3. Hukuman

39.5K 3.2K 25
                                    

Disinilah Xavier sekarang.

Di kamar mama dan papanya dengan kaki yang dirantai ke ujung ranjang. Dia juga udah pakai piyama soalnya dia juga tidak boleh kemana-mana. Dia sudah menangis sampai meraung-raung tadi supaya tidak dihukum namun semuanya sia-sia.

Sekarang sudah pukul 12.00. Masih ada 4 jam hingga Aldo dan Edwin pulang sekolah. Dia bosan! Papa dengan teganya pergi setelah merantainya.

Papanya pasti marah besar. Saat dia menangis tadi, papanya juga tidak menenangkannya.

Sebenarnya Xavier merasa bersalah udah teriak-teriak ke papa Dami, tapi kan gengsi kalau Vier minta maaf duluan.

Papi Gio juga tidak luluh dengan raungannya. Malah dia langsung di gendong ke sini. Huft! Vier bosan~

Sebenarnya disini juga ada kak Dillo. Tapi pas ngajak kak Dillo ngomong, ia malah disuruh tidur. Seperti sekarang.

"Kak, ayo main, Vier bosan~" ucap Xavier dengan wajah memelas.

"Makanya tidur" ucap kak Dillo santai lalu kembali asik dengan ponselnya.

"PAPA, MAMA, KAK DILLO NYEBELIN!" teriak Vier dengan kesal.

Damian dan Rona pun segera menuju ke kamar mereka mendengar baby mereka itu berteriak dengan sangat kencang. Vergio memang sudah pulang setelah memasangkan rantai di kaki Vier dan mengecup puncak kepalanya.

"Jangan teriak-teriak baby, nanti tenggorokanmu sakit sayang" ucap Rona. Ia mendekat ke arah Vier dan mengusap-usap lehernya.

"Ma, ini lepas aja ya, Vier bosen gak bisa ngapa-ngapain" bujuk Xavier pada Rona.

"Jangan coba-coba menghasut mamamu Xavier, ini hukumanmu dari papa" ucap Damian memperingati.

Xavier memeluk mamanya dengan erat. Papanya dan papinya sepakat untuk merantainya selama seminggu dan tidak boleh keluar dari kamar sama sekali.

Xavier menatap papanya dengan bibir yang melengkung kebawah. Damian menyadarinya, hanya saja dia ingin melihat bagaimana putranya membujuknya agar tidak marah lagi.

"Papa" lirih Xavier.

"Hm?" ucap Damian. Pura-pura tidak peduli tentunya.

"Papa jangan marah lagi hiks" ucap Xavier.

"Dek, jangan nangis lagi, nanti kamu demam" ucap Dillo. Pasalnya tadi Xavier sudah menangis meraung-raung sampai kelelahan. Ia jadi khawatir adiknya akan demam jika terlalu banyak menangis.

Sebenarnya kepala Vier mulai sedikit pusing. Dia ingin papanya tapi papanya masih marah. Dan dia memang rewel jika sedang sakit. Dia ingin papanya sekarang.

"Papa hiks jangan marah hiks lagi hiks" racau Xavier.

Damian yang melihat putra bungsunya mulai meracau pun mendekat. Ia meletakkan punggung tangannya di dahi sang bungsu. Panas.

"Mau papa hiks, papa hiks peluk" ucap Vier sembari merentangkan kedua tangannya.

Damian jadi khawatir, ia segera mengangkat Vier ke pangkuannya.

"Iya sini sama papa, baby tidur aja, papa sama mama tidur disini sama baby" ucap Damian sambil mengelus punggung Vier agar merasa nyaman.

Usapan papanya sangat lembut, membuat rasa kantuk itu datang dan mengambil alih kesadarannya. Ia tidur di pangkuan papanya.

Rona dan Dillo tersenyum melihatnya. Rona mengatur suhu AC sedikit lebih tinggi agar tidak membuat putra bungsunya menggigil. Dillo mengusak rambut adik bungsunya sebentar lalu kembali ke kamarnya sendiri untuk istirahat.

Setelahnya Damian merebahkan Xavier ke atas ranjang dan ikut berbaring bersama Rona. Mereka tidur sambil berpelukan dengan Xavier di tengah-tengah mereka.

"Selamat tidur baby, have a nice dream" ucap mereka kemudian mengecup kening Vier dan ikut menyusul ke alam mimpi.

TBC

Xavier Rezvan Avilash (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang