidak bisa membawa Xavier begitu saja. Apa paman punya bukti?" tanya Aldo menatap curiga pada Aldrick. Bisa saja kan ini hanya trik untuk menculik Xavier.

Aldrick langsung saja menyerahkan kertas hasil tes dna itu pada Aldo.

Aldo dan Edwin membacanya dengan teliti. Mereka terkejut. Mereka mencoba mencari letak kesalahan dan pemalsuan dalam hasil tes itu namun mereka tidak menemukan nya. Berarti hasil itu benar.

"Paman, tunggu dulu" ucap Edwin saat melihat Aldrick yang mulai berjalan ke arah mobil.

Aldrick membenarkan gendongannya pada Xavier kemudian menatap Edwin sambil memasang raut bertanya.

"Paman, dengarkan aku dulu, apa yang sudah pernah terjadi di masa lalu antara paman, papa, dan papi kesalahpahaman. Jadi, jangan menjauhkan Xavier dari keluargaku dan Aldo. Xavier bisa terkena imbas dan kebencian paman" ucap Edwin mencoba menjelaskan. Ia bisa melihat raut wajah tak suka dari Aldrick.

Aldrick tersenyum miring.

"Benarkah? Xavier putra bungsu ku. Hanya putra dari Aldrick Edward Avilash. Dia memang seharusnya tinggal bersamaku, bukan kalian. Damian dan Vergio sudah sepatutnya dihapus dari ingatan baby Vier. Dan untuk kejadian di masa lalu itu, hanya ada mereka disana. Aku melihatnya dengan jelas. Jadi, kalau bukan mereka, siapa yang melakukannya? Dan setelah ini, jangan harap untuk bertemu dengan putra bungsu ku. Kalian menyayangi putra bungsu ku bukan? Aku bisa melakukan apapun pada putra kecilku ini, termasuk terpaksa menyakiti nya, jika kalian nekat menemuinya. Kalian mengerti?" ucap Aldrick panjang lebar. Kemudian menatap Xavier yang tertidur di dadanya dan mengusap surai nya pelan.

Aldo dan Edwin menatap Aldrick tidak percaya. Aldrick sudah gila.

"Paman, bagaimana mungkin kau-" ucap Edwin

"Kalian tidak mengenalku. Aku tidak suka anak pembangkang yang nakal dan suka membantah, bahkan jika itu putra kecilku sendiri. Baby Vier harus menuruti perkataan ku untuk tidak menemui kalian. Mau kalian yang menemui baby Vier atau baby Vier yang menemui kalian. Xavier lah yang akan ku hukum. Jadi, perbuatan kalian juga akan membuat putra kecilku ini menerima konsekuensinya. Aku tidak pernah bermain-main dengan perkataan ku. Pergilah" ucap Aldrick kemudian masuk ke mobil dengan Xavier yang berpindah ke pangkuannya dan bersandar di dadanya disusul oleh kedua putranya dan Gero yang menyetir.

Aldo dan Edwin hanya mampu terdiam di tempat mereka. Astaga! Orang itu benar-benar menyeramkan. Ia tidak segan-segan menyakiti putranya sendiri agar menuruti keinginannya. Gila!

Dengan segera mereka mengumpulkan bodyguard yang ikut dan menyuruh mereka untuk kembali ke tempat mereka. Sedangkan Aldo dan Edwin kembali ke apartment. Mereka akan mengabari papa dan papinya setelah sampai di apartment karena sungguh, mereka seperti baru saja menghadap mafia yang sesungguhnya.

• 👑 •

Sesampainya di mansion, Aldrick langsung menggendong Xavier keluar dari mobil. Mereka masuk ke dalam mansion dimana di sana sudah ada Tamara yang menunggu kepulangan mereka.

"Dad, baby kenapa?" ucap Tamara. Ia sangat khawatir dengan adiknya.

"Baby tidak apa-apa. Baby hanya tidur. Daddy akan menidurkan baby dulu di kamar agar lebih nyaman" ucap Aldrick. Ia menggendong Xavier menuju ke kamarnya, kamar Aldrick bukan Xavier.

Kamar dengan nuansa hitam yang sangat luas diisi oleh kasur king size dengan selimut tebal.

Aldrick membaringkan Xavier di kasurnya. Melepas sepatu yang melekat di kedua kaki putranya kemudian menyelimuti putranya dan menyalakan pendingin ruangan.

Setelahnya ia mendekat ke arah Xavier yang masih tertidur. Mengelus surai putranya lembut. Begitupula dengan tatapannya yang sedikit berubah menjadi lebih hangat.

"Maafkan daddy, Xavier. Daddy menyayangimu. Menurut lah dengan daddy dan jangan menemui mereka lagi, sayang. Karena daddy juga tidak mau jika harus berbuat kasar padamu" bisik Aldrick tepat di hadapan Xavier yang terlelap.

Kemudian ia berdiri dan keluar dari kamarnya. Tak lupa mengunci pintu kamar dan menempatkan dua orang anggota Demon King untuk menjaga putranya.

Sedangkan di tempat lain

Ada Damian yang menjambak rambutnya frustrasi. Barusan ia mendapat kabar dari Aldo dan Edwin bahwa Xavier dibawa oleh Aldrick. Harusnya ia tahu sebesar apapun ia berusaha menjauhkan Xavier dari ayah kandungnya, mereka akan tetap bersama pada akhirnya.

Ia tidak masalah dengan itu. Sungguh. Jika kesalahpahaman itu tidak terjadi, ia pasti tidak akan secemas ini. Putra-putranya, Vergio, dan Aldrick akan sama-sama menjadi putra mereka tanpa mempermasalahkan siapa ayah kandung mereka.

Ia takut Aldrick menyakiti Xavier. Aldo sempat memberitahu nya mengenai ancaman Aldrick pada putra-putranya.

"Apa yang harus ku lakukan?" lirih Damian

Rona yang melihat raut wajah suaminya yang murung mendekat. Ia mengelus pipi suaminya.

"Ada apa sayang? Kau terlihat cemas" ucap Rona khawatir.

Damian menatap Rona sendu.

"Putra kita. Putra bungsu kita. Kau tahu sayang? Aldrick.. Aldrick adalah ayah kandung Xavier. Dan Xavier, ia adalah baby Xion yang hilang saat itu. Aku mendapat kabar dari Aldo bahwa Aldrick membawa paksa baby Vier dan melarangnya menemui kita atau Xavier yang akan terkena imbasnya" ucap Damian

Rona terkejut. Tentu saja. Memang, saat itu Damian tidak menjawab pertanyaan Xavier dan tidak mengatakan apapun pada mereka. Ia hanya keluar dari ruangan itu dengan cepat.

Ia memandang Damian dengan tatapan sedihnya.

"Sayang, jangan memisahkan orang tua dan anak kandung nya. Xavier akan tetap menjadi anak kita. Putra bungsu kita. Tidak akan ada yang berubah. Yang perlu kita lakukan sekarang hanya menjelaskan kesalahpahaman yang dulu. Aldrick memang sangat keras kepala. Tapi cobalah lagi. Jangan putus asa sayang. Kita harus menyelesaikan masalah yang ada untuk putra kita" ucap Rona lembut. Ia memeluk Damian setelahnya. Menenangkan suaminya yang terlihat sangat panik. Semua akan baik-baik saja. Ia yakin pada akhirnya mereka akan berkumpul bersama sebagai keluarga, baik keluarganya, Vergio, dan Aldrick.

Damian menjadi lebih tenang. Istrinya benar. Xavier akan tetap menjadi putra mereka. Ia akan memikirkan cara lain agar kesalahpahaman itu terselesaikan dan semua akan baik-baik saja. Sahabatnya dan putra-putra serta putrinya juga akan berkumpul bersama. Bukan sebagai musuh. Tapi keluarga.

'Tunggu sebentar lagi baby. Papa akan berusaha lebih keras lagi untuk menyelesaikan semuanya. Sampai saat itu tiba, papa harap baby tidak membantah daddy nya baby hingga membuat Aldrick murka. Jangan menentang Aldrick karena Aldrick paling tidak suka saat ada orang yang membantah perkataannya. Papa menyayangimu Xavier' batin Damian.

Ia menatap foto Xavier yang terletak di meja kerjanya dengan tatapan penuh harap. Semua akan baik-baik saja. Pasti.

TBC

Xavier Rezvan Avilash (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang