37. Tertangkap

9.5K 901 47
                                    

Malam sebelumnya di rumah Agatha

PLAK!

"Apa yang kau lakukan Erick!? Kau membuat rencana mama gagal total. Harusnya mama tau dari awal kalau kau tidak akan menurut dengan mama. Kau bahkan tidak peduli dengan keselamatan wanita itu kan?! Mama akan bunuh dia sekarang juga" ucap Agatha penuh amarah setelah menampar pipi Erick hingga anak itu menoleh ke samping. Bahkan pipinya memerah.

Erick menyentuh pipinya yang terasa panas. Tamparan mamanya benar-benar menyakitkan. Namun ia harus menyadarkan mamanya.

"Stop ma! Mau sampai kapan mama mengancam Erick?! Erick sayang sama mama tapi mama yang buat Erick akhirnya benci sama mama. Erick udah coba buat bikin mama sama kakak berubah tapi kalian yang membuat semuanya sesulit ini. Kalau mama nggak mau Erick ngehancurin rencana mama, biarin Erick sama bunda pergi!" teriak Erick dengan air mata yang mengalir dari matanya.

Agatha yang mendengar teriakan Erick mencengkram pergelangan tangan Erick dengan kuat hingga kukunya menancap disana membuat Erick meringis.

"Bukankah mama sudah pernah bilang? Sampai kapanpun kau anakku dan Elerick. Kau anak kedua kami. Aurista hanya alat untuk melahirkanmu. Apa susahnya menurut dengan mama?! Kalau adanya wanita itu tidak bisa membuatmu menurut, lebih baik disingkirkan saja" ucap Agatha kemudian menarik tangan Erick menuju ke ruang bawah tanah yang dijaga ketat oleh bodyguard terlatih suruhannya.

Oscar yang sejak tadi memperhatikan hanya diam. Dia mengikuti mama dan adiknya menuju ke ruang bawah tanah.

"Buka jeruji milik wanita itu dan siksa dia" perintahnya pada para pria yang berjaga di depan jeruji.

Erick yang mendengar perkataan Agatha langsung saja berniat untuk menghalangi para pria itu namun tangannya dicekal kuat oleh Agatha.

"Erick, putra bunda"

Erick menatap ke arah Aurista. Bundanya itu terlihat lusuh. Rambutnya berantakan dan bajunya terlihat kotor. Bahkan bundanya terlihat lebih kurus dari terakhir kali ia melihatnya.

Para pria yang diperintahkan oleh Agatha langsung menjambak rambut milik Aurista dan menamparnya berkali-kali.

Erick yang melihat itu semakin keras mencoba untuk menghentikan para pria itu. Namun kali ini, ia ditahan oleh Oscar karena Agatha cukup kewalahan dengan pemberontakan Erick.

"LEPAS! LEPASIN GUE! MA, PLEASE SURUH MEREKA BERHENTI. ERICK JANJI ERICK AKAN NURUTIN MAMA. PLEASE SURUH MEREKA BERHENTI" teriak Erick frustrasi melihat para pria itu menyiksa Aurista yang sudah terlihat lemas.

"See? Kakak tidak main-main. Lihat keadaan wanita itu. Inilah akibatnya kalau kau bermain-main dengan kakak, Erick" ucap Oscar dengan seringainya.

Agatha hanya menikmati pemandangan di depannya. Ada kepuasan tersendiri ketika melihat wanita yang selama ini ia tahan sebagai objek untuk mengancam Erick terlihat pasrah dengan apa yang dilakukan orang-orang suruhannya.

Erick menyesal tidak memperhatikan sekitarnya ketika pulang dari mansion Avilash. Ternyata mamanya menyuruh seseorang untuk mengawasinya. Dan kini, ia benar-benar menyesal tidak berhati-hati.

"B-bunda" ucap Erick ketika melihat Aurista sudah pingsan dengan keadaan yang menyedihkan.

Ketika melihat kakaknya sedikit lengah, ia menendang perut kakaknya dan segera mendekati bundanya. Memberontak dari kedua pria suruhan Agatha yang terus memaksanya kembali.

"Bangun bunda. Maafin Erick" ucap Erick sembari memeluk erat Aurista.

Ia tidak menyadari Oscar yang mendekat ke arahnya kemudian memukul tengkuk nya cukup kencang hingga membuat kesadarannya menghilang.

BRAK!

Suara pintu yang didobrak mengalihkan perhatian mereka. Beberapa polisi datang bersama seorang pria yang membuat Agatha terkejut.

"Alarick" gumam Agatha pelan. Bagaimana bisa? Setelah bertahun-tahun yang lalu, ia melihat dengan matanya sendiri bahwa pria itu sudah dibuang ke jurang yang cukup curam dan secara tiba-tiba pria itu muncul dengan beberapa polisi. Sial. Ia harus cepat melarikan diri.

"Jangan bergerak atau kami terpaksa melumpuhkan kalian dengan pistol listrik"

Oscar yang kebetulan berada di dekat Erick langsung mengangkat Erick dan menggunakan Erick sebagai tamengnya. Ia mengarahkan pisau ke leher Erick kemudian menghadap ke arah para polisi itu.

"Jika kalian mendekat, maka anak ini akan mati" ucap Oscar seraya menempelkan pisau itu ke leher Erick.

Para polisi dan Alarick sendiri waspada dengan ancaman Oscar. Mereka tidak mau sampai Erick terluka karena mereka terlalu gegabah.

Oscar perlahan mendekat ke Agatha dengan tetap menyandera Erick. Namun mereka terlalu fokus dengan polisi yang ada di depan mereka hingga tak menyadari ada polisi yang datang dari belakang. Polisi itu berhasil melumpuhkan keduanya membuat Oscar melepaskan Erick.

Alarick langsung saja mendekat dan mendekap anak itu sebelum menghantam lantai. Ia juga mendekati Aurista dan langsung menghubungi ambulans.

"Maaf, aku terlambat" ucapnya sembari menatap Erick dan Aurista bergantian.

• 👑 •

Di lain tempat setelah kejadian di rumah sakit, Arvian berjalan tanpa arah. Kakaknya menamparnya untuk yang pertama kalinya untuk membela daddy mereka.

Benarkan daddynya sudah berubah? Rasanya sulit untuk percaya setelah semuanya terjadi. Bisa saja Aldrick hanya berubah sementara kemudian kembali lagi seperti biasanya menjadi Aldrick yang dingin dan kasar.

Tamara yang disuruh untuk mengikuti Arvian mengintip kakaknya dari jauh. Mungkin Arvian hanya ingin sendiri jadi ia akan mengawasi kakaknya dari balik pohon.

Arvian menendang batu di jalanan kemudian berteriak dengan kesal.

"ARGHHH!" teriaknya seraya mengacak rambutnya asal.

Mereka tidak sadar sedari tadi ada yang mengawasi mereka. Mereka seolah lupa bahwa musuh-musuh Aldrick berkeliaran dimana-mana dan kini mereka keluar tanpa pengawasan dari anggota Demon King dan tanpa senjata.

Tamara yang sedari tadi mengikuti Arvian hanya menghela napas lelah. Masalah di keluarga mereka seakan tidak ada habisnya.

Saat Tamara berniat menghampiri kakaknya, ia menyadari adanya laser yang mengarah ke punggung kakaknya. Kemudian ia mencari ke asal laser itu dan sontak matanya langsung terbelalak.

Seorang pria bertopeng dengan pakaian serba hitam bersiap menembak kakaknya dengan pistol yang ia tahu sangat mematikan.

Bahkan tangannya sudah bersiap menarik pelatuk pistol itu. Tak ada cara lain selain..

"KAK ARVIAN! AWAS!"

DOR!

BRUK!

TBC

________________________________________

Kenapa tuh :-)

Hayo siapa yang nembak?

Gimana tuh Arviannya hehehe

Apakah yang akan terjadi selanjutnya.. Aku sih nggak tau ¯\_(ツ)_/¯

Tungguin kelanjutannya di chapter berikutnya hihi

Selamat membaca, kapan kapan lagi 👋❤️

Xavier Rezvan Avilash (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang