15. Pulang

20.7K 2K 40
                                    

Setelah 3 hari di rumah opa, akhirnya mereka akan pulang ke rumah. Besok Xavier akan kembali ke sekolah. Akhirnya dia bisa bebas dari kamarnya.

Sekarang mereka sedang ada di ruang keluarga mansion Edward. Rencananya mereka akan makan di salah satu restoran bintang lima yang ada di sekitar sini sebelum pulang. Kawasan di sini memang sangat elit. Rata-rata di isi oleh rumah bertingkat yang mewah.

"Opa" ucap Xavier

"Apa baby?" ucap Edward. Ia melihat ke arah cucu bungsunya yang sedang memeluknya dari samping. Hari ini Xavier memakai sweater berwarna putih yang dipadukan dengan celana training berwarna hitam. Tak lupa dengan sepatu berwarna putih yang membalut kakinya. Menggemaskan sekali!

Ia mengusap surai itu perlahan.

"Vier masih kangen sama opa. Gimana kalau opa tinggal sama papa aja?" ucap Xavier.

Xavier sedang dalam mode manja. Biasanya setiap datang kesini, dia selalu mengajak opanya menonton film bersama. Tapi kali ini opanya selalu sibuk dengan beberapa urusan dan Vier juga masih dalam masa hukuman.

"Baby, untuk sekarang tidak bisa. Opa masih harus menyelesaikan beberapa urusan. Tapi opa janji, setelah urusan opa selesai, opa akan main sama baby sepuasnya" ucap Edward

Xavier menganggukkan kepalanya. Setelah itu, mereka segera menuju ke restoran agar pulangnya tidak terlalu larut.

Sesampainya mereka disana, Xavier langsung dipakaikan masker oleh Damian. Seperti biasa untuk berjaga-jaga.

Kemudian, mereka langsung masuk ke dalam. Para pelayan yang melihat kedatangan mereka langsung menunjukkan jalan ke arah meja yang sudah Damian reservasi di lantai 25.

 Para pelayan yang melihat kedatangan mereka langsung menunjukkan jalan ke arah meja yang sudah Damian reservasi di lantai 25

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Xavier duduk di antara Damian dan Rona sedangkan Edward duduk di antara Dillo dan Edwin.

Makanan-makanan berupa pasta, steak, seafood, sate hingga dessert satu persatu mulai dihidangkan di hadapan mereka.

Xavier sendiri sudah mengincar gelato yang ada di depannya. Namun sebelum tangannya sempat meraih gelato itu, tangan Damian lebih dulu menjauhkannya dari Xavier.

"Papa~" rengek Xavier

"Tidak ada gelato sebelum makan baby" ucap Damian tegas

Xavier mengerucutkan bibirnya. Huft! Papa menyebalkan!

Rona yang melihat raut kesal putra bungsunya tersenyum kecil. Ia beranjak dari duduknya untuk menghampiri putra kecilnya. Ia mencium pipi Xavier kemudian mengusap surai nya pelan.

"Mau makan apa sayang? Biar mama ambilin" tanya Rona pada Xavier.

"Mau itu~" tunjuk Xavier pada gelato yang berada di tangan Damian.

"Makan dulu ya, habis makan baby boleh makan itu" ucap Rona mencoba membujuk.

Xavier menganggukkan kepalanya pasrah. Rona tersenyum kemudian mengambilkan spaghetti carbonara untuk Xavier. Ia juga meminta pada pelayan untuk membawakan susu putih.

Xavier memakan spaghetti carbonara itu dengan pelan. Matanya masih melirik ke arah gelato di tangan papanya.

Edwin yang menyadari itu langsung beranjak mendekati Xavier.

"Sini Ed suapin" ucap Edwin kemudian mengambil alih piring Xavier.

Xavier menurut saja. Demi gelato tentunya.

Edwin terus menyuapi Xavier hingga spaghetti carbonara itu habis. Setelahnya, ia menyodorkan segelas susu putih pada Xavier namun anak itu langsung menuju ke arah papanya.

Xavier langsung merebut gelato di tangan Damian yang membuat Damian terkejut. Sebelum Damian memarahinya, Xavier berlari ke arah lift dengan gelato di tangannya.

"Baby!" panggil Damian sedikit berteriak. Huft! Putranya ini tidak kapok kapok!

Damian dengan cepat berlari mengejar putranya yang sudah lumayan jauh di depannya. Edwin juga menyusul di belakangnya.

Xavier masuk ke dalam lift kemudian menekan tombol lift agar pintunya tertutup. Setelah pintu lift tertutup, ia menghela napas lega. Yeay! Sekarang dia bebas! Yang penting dia bisa makan dengan tenang!

Lift mulai naik ke lantai atas. Xavier membuka maskernya dan mulai menyendokkan gelato kedalam mulutnya.

Lift berhenti di lantai 30. Seseorang masuk ke dalam dengan topi dan juga masker yang menutupi wajahnya. Kemudian lift mulai tertutup dan naik ke lantai selanjutnya.

Sesampainya di lantai paling atas, orang itu tiba-tiba menarik tangan Xavier. Xavier yang diperlakukan seperti itu terkejut. Tanpa sengaja ia menjatuhkan gelato nya tepat di depan lift.

"Lepas! Tolong!" teriak Xavier. Ia berusaha melepaskan tangan orang itu darinya.

Orang itu terus menarik tangannya hingga mereka sampai di dalam kamar mandi. Orang itu mengunci pintunya dan berbalik menatap Xavier yang terlihat ketakutan.

Orang itu mendekati Xavier sedangkan Xavier semakin memundurkan langkahnya.

Tanpa aba aba orang itu melepas topi dan masker yang menutupi wajahnya. Xavier terkejut. Bukankah orang yang menariknya ini adalah musuh papanya?

Ya, orang itu adalah Aldrick.

Xavier dengan cepat berlari menuju pintu kamar mandi dan menggedor-gedor pintu itu. Xavier takut, sungguh.

"PAPA! HIKS PAPA TOLONG! VIER TAKUT! PAPA!" tangis Vier kencang.

Aldrick yang melihat putranya menangis sambil memanggil Damian menahan amarahnya. Dia mendekati putra nya perlahan.

Xavier yang melihat Aldrick mendekat ke arahnya merapatkan dirinya pada pintu. Tangannya memegang knop pintu itu berharap pintu itu akan terbuka sekarang juga. Ia menyesal sudah kabur dari papanya. Ia memejamkan matanya erat.

"Baby, buka matamu" ucap Aldrick

Xavier membuka matanya. Ia menatap Aldrick dengan mata berkaca-kaca.

"Dengar! Kamu anak daddy yang hilang 16 tahun yang lalu. Sekarang daddy sudah menemukan mu baby jadi ayo kita pulang" ucap Aldrick

Xavier menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Bukan! Om bukan orangtua Vier!" teriak Xavier

Aldrick yang mendengar penolakan putranya naik pitam. Kelembutan yang sudah ia persiapkan seketika lenyap. Ia menatap putranya tajam.

"Kau putraku! Putra bungsu Aldrick Edward Avilash! Mau kau menyangkalnya ratusan kali tidak akan merubah fakta bahwa kau adalah putraku! Diam dan terima saja nasibmu" bentak Aldrick dengan tatapan tajam.

Xavier menangis mendengar bentakan itu.

"Tidak! Hiks Om bukan siapa-siapa! Hiks Ayah Vier cuma papa dan papi! Bukan om!" teriak Xavier dengan keras. Dia masih menangis.

Aldrick tidak tahan lagi! Putranya benar benar membuatnya emosi!

Aldrick mencengkram dagu Xavier dengan kuat. Kemudian ia menyeringai dengan tatapan tajamnya yang mengerikan.

"Hiks lepas" ucap Xavier

"Teruslah menyangkal baby. Tapi ingat satu hal! Daddy akan membawamu pergi. Daddy tidak peduli dengan pendapatmu. Setelah daddy berhasil mendapatkanmu, katakan selamat tinggal pada Damian dan Vergio karena kau tidak akan pernah bisa bertemu dengan mereka lagi bahkan sekedar melihat pun tak akan daddy biarkan. Kau milik daddy, permata keluarga Avilash. SAMPAI KAPANPUN" ucap Aldrick kemudian tertawa dan pergi meninggalkan Xavier yang menangis histeris.

TBC

Xavier Rezvan Avilash (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang