19. Tidak bisa kah?

15.7K 1.5K 48
                                    

"Eung.."

Xavier mulai terbangun dari tidurnya. Ia mulai membuka matanya dan mencoba mendudukkan dirinya. Ia dapat melihat ia ada di sebuah kamar yang didominasi oleh warna hitam. Bahkan tembok dan peralatan di kamar ini juga berwarna hitam.

"Ini dimana?" ucap Xavier pelan.

Ia mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Seingatnya kemarin ia ikut ke club dengan Aldo dan Edwin lalu ia bosan dan ingin pulang. Ia berjalan ke arah halte dan duduk di sana namun..

"Ah benar. Om Aldrick dan kedua anaknya datang saat itu. Apa Vier ada di kamarnya om Aldrick? Vier mau pulang" ucap Xavier lirih. Ia mendekat ke arah pintu dan mencoba membukanya namun pintunya dikunci.

Ia menoleh ke seluruh penjuru kamar ini. Disini juga tidak ada jendela. Hanya ada ventilasi yang tertutup oleh gorden hitam.

"OM, BUKA PINTUNYA! VIER MAU PULANG! TOLONG BUKA PINTUNYA!" teriak Xavier keras.

"Tuan muda, anda dilarang berteriak dan tuan besar melarang anda keluar" ucap salah satu anggota Demon King yang berjaga di depan pintu.

"VIER MAU PULANG" teriak Xavier. Ia tidak memperdulikan perkataan orang itu.

Setelahnya Xavier dapat mendengarkan suara langkah kaki seseorang mendekat.

CKLEK

Aldrick masuk ke dalam kamar. Salah satu anggota yang berjaga memberitahunya bahwa Xavier terus berteriak ingin pulang.

"Putra daddy suka sekali berteriak hm?" ucap Aldrick

"Vier mau pulang, om" ucap Xavier

"Panggil daddy dengan benar. Atau haruskah daddy menghilangkan nyawa setiap baby berbuat kesalahan agar baby bisa menuruti daddy sekali saja?" ucap Aldrick datar.

Xavier diam. Aldrick tidak akan main-main dengan perkataan nya. Dia tidak suka dengan sifat daddynya yang terlalu memaksa. Daddynya sangat menyeramkan.

Dia tidak ragu bahwa Aldrick adalah ayahnya. Keterdiaman papanya saat itu dan bukti yang diberikan kemarin membuatnya sangat yakin mereka adalah keluarga kandungnya. Tapi, tak bisakah ia bertemu papa dan papinya? Jika ia tak memberontak, maka Aldrick tidak akan pernah membiarkannya bertemu dengan mereka lagi.

"Ayo, panggil daddy dengan benar, baby" ucap Aldrick menatap lekat Xavier.

"D-daddy" ucap Xavier sambil menunduk.

Sejujurnya ia senang bertemu keluarga kandungnya meskipun daddy dan kakaknya sangat seram. Walau begitu, ia tidak mau dipisahkan secara paksa dengan keluarganya yang lain. Ia akan membuat keluarganya mau menerima keluarga papa dan papinya. Bagaimanapun caranya.

"Good boy" ucap Aldrick tersenyum tipis. Ia mengusak surai putranya.

"Tidak bisakah daddy berbaikan dengan papa dan papi?" ucap Xavier ragu. Ia takut dengan daddynya.

Aldrick yang mendengarkan pertanyaan putranya mendatarkan ekspresinya.

"Tidak, jangan bermimpi baby" ucap Aldrick datar.

"Kenapa?" ucap Xavier. Ia mendongak menatap Aldrick.

"Daddy tidak akan membiarkan anak-anak daddy berdekatan dengan pembunuh" ucap Aldrick dengan tatapan tajam.

"TAPI PAPA DAN PAPI BUKAN PEMBUNUH!"

Tanpa sadar, Xavier berteriak dan membentak Aldrick.

"Apa baby baru saja membentak daddy? Untuk membela para pembunuh itu?" ucap Aldrick dengan aura yang semakin menggelap. Ia menarik lengan Xavier menuju ruang bawah tanah. Kedua anggota yang berjaga di depan pintu juga mengikuti mereka atas suruhan Aldrick.

Xavier menggelengkan kepalanya cepat. Matanya mulai berkaca-kaca. Inilah yang ia takutkan.

Aldrick menyeretnya menuju ke kamar bawah tanah. Kamar yang ditempati Xavier dulu. Ia langsung mendorong Xavier masuk ke dalam sana dan menguncinya pintunya dari luar.

Xavier langsung berdiri dan berlari kearah pintu yang sudah tertutup.

"Hiks tunggu daddy hiks Vier gak mau disini hiks kakak tolong Vier hiks" ucap Xavier sambil terisak.

Ia teringat dengan kakak-kakaknya yang pernah menolongnya keluar dari sini. Ia berharap kakak-kakaknya juga akan menolongnya kali ini.

"Renungkan kesalahanmu Xavier. Daddy tidak suka Xavier membantah perkataan daddy. Nanti daddy akan datang lagi dan kakak-kakakmu juga akan daddy kurung agar tidak bisa melepaskan baby" ucap Aldrick kemudian pergi dari sana. Meninggalkan Xavier dengan dua anggota Demon King yang berjaga di diluar kamar.

Xavier yang mendengar ucapan Aldrick menangis semakin keras.

"Paman hiks tolong buka pintunya hiks" ucap Xavier pada anggota Demon King.

"Maafkan kami tuan muda. Kami tidak bisa melawan perintah tuan besar. Jika tuan muda memerlukan sesuatu, kami akan membawanya. Sebaiknya sekarang anda beristirahat tuan muda" Ucap salah satu dari mereka. Mereka sebenarnya kasihan, tapi mereka hanya bawahan Aldrick, the king of mafia. Jika mereka membantu Xavier, maka nyawa mereka taruhannya.

Xavier yang mendengar hal itu hanya pasrah. Ia mendekat kearah kasur dan menenggelamkan dirinya dalam selimut.

'Papa, papi, Vier kangen. Vier takut sama daddy. Vier harus gimana' batin Xavier

Karena kelelahan, Xavier akhirnya tertidur dengan air mata yang sesekali mengalir dari matanya yang tertutup.

• 👑 •

"Putra bungsu mereka sudah kembali nyonya" ucap seorang pria yang ditugaskan sebagai mata-mata oleh seorang wanita.

"Terus awasi mereka. Aku akan menjalankan rencana selanjutnya"

"Baik nyonya"

Sambungan itu dimatikan secara sepihak oleh wanita itu.

"Ma? Mama memanggilku?" ucap seorang pemuda yang baru saja masuk ke ruangan wanita itu.

"Ya, kemari" ucap wanita itu.

"Mama punya tugas untukmu. Dekati anak ini disekolah. Mama dengar kau juga sekelas dengan Aldo. Berarti kau sudah kenal dengan Xavier bukan? Itu mudah untuk dilakukan" ucap wanita itu sambil menyerahkan sebuah foto.

Pemuda itu mengambil foto yang diberikan mamanya kemudian terdiam.

"Aku tidak mau. Kenapa tidak kakak saja yang melakukan nya" ucap pemuda itu.

"Kakakmu punya tugas yang lain. Tidak bisakah kamu berguna sekali saja untuk mama? Dengar Erick, papamu meninggal karena ayah dari anak itu. Dan mama tidak akan keguguran karena depresi. Seharusnya kau bergabung dengan mama dan kakakmu untuk membalas dendam bukan malah tidak peduli" ucap wanita itu. Ia geram dengan anaknya yang satu ini.

"Mama bahkan tidak tahu kenapa papa bisa dipecat saat itu sampai kecelakaan. Mama juga sudah membunuh ibunya Xavier. Kenapa sekarang mama juga mengincar Xavier. Sudahlah ma. Lagipula itu sudah impas" ucap Erick. Ia memang tidak peduli dengan masa lalu keluarganya dan keluarga Aldrick. Ia juga tidak menyalahkan Aldrick atas meninggalnya papanya.

"Berani sekali kau bicara seperti itu Erick. Mama kehilangan dua orang sedangkan mereka hanya kehilangan satu. Anak itu belum mati. Setidaknya Aldrick harus merasakan kehilangan dua orang yang ia sayang. Jadi kamu harus ikuti rencana mama" ucap wanita itu.

"Tidak. Mau" ucap Erick penuh penekanan kemudian meletakkan foto Xavier di meja kerja mamanya dan pergi. Lagipula mamanya tidak pernah benar-benar menganggapnya anak karena ia sudah membantah dan memilih hidup seperti anak-anak lainnya tanpa memikirkan kebencian keluarga mereka.

"Erick" geram wanita itu.

"Lihat saja Aldrick. Aku akan membalas perbuatan mu yang dulu dengan bantuan anak-anakku" lanjutnya.

TBC

_________________________________________

Gaje gak sihh?? 😭😭😭

Segini dulu yaa~

Lanjut minggu depan hehe

Babaii

Xavier Rezvan Avilash (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang